Puisi: Sejak Dingin (Karya Ahmad Faisal Imron)

Puisi "Sejak Dingin" karya Ahmad Faisal Imron mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dalam kesedihan dan kekuatan kenangan dalam membentuk ...
Sejak Dingin

sepasang matamu yang nyaman
seakan kepanjangan lain dari musim bunga
di timur kota

seperti sajak yang kekal
kukekalkan pertemuanmu dengan bulan
seluruh aortaku bergetar
di bawah kerudungmu yang kelam

laksana gairah baru yang selalu membuat hati bersayap
atau bagai garis pelangi yang selalu terbenam di bibirmu
diam-diam ingatanku bergelombang
diam-diam kau menjadi setangkai bunga

pandangi mataku!
akan kautemukan dirimu dalam hakikat mawar

menikmati garis-garis dan bening tubuhmu
kesunyian menganga di atas harapan yang mati
dengan tulus kulukis wajahmu yang santun
kubaringkan di atas gaun dan sebuah mimpi merah

angin begitu sayu saat mengirim harum rambutmu
malam ini, kugenggam wajahmu meski bayang-bayang
seraya mengingat lentik bulu matamu, suaramu yang pilu
dan seperti perisai badai di dasar kata-kata

ijinkan nyanyian ini agar selalu berputar di hatimu
jauh sebelum kukirim sesuatu pada kesunyianmu
menggali kuburan sendiri; mengutuk garis keturunan
atau peribahasa lama yang selalu berayun-ayun dalam hidupmu

setidaknya, wahai perempuan kepedihan
dari rasa yang berlimpah sejak dingin ini kauraba
pagi yang lembut, sebuah jendela yang terbuka di hatimu
atau saat-saat yang kita abaikan, semuanya terkenang
remang-remang atau kembali menjelma sebuah kuburan.

1998

Sumber: Maliun Hawa (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Sejak Dingin" karya Ahmad Faisal Imron adalah sebuah karya yang sarat dengan perasaan dan imaji. Melalui pilihan kata dan metafora yang kaya, puisi ini berhasil menyampaikan suasana hati yang mendalam, penuh kerinduan dan kesedihan.

Tema Utama

  • Kerinduan dan Kesedihan: Puisi ini dipenuhi dengan nuansa kerinduan yang mendalam terhadap seseorang yang sangat berarti bagi penyair. Kesedihan dan kepedihan yang muncul akibat kehilangan atau jarak terasa sangat kental.
  • Keabadian dan Kenangan: Ada usaha untuk mengabadikan momen-momen bersama, seperti yang tergambar dalam baris “seperti sajak yang kekal / kukekalkan pertemuanmu dengan bulan”. Kenangan tersebut dijaga dan dihargai, meskipun rasa sakit ikut menyertainya.

Metafora dan Personifikasi

  • Sepasang Mata: "sepasang matamu yang nyaman / seakan kepanjangan lain dari musim bunga" - Mata dijadikan metafora yang menunjukkan kenyamanan dan keindahan yang tak berkesudahan.
  • Kerudung dan Aorta: "seluruh aortaku bergetar / di bawah kerudungmu yang kelam" - Menyiratkan bagaimana kehadiran seseorang bisa menggetarkan hati hingga ke inti.

Imaji Visual dan Auditori

  • Garis Pelangi dan Bunga: "seperti gairah baru yang selalu membuat hati bersayap / atau bagai garis pelangi yang selalu terbenam di bibirmu" - Imaji yang menampilkan keindahan dan kehalusan perasaan yang dialami.
  • Suara dan Bayang-Bayang: "suaramu yang pilu / dan seperti perisai badai di dasar kata-kata" - Menggambarkan betapa dalamnya pengaruh suara dan kata-kata seseorang dalam kehidupan penyair.

Simbolisme Klasik

  • Mawar: "akan kautemukan dirimu dalam hakikat mawar" - Mawar sering kali menjadi simbol cinta dan keindahan, yang di sini juga menyiratkan kesucian dan kerentanan.
  • Kuburan dan Kesunyian: "menggali kuburan sendiri; mengutuk garis keturunan" - Menggambarkan kedalaman kesedihan dan refleksi terhadap masa lalu serta beban emosional yang harus ditanggung.

Makna dan Refleksi

  • Kepedihan yang Abadi: Puisi ini menyampaikan bagaimana kepedihan dapat tertanam dalam kenangan dan terus hidup dalam diri seseorang. Meski demikian, kepedihan itu juga membentuk identitas dan pengalaman hidup yang berarti.
  • Keindahan dalam Kesedihan: Meskipun dipenuhi dengan nuansa sedih, puisi ini juga menunjukkan bahwa ada keindahan dalam kenangan dan rasa sakit. Keindahan itu muncul dari kejujuran perasaan dan pengalaman yang mendalam.
  • Harapan dalam Kesunyian: Meskipun banyak menggambarkan kesedihan dan kesunyian, ada harapan tersembunyi di balik kata-kata penyair. Harapan bahwa perasaan dan kenangan ini akan selalu memiliki tempat yang spesial dalam hati, meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Puisi "Sejak Dingin" karya Ahmad Faisal Imron adalah puisi yang penuh dengan nuansa emosional dan refleksi mendalam. Melalui metafora yang kaya dan simbolisme yang kuat, penyair berhasil menyampaikan perasaan kerinduan, kesedihan, dan harapan dengan cara yang sangat indah dan menyentuh. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dalam kesedihan dan kekuatan kenangan dalam membentuk identitas dan pengalaman hidup.

Ahmad Faisal Imron
Puisi: Sejak Dingin
Karya: Ahmad Faisal Imron
Biodata Ahmad Faisal Imron:
  • Ahmad Faisal Imron lahir pada tanggal 25 Desember 1973 di Bandung.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.