Puisi: Sehabis Hujan (Karya Soni Farid Maulana)

Puisi "Sehabis Hujan" menghadirkan gambaran yang indah dan merenung tentang kehidupan dan siklus alam. Dengan penggunaan bahasa yang kaya, ...
Sehabis Hujan

Tak ada yang kekal di bumi
Semua kembali padamu. Tanah merah
Bayang-bayang pohonan
Serpihan bunga juga sehimpun doa

Angin bertiup perlahan
Sebuah ruang terasa sunyi di dada
Selebihnya sisa butiran airmata
Berkilat di punggung waktu!

1990

Sumber: Kita Lahir Sebagai Dongengan (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Sehabis Hujan" menghadirkan gambaran yang indah dan merenung tentang kehidupan dan siklus alam. Dengan penggunaan bahasa yang kaya, Soni Farid Maulana mengajak pembaca merenungkan keindahan dan kehancuran yang ada di sekitar kita.

Keindahan Alam dan Kerentanan Kehidupan: Puisi menggambarkan keindahan alam setelah hujan dengan metafora "bayang-bayang pohonan" dan "serpihan bunga." Namun, pernyataan "tak ada yang kekal di bumi" juga mengingatkan kita akan kerentanan kehidupan dan sifat fana segala sesuatu.

Siklus Alam dan Kembali ke Alam: Pernyataan "Semua kembali padamu" menyoroti siklus alam yang tidak pernah berhenti. Ini bisa diartikan sebagai kembalinya semua elemen alam ke sumbernya atau sebagai refleksi kehidupan manusia yang kembali kepada penciptanya.

Kelembutan dan Sunyi: Penggambaran angin yang bertiup perlahan menciptakan suasana kelembutan, sementara "sebuah ruang terasa sunyi di dada" menyoroti momen ketenangan setelah hujan. Kombinasi ini menciptakan perasaan ketenangan dan keheningan yang dapat dipahami setelah kejadian dramatis.

Air Mata dan Kehidupan: "Selebihnya sisa butiran airmata" memberikan kesan emosional dan memberikan gambaran tentang air mata yang bisa diartikan sebagai hujan atau sebagai representasi kehidupan yang terkadang penuh dengan kepedihan.

Kilasan Waktu: "Berkilat di punggung waktu" menciptakan citra waktu sebagai suatu entitas yang bersinar atau berseri. Hal ini menekankan pentingnya momen setelah hujan, yang memiliki keindahan yang unik dan kilau yang tahan lama.

Puisi "Sehabis Hujan" menggambarkan keindahan dan kehancuran dalam siklus alam. Dengan kata-kata yang indah, Soni Farid Maulana membawa pembaca merenung tentang keterkaitan kita dengan alam dan bagaimana kehidupan kita juga adalah bagian dari siklus yang tak terelakkan.

Soni Farid Maulana
Puisi: Sehabis Hujan
Karya: Soni Farid Maulana

Biodata Soni Farid Maulana:
  • Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
  • Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.