Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak Kopi dan Gula (Karya Darwanto)

Puisi "Sajak Kopi dan Gula" mengajarkan kita tentang cinta yang tidak hanya memerlukan gairah, tetapi juga kesabaran, pengertian, dan rasa saling ...

Sajak Kopi dan Gula


Cinta tak pernah padam nyalanya
terbakar di dalam kobarannya
adalah kopi dan gula, mendidihkan air panas
tak ingin rantas, tak ingin ranggas
bagai biji kopi dan tebu gula
menyatu dalam cita rasa seduhannya
sepasang kopi dan gula, tak hendak lekas lepas
agar larut di dalam secangkir kopi panas
2025

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Kopi dan Gula" karya Darwanto adalah sebuah karya yang menggunakan simbolisme sederhana namun mendalam untuk menggambarkan hubungan yang kuat, penuh hasrat, dan tak terpisahkan. Dalam puisi ini, kopi dan gula bukan sekadar bahan minuman, tetapi menjadi metafora untuk cinta yang tak pernah padam dan selalu saling melengkapi. Dengan cara ini, Darwanto berhasil menggambarkan bagaimana dua elemen yang berbeda—seperti kopi dan gula—dapat menyatu dan menciptakan sesuatu yang lebih besar, lebih hangat, dan lebih memikat.

Cinta yang Tak Pernah Padam: Kopi dan Gula sebagai Simbolnya

Puisi ini dibuka dengan pernyataan yang sangat kuat: "Cinta tak pernah padam nyalanya, terbakar di dalam kobarannya." Kalimat ini langsung mengungkapkan tema utama puisi ini, yakni cinta yang abadi dan tak pernah surut meski menghadapi berbagai ujian. Api yang terbakar dalam kobaran menjadi simbol dari semangat, gairah, dan kekuatan yang menggerakkan cinta itu sendiri. Dalam hal ini, Darwanto menggambarkan cinta bukan sebagai sesuatu yang lemah atau rapuh, tetapi sebagai sesuatu yang penuh energi dan kekuatan, terus menerus membara dan tak mudah padam.

Namun, yang membuat puisi ini lebih menarik adalah bagaimana Darwanto mengaitkan cinta tersebut dengan dua elemen sederhana, yakni kopi dan gula. Kopi yang panas dan gula yang manis, keduanya saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan harmoni dalam secangkir kopi. Ini adalah gambaran tentang bagaimana cinta, meski terdiri dari dua individu yang berbeda, dapat saling melengkapi, seperti kopi yang pahit dan gula yang manis. Tanpa salah satunya, rasa dari hubungan tersebut akan kurang lengkap, sama seperti secangkir kopi yang tak bisa sempurna tanpa gula.

Kopi dan Gula: Metafora Cinta yang Penuh Kehangatan

Di dalam puisi ini, kopi dan gula tidak hanya sekadar bahan pembuat minuman, melainkan juga menggambarkan dinamika hubungan cinta itu sendiri. "Mendidihkan air panas tak ingin rantas, tak ingin ranggas, bagai biji kopi dan tebu gula menyatu dalam cita rasa seduhannya." Dalam kalimat ini, ada gambaran tentang bagaimana kedua elemen ini, meskipun terpisah pada awalnya, akhirnya menyatu dalam sebuah proses yang penuh kehangatan dan kesabaran. Proses mendidihkan air dan mencampurkan kopi dengan gula dalam sebuah secangkir minuman bukanlah proses yang instan; ia membutuhkan waktu dan perhatian, sama halnya dengan hubungan cinta yang membutuhkan kesabaran dan usaha agar bisa berkembang dengan baik.

Kopi, dengan rasa pahitnya, dan gula, dengan rasa manisnya, adalah simbol dari dua individu dalam hubungan cinta. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda, namun dengan bergabung bersama, mereka menciptakan harmoni yang sempurna. "Tak hendak lekas lepas, agar larut di dalam secangkir kopi panas." Kalimat ini menggambarkan keinginan agar keduanya tetap bersatu, tidak terpisah, dan saling larut dalam satu kesatuan yang harmonis. Seperti halnya dalam hubungan, ada keinginan untuk tetap bersama, melampaui segala tantangan dan perbedaan yang mungkin ada.

Kehangatan Cinta dalam Setiap Seduhan

Puisi ini menyoroti keindahan dalam hubungan yang kuat, di mana kedua belah pihak, meskipun memiliki sifat dan karakter yang berbeda, dapat saling melengkapi dan menciptakan sebuah kesatuan yang lebih indah. Dalam secangkir kopi, kopi dan gula menyatu dan menghasilkan rasa yang sempurna. Begitu pula dalam hubungan cinta, meskipun ada perbedaan, kedua belah pihak yang saling mengerti dan melengkapi dapat menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan yang tak ternilai. Cinta yang digambarkan dalam puisi ini adalah cinta yang tulus, yang terus berkembang dan menghangatkan hati, seperti secangkir kopi yang baru diseduh dengan gula.

Kehangatan yang dihasilkan oleh campuran kopi dan gula ini juga mengingatkan kita pada pentingnya perasaan dalam hubungan. Seperti halnya secangkir kopi yang dapat menghangatkan tubuh, hubungan cinta yang penuh kasih sayang dan perhatian dapat menghangatkan jiwa. Darwanto dengan sangat puitis menggambarkan bagaimana cinta, meskipun melalui berbagai tantangan dan perbedaan, tetap mampu membawa kehangatan dan kebahagiaan bagi kedua pihak yang saling menghargai dan mencintai.

Cinta yang Mengalir dalam Setiap Kehidupan

Dalam puisi "Sajak Kopi dan Gula", Darwanto tidak hanya menggambarkan sebuah hubungan cinta romantis, tetapi juga menyampaikan pesan tentang pentingnya keseimbangan dalam hubungan. Seperti halnya kopi dan gula yang saling bergantung satu sama lain untuk menciptakan rasa yang sempurna, kita juga membutuhkan keseimbangan dalam hubungan. Setiap hubungan memiliki pasang surutnya, namun dengan kesabaran, pengertian, dan rasa saling melengkapi, hubungan tersebut bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih indah.

Secangkir kopi yang digambarkan dalam puisi ini bukan hanya tentang cita rasa, tetapi juga tentang perjalanan cinta yang penuh dengan kehangatan dan kesabaran. Dalam setiap tetes kopi yang mengalir, ada rasa cinta yang menguatkan. Dalam setiap seduhan yang panas, ada kenangan dan rasa yang saling mengikat, tidak mudah terpisah.

Puisi "Sajak Kopi dan Gula" karya Darwanto mengajarkan kita tentang cinta yang tidak hanya memerlukan gairah, tetapi juga kesabaran, pengertian, dan rasa saling melengkapi. Kopi dan gula adalah simbol dari dua elemen yang berbeda, namun sangat diperlukan untuk menciptakan keseimbangan dalam hubungan. Sama seperti secangkir kopi yang hangat, hubungan cinta yang sehat dan penuh rasa saling melengkapi akan memberikan kehangatan dan kebahagiaan yang abadi. Puisi ini mengingatkan kita bahwa cinta, meskipun penuh tantangan, dapat menjadi sesuatu yang indah jika kedua belah pihak saling mendukung dan saling mencintai.

Puisi Darwanto
Puisi: Sajak Kopi dan Gula
Karya: Darwanto

Biodata Darwanto:
  • Darwanto lahir pada tanggal 6 Maret 1994.
© Sepenuhnya. All rights reserved.