Risih
Melapuk dinding berduri
Menggelepak sejuta rintih
Riuh dipandang
Keras mengerang
Tiada teluk terhening
Dirampas simpul bibirnya
Getar raga sukmanya
Tanpa wacana meredam
Ia merenung di sudut tembok
Meratap hidupnya yang pedih
Gulita dijera asa
Tiada lagi selain kelam
Hitam tanpa batas pandang
2025
Analisis Puisi:
Puisi "Risih" karya Lalik Kongkar menyuguhkan gambaran mendalam tentang perasaan manusia yang terperangkap dalam kesulitan, kesedihan, dan perasaan terasing. Melalui kata-kata yang keras, penuh ketegangan, dan kesunyian yang mendalam, puisi ini memberikan gambaran tentang perjuangan batin seseorang yang terjebak dalam kegelapan hidup.
Gambaran Keputusasaan dalam "Risih"
Pada bait pertama puisi, Kongkar mulai membangun suasana penuh ketegangan:
Melapuk dinding berduriMenggelepak sejuta rintihRiuh dipandangKeras mengerang
Dinding berduri memberikan gambaran bahwa seseorang sedang terperangkap dalam ruang yang penuh rasa sakit. Dinding itu bukan sekadar penghalang fisik, tetapi juga penghalang emosional yang menambah penderitaan. Kata-kata seperti melapuk, rintih, dan mengerang menguatkan kesan bahwa individu ini sedang berada dalam keadaan yang penuh penderitaan fisik dan mental, yang tidak bisa dihindari atau diatasi dengan mudah.
Penderitaan ini tidak hanya dalam bentuk suara, tetapi juga terlihat dari riuh yang dipandang. Ini bisa menggambarkan kekacauan dalam kehidupan yang seakan tidak teratur, dengan ketegangan yang mengisi ruang.
Perasaan Terasing dan Keputusasaan
Puisi ini melanjutkan perjalanan ke dalam jiwa yang merasa terisolasi:
Tiada teluk terheningDirampas simpul bibirnyaGetar raga sukmanyaTanpa wacana meredam
Bagian ini menunjukkan bahwa dalam keadaan penuh ketegangan dan keputusasaan, tidak ada tempat yang menawarkan ketenangan. Teluk terhening di sini menjadi metafora untuk harapan atau pelarian yang diinginkan, namun tidak ditemukan. "Dirampas simpul bibirnya" mengindikasikan bahwa bahkan kata-kata untuk menyatakan perasaan atau keluh kesah pun tidak dapat keluar. Suara, rasa, dan ekspresi menjadi terperangkap dalam diri.
Getar raga sukmanya mengandung perasaan tubuh yang terhimpit oleh gejolak batin yang tak terucapkan, dan tanpa wacana meredam menunjukkan bahwa meskipun ada rasa sakit yang begitu kuat, tidak ada cara untuk menenangkan atau meredakan perasaan tersebut.
Melankoli dan Kegelapan Jiwa
Bait ketiga menghadirkan kesan melankolis dan kegelapan yang mendalam:
Ia merenung di sudut tembokMeratap hidupnya yang pedihGulita dijera asaTiada lagi selain kelamHitam tanpa batas pandang
Di sini, penyair menghadirkan seorang individu yang terperangkap dalam ruang sepi. Merenung di sudut tembok menggambarkan ketidakberdayaan, seakan-akan ia terpojok dalam ruang sempit yang penuh keputusasaan. Tidak ada jalan keluar yang jelas, hanya meratap hidupnya yang pedih, menunjukkan rasa sakit yang begitu dalam.
Gulita dijera asa adalah gambaran tentang kehilangan harapan, di mana segala usaha untuk mencari cahaya telah hilang. Ketika kelam menjadi satu-satunya kenyataan, ini menggambarkan bagaimana individu itu merasa terisolasi, tanpa harapan dan tanpa arah.
Hitam tanpa batas pandang semakin mempertegas kegelapan yang tidak terhingga, seolah-olah tidak ada batasan bagi kesedihan yang dialami. Keputusasaan ini bersifat total, menyeluruh, dan tanpa jalan keluar yang jelas.
Tema dan Pesan yang Terkandung dalam Puisi
Puisi Risih menggali tema-tema tentang penderitaan, kehilangan harapan, dan keputusasaan yang mendalam. Beberapa pesan utama yang dapat ditarik dari puisi ini adalah:
- Penderitaan yang Tak Terucapkan: Penderitaan dalam puisi ini tidak hanya tampak dalam bentuk fisik, tetapi juga terperangkap dalam kesunyian batin yang tidak dapat diekspresikan. Kata-kata dan perasaan menjadi terhambat, menggambarkan betapa beratnya perasaan seseorang yang tidak bisa menyuarakan kesakitannya.
- Kehilangan Harapan: Kehilangan harapan yang digambarkan dengan gambaran kegelapan dan gulita menunjukkan betapa seseorang yang terperangkap dalam situasi yang sulit dapat merasa begitu terisolasi dan putus asa.
- Keterbatasan dalam Menghadapi Kesulitan: Puisi ini menggambarkan betapa sulitnya untuk keluar dari perasaan terperangkap, terutama saat dihadapkan pada kegelapan yang melingkupi jiwa. Meskipun ada keinginan untuk meredakan perasaan tersebut, tidak ada jalan yang jelas untuk mencapainya.
Gaya Bahasa dan Imaji dalam Puisi
Puisi ini menggunakan berbagai gaya bahasa dan imaji yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesannya:
- Imaji Visual dan Auditori: Melapuk dinding berduri dan riuh dipandang adalah gambaran visual yang kuat, memberikan rasa ketegangan dan penderitaan yang dihadapi. Mengerang dan rintih memberi kesan suara yang datang dari dalam diri, menunjukkan bagaimana penderitaan ini berbentuk fisik dan emosional.
- Metafora dan Simbolisme: Teluk terhening dan sudut tembok memberikan simbol ruang yang tidak memungkinkan untuk keluar atau menemukan kedamaian. Gulita dijera asa menjadi metafora untuk hilangnya harapan yang dapat menuntun keluar dari kesulitan.
- Kontras: Ada kontras antara kelam yang menggambarkan kekosongan dan kegelapan, dengan harapan yang hilang dan terperangkap di dalamnya.
Puisi "Risih" karya Lalik Kongkar adalah sebuah karya yang menggali kedalaman emosi manusia dalam menghadapi kesulitan hidup yang menyakitkan. Dengan gambaran visual yang kuat dan pemilihan kata yang emosional, puisi ini menggambarkan penderitaan yang dalam dan kehilangan harapan yang tak terucapkan. Puisi ini tidak hanya berfungsi sebagai ungkapan dari kesedihan, tetapi juga sebagai sebuah peringatan akan pentingnya untuk meresapi dan memahami kondisi batin yang terkadang terperangkap dalam kegelapan tanpa ujung.
Karya: Lalik Kongkar
Biodata Lalik Kongkar:
- Lalik Kongkar. Pemerhati Pembangunan Desa, Minat Kajian Politik, Filsafat dan Sastra.