Puisi: Pesona Alam Hijau (Karya Faozan Tri Nugroho)

Puisi "Pesona Alam Hijau" karya Faozan Tri Nugroho mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai keindahan alam, serta merayakan ciptaan Tuhan ...

Pesona Alam Hijau


Terperosok pada hamparan hijau
Menggantung pada nuansa manja ilalang
Tunggu! Akan kuhirup perlahan aroma rumput ini
Sebab, kutahu inilah ciptaan Tuhan yang harus kita nikmati

Jauh di ufuk kehijauan
Dengan dasar coklat yang menyatu pada komponen penting
Berbasis kesuburan, yang terikat pada keindahan tanaman liar
Sebut saja bunga
Bunga menjadikan sepasang aksa siap meraih

Sentuhan halus jemari mungil
Siap mengabadikan momen kemekarannya
Bidikan-bidikan kecil siap menjadikan momen indah untuk dikenang
Sebagai hal ciptaan Tuhan yang terindah.

2021

Analisis Puisi:

Puisi "Pesona Alam Hijau" karya Faozan Tri Nugroho adalah sebuah karya yang merayakan keindahan alam dengan segala keajaiban dan kedamaian yang ditawarkannya. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan menikmati pesona alam hijau yang menjadi simbol kedamaian dan ketenangan. Melalui gambaran yang jelas dan imajinatif, Faozan membawa kita untuk merasakan betapa luar biasanya ciptaan Tuhan, sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya untuk menjaga dan menghargai alam yang memberi hidup.

Hamparan Hijau sebagai Lambang Kedamaian

Puisi ini dibuka dengan gambaran "terperosok pada hamparan hijau", sebuah imaji yang menandakan kedamaian yang datang dengan terhubung langsung dengan alam. "Hamparan hijau" di sini tidak hanya merujuk pada tanah yang subur atau padang rumput, tetapi juga pada kedamaian dan ketenangan yang ditawarkan oleh alam. Istilah terperosok dalam konteks ini bukanlah hal yang negatif, melainkan lebih menunjukkan keterhanyutan penyair dalam menikmati suasana alam yang begitu menenangkan dan menyenangkan. Seperti seseorang yang tenggelam dalam kedamaian, tanpa ada gangguan dari dunia luar.

Melalui gambaran ini, Faozan mengajak pembaca untuk meresapi keindahan yang ada di sekeliling kita—sebuah pengalaman yang menuntun kita untuk melupakan segala kesibukan dan kecemasan sehari-hari. Alam hijau menjadi tempat perlindungan, sebuah ruang bagi jiwa yang lelah untuk beristirahat dan meresap segala energi positif yang datang dari ciptaan Tuhan.

Kelembutan Alam: Ilalang dan Rumput sebagai Simbol Ketenangan

Selanjutnya, penyair menggambarkan "nuansa manja ilalang" yang menggantung di sekitar hamparan hijau. Frasa "nuansa manja" menggambarkan kelembutan dan kehangatan alam, serta keindahan alam yang hadir dengan cara yang begitu natural dan tak terburu-buru. Ilalang, sebagai salah satu tumbuhan liar yang ada di alam terbuka, menjadi simbol dari keindahan yang sederhana, namun menyentuh hati. Gambarannya yang "menggantung" menunjukkan bahwa alam itu hidup dalam ketenangan, tidak terburu-buru untuk menjadi sempurna, dan hanya mengalir sesuai dengan irama yang sudah ditetapkan oleh alam semesta.

Penyair juga mengajak pembaca untuk "menghirup perlahan aroma rumput ini", memberikan kesan bahwa alam bukan hanya bisa dilihat dengan mata, tetapi juga dapat dirasakan dengan indra lainnya. Aroma rumput yang segar menjadi simbol dari kesejukan alam yang menyegarkan jiwa. Dengan perasaan penuh perhatian, kita diminta untuk benar-benar merasakan dan menikmati sensasi yang diberikan oleh alam, bukan hanya sekadar lewat begitu saja. Ini adalah ajakan untuk berhenti sejenak, untuk meresapi momen, dan untuk menghargai keindahan yang ada di sekitar kita.

Keindahan Alam sebagai Ciptaan Tuhan

Puisi ini juga menegaskan bahwa segala keindahan yang digambarkan berasal dari "ciptaan Tuhan yang harus kita nikmati". Dengan pernyataan ini, penyair menyadarkan pembaca bahwa alam, dengan segala pesonanya, adalah anugerah yang patut disyukuri. Alam bukan hanya sekadar objek yang bisa dinikmati, tetapi juga merupakan bagian dari kehendak Tuhan yang lebih besar. Ini mengundang kita untuk tidak hanya mengagumi, tetapi juga untuk menjaga dan melestarikan alam agar keindahannya tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Keberagaman dalam Alam: Tanaman Liar, Bunga, dan Kehidupan

Berikutnya, penyair menggambarkan "tanaman liar" dan "bunga" yang berperan sebagai bagian dari ekosistem yang saling terkait. Tanaman liar, meskipun sederhana, berperan penting dalam keseimbangan alam. Keberadaan mereka memperkaya lanskap alam dan memberikan kehidupan bagi banyak makhluk lain. "Sebut saja bunga", kata penyair, yang menunjukkan betapa bunga sebagai simbol kehidupan, kecantikan, dan harapan hadir dengan segala kerendahan hatinya. Bunga mekar dengan sendirinya, tanpa paksaan, memberikan keindahan yang tidak pernah meminta imbalan.

Bunga juga menjadi simbol dari harapan dan pencapaian yang bisa dicapai dalam hidup. Sebagaimana bunga yang mekar dengan penuh pesona, kita pun diajak untuk mekar dalam kehidupan ini, mencapai potensi kita dengan cara yang alami dan penuh kedamaian.

Menangkap Keindahan: Kamera Sebagai Alat untuk Mengabadikan Momen

Penyair kemudian menggambarkan "sentuhan halus jemari mungil" yang siap untuk mengabadikan "momen kemekaran" bunga. Imaji ini bisa diartikan sebagai sebuah metafora untuk cara kita mengamati dan menghargai keindahan alam. Bunga yang sedang mekar, sebagai salah satu momen kehidupan, siap untuk diabadikan, tidak hanya dengan kamera atau alat fotografi, tetapi juga dalam hati dan pikiran kita. Penggambaran ini menekankan pentingnya untuk memperhatikan detail kecil dan moment-moment yang sering kali terlewatkan dalam kehidupan kita. "Bidikan-bidikan kecil" menggambarkan perhatian yang penuh dalam melihat keindahan, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun.

Dengan "momen indah untuk dikenang", penyair mengajak kita untuk menangkap setiap keindahan yang ada di alam, baik itu dalam bentuk fisik maupun emosional, dan menyimpannya sebagai kenangan yang akan terus hidup dalam hati kita. Keindahan alam yang digambarkan dalam puisi ini tidak hanya untuk dilihat, tetapi untuk dirasakan dan dikenang dalam kehidupan kita.

Puisi "Pesona Alam Hijau" karya Faozan Tri Nugroho adalah sebuah karya yang indah dan penuh dengan makna. Lewat gambaran yang kuat dan penuh nuansa, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai keindahan alam, serta merayakan ciptaan Tuhan yang telah memberikan banyak berkah dan keajaiban. Alam hijau, bunga, ilalang, dan semua keindahan lainnya mengingatkan kita untuk tidak hanya menjadi bagian dari dunia ini, tetapi juga untuk menjaganya.

Pesona alam hijau yang digambarkan dalam puisi ini adalah panggilan untuk menghargai setiap detik keindahan yang ada di sekitar kita. Dengan menyadari betapa berharganya alam, kita akan lebih terpanggil untuk menjaga dan melestarikannya untuk kebaikan bersama. Sebab, alam adalah bagian dari kita, dan kita adalah bagian dari alam.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Pesona Alam Hijau
Karya: Faozan Tri Nugroho
© Sepenuhnya. All rights reserved.