Analisis Puisi:
Puisi "Pernyataan Cinta" karya Abdul Wachid B. S. adalah eksplorasi mendalam tentang cinta yang terhalang oleh norma, aturan, dan persepsi sosial. Dengan balutan bahasa puitis yang sederhana namun kuat, puisi ini menggambarkan percintaan yang tidak bisa bebas diekspresikan, tetapi tetap memiliki nilai sakral dan abadi.
Melalui bait-baitnya, Abdul Wachid B. S. tidak hanya berbicara tentang cinta antara dua insan, tetapi juga tentang bagaimana cinta itu sendiri beradaptasi dalam ruang sosial yang penuh batasan. Puisi ini menggugah pembaca untuk memahami cinta sebagai sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar hubungan kasatmata.
Cinta yang Terbatas oleh Ruang dan Norma
"Percintaan kita, sayang Tak dapat diungkapkan Di tempat sembarang Tapi kenapa demikian?"
Pembukaan puisi ini langsung menyiratkan konflik antara keinginan untuk mengekspresikan cinta secara bebas dengan kenyataan adanya batasan. Frasa "di tempat sembarang" menunjukkan bahwa cinta harus dihormati dan tidak sekadar dipamerkan, mungkin karena adanya nilai-nilai budaya, agama, atau norma sosial yang membatasi.
Keinginan untuk Kebebasan dalam Cinta
"Kau-aku ingin pacaran Bermesra di semua jalan Bercinta habis-habisan Tapi ditinggal ingin!"
Ada keinginan mendalam untuk kebebasan bercinta, tetapi ada juga kesadaran akan batasan yang membuat cinta tersebut tidak bisa terwujud sepenuhnya. Frasa "tapi ditinggal ingin" menggambarkan rasa frustrasi dan keterbatasan yang dirasakan oleh pasangan yang ingin mencintai tanpa hambatan.
Aturan yang Menekan dan Membatasi
"Ada kurungan besar Jatuh dari langit Ada aturan-aturan nanar Merajam makin sengit"
"Kurungan besar" dan "aturan-aturan nanar" menjadi simbol tekanan sosial yang membatasi kebebasan cinta. Ini bisa merujuk pada norma agama, budaya, atau bahkan opini publik yang sering kali merusak keintiman.
Bahasa Cinta vs. Bahasa Bara
"Yang kita ingin bahasa cinta Yang terjamu bahasa bara Tegur sapa hanya curiga Rasanya lebih mesra belantara"
Dalam bagian ini, Abdul Wachid B. S. mengontraskan antara "bahasa cinta"—yang diinginkan pasangan—dengan "bahasa bara," yakni prasangka, kecurigaan, atau konflik yang sering muncul dalam hubungan yang dibatasi. Situasi ini membuat cinta yang tulus terasa lebih aman jika berada di tempat tersembunyi, seperti "belantara," daripada di tengah masyarakat yang penuh penghakiman.
Cinta yang Sakral dan Abadi
"Percintaan kita keramat Tak tersentuh khianat."
Meskipun cinta dalam puisi ini terhalang oleh berbagai batasan, penyair menegaskan bahwa cinta tersebut tetap sakral, murni, dan jauh dari pengkhianatan. Hal ini menunjukkan bahwa cinta sejati tidak tergantung pada kebebasan fisik, melainkan pada kesetiaan dan ketulusan hati.
Simbolisme dalam Puisi
- Kurungan Besar: Melambangkan norma, aturan, dan tekanan sosial yang membatasi ekspresi cinta.
- Bahasa Cinta vs. Bahasa Bara: Bahasa cinta menggambarkan keinginan untuk saling memahami dan mencintai dengan tulus, sementara bahasa bara menunjukkan konflik dan hambatan yang mengganggu hubungan.
- Belantara: Belantara menjadi simbol kebebasan yang lebih asli, tempat di mana cinta bisa dijalani tanpa tekanan sosial, meskipun tersembunyi dan jauh dari pandangan.
- Keramat: Keramat menggambarkan cinta yang sakral, abadi, dan tidak terpengaruh oleh batasan duniawi.
Pesan yang Tersirat dalam Puisi
- Cinta Tidak Selalu Bisa Diekspresikan Bebas: Dalam kehidupan nyata, cinta sering kali dibatasi oleh norma sosial, budaya, atau agama. Namun, ini tidak berarti bahwa cinta tersebut kehilangan nilainya.
- Keagungan Cinta Sejati: Cinta sejati tidak memerlukan pengakuan dari dunia luar. Kesetiaan dan ketulusan menjadi elemen yang membuat cinta tetap sakral.
- Perlawanan Terhadap Prasangka Sosial: Puisi ini juga menggambarkan protes halus terhadap prasangka dan aturan yang membatasi cinta. Penyair menunjukkan bahwa cinta yang sejati tetap bertahan, meskipun terhalang oleh hambatan-hambatan tersebut.
- Kebutuhan untuk Privasi dalam Cinta: Kadang-kadang, cinta lebih damai jika dijalani dalam privasi, jauh dari penghakiman dan sorotan dunia luar.
Relevansi Puisi dengan Kehidupan Modern
Puisi "Pernyataan Cinta" relevan dengan kehidupan modern di mana hubungan sering kali menghadapi tekanan sosial. Banyak pasangan dihadapkan pada norma yang membatasi ekspresi cinta mereka, baik karena budaya, agama, atau bahkan persepsi masyarakat.
Dalam konteks digital, cinta juga sering menjadi konsumsi publik melalui media sosial, yang justru dapat menimbulkan prasangka dan tekanan tambahan. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesakralan cinta, jauh dari pengaruh luar yang merusak.
Puisi "Pernyataan Cinta" karya Abdul Wachid B. S. adalah meditasi tentang cinta yang terhalang oleh batasan duniawi, tetapi tetap memiliki nilai yang agung dan abadi. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan bahwa cinta sejati tidak memerlukan kebebasan fisik untuk bertahan.
Melalui simbol-simbol yang kuat, Abdul Wachid B. S. menyampaikan pesan bahwa cinta yang tulus dan setia akan selalu menjadi sesuatu yang keramat, bahkan ketika harus dijalani dalam keterbatasan. Puisi ini mengajarkan bahwa keagungan cinta tidak ditentukan oleh tempat atau ekspresinya, melainkan oleh hati yang mencintai dengan tulus.
Karya: Abdul Wachid B. S.