Puisi: Periode yang Tragis (Karya Hijaz Yamani)

Puisi "Periode yang Tragis" menggambarkan suasana kehancuran, kehilangan, dan kepedihan dalam periode tertentu yang penuh tragedi.
Periode yang Tragis

seketika orang-orang tak kan ketawa lagi
pandang mereka
– menembus musim gugur –

lalu berkatalah
– hati ini di luar doa dan pemujaan –
karena bumi disebari bintang-bintang berapi

dan larutlah kepingan hidup di sungai yang berdarah

1956

Sumber: Malam Hujan (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Periode yang Tragis" karya Hijaz Yamani adalah sebuah karya puitis yang menggambarkan suasana kehancuran, kehilangan, dan kepedihan dalam periode tertentu yang penuh tragedi. Dalam rangkaian kata-kata yang singkat namun sarat emosi, puisi ini berhasil menghadirkan gambaran tentang peristiwa yang melampaui kelaziman, menyisakan jejak duka yang mendalam.

Gambaran Kehilangan dalam Kehidupan

"Seketika orang-orang tak kan ketawa lagi"

Puisi ini dibuka dengan suasana kehilangan kebahagiaan. Tawa, sebagai simbol kegembiraan dan kehidupan normal, seolah-olah terhenti secara tiba-tiba. Kehilangan tawa menggambarkan datangnya tragedi yang begitu dahsyat hingga menghentikan kebiasaan manusia untuk merasakan kebahagiaan.

Baris ini mengisyaratkan pergeseran drastis dari situasi normal ke keadaan yang penuh kesedihan, mencerminkan dampak peristiwa tragis terhadap kehidupan masyarakat.

Musim Gugur sebagai Simbol Kejatuhan

"Pandang mereka / – menembus musim gugur –"

Musim gugur sering kali diasosiasikan dengan kejatuhan, akhir dari sesuatu, atau peralihan menuju kehampaan. Dalam konteks puisi ini, musim gugur menggambarkan kehancuran yang tidak hanya bersifat fisik tetapi juga emosional dan spiritual.

"Menembus musim gugur" mengindikasikan bagaimana individu atau masyarakat dipaksa untuk menghadapi kenyataan pahit, melewati masa-masa suram yang menandai akhir dari sesuatu yang penting.

Hati yang Jauh dari Doa

"Lalu berkatalah / – hati ini di luar doa dan pemujaan –"

Baris ini menghadirkan keputusasaan yang mendalam. Hati yang biasanya menjadi pusat spiritualitas dan harapan kini terasa hampa, jauh dari doa atau pemujaan. Ini menggambarkan kondisi mental dan emosional yang terpukul oleh tragedi hingga kehilangan kepercayaan atau pegangan terhadap sesuatu yang ilahi.

Frasa ini menunjukkan keterasingan dari harapan, seolah-olah dunia telah berubah menjadi tempat yang tidak lagi dapat dijangkau oleh doa dan keajaiban.

Bumi yang Terbakar dan Kehancuran Hidup

"Karena bumi disebari bintang-bintang berapi"

Gambaran "bintang-bintang berapi" memberikan kesan kehancuran besar, seperti perang, ledakan, atau bencana alam. Frasa ini menyiratkan gambaran apokaliptik di mana bumi tidak lagi menjadi tempat yang aman dan damai.

"Bintang-bintang berapi" juga bisa melambangkan mimpi dan harapan yang hancur, berubah menjadi sesuatu yang memusnahkan dan melukai.

"Dan larutlah kepingan hidup di sungai yang berdarah"

Baris ini memperkuat suasana tragis dengan menghadirkan gambaran sungai berdarah, simbol dari korban jiwa, kekerasan, atau perang. "Kepingan hidup" yang larut menunjukkan betapa kehidupan manusia yang pernah bermakna kini menjadi serpihan kecil yang tak berdaya menghadapi arus kekacauan.

Makna Periode yang Tragis

Puisi ini secara keseluruhan mencerminkan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang ditandai dengan tragedi, kehancuran, dan kehilangan. Tidak ada kebahagiaan, tidak ada harapan, hanya keputusasaan yang tersisa. Dengan kata-kata yang singkat namun kuat, Hijaz Yamani menggambarkan dampak mendalam dari suatu peristiwa tragis terhadap jiwa manusia dan dunia di sekitarnya.

Tema Utama

  1. Kehilangan dan Kehancuran: Puisi ini menggambarkan bagaimana tawa dan kebahagiaan terenggut oleh tragedi besar yang menghancurkan kehidupan manusia.
  2. Keputusasaan Spiritual: Hati yang "di luar doa dan pemujaan" mencerminkan kehilangan iman atau kepercayaan dalam menghadapi tragedi.
  3. Kehancuran Dunia: "Bintang-bintang berapi" dan "sungai yang berdarah" menghadirkan gambaran apokaliptik, menggambarkan kerusakan besar yang melanda bumi.

Pesan Reflektif

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari tragedi besar terhadap kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif. Dalam menghadapi tragedi, manusia tidak hanya kehilangan kehidupan fisiknya tetapi juga kehilangan arah, harapan, dan spiritualitasnya.

Meskipun penuh kesedihan, puisi ini juga bisa dianggap sebagai pengingat tentang betapa rapuhnya kehidupan dan pentingnya menghargai kedamaian serta kebahagiaan yang sering kali kita anggap remeh.

Puisi "Periode yang Tragis" karya Hijaz Yamani adalah puisi yang menggambarkan kehancuran dan kehilangan dalam kehidupan manusia. Dengan kata-kata yang penuh makna, puisi ini menghadirkan gambaran tentang dunia yang porak poranda oleh tragedi, mengingatkan pembaca akan pentingnya menjaga kehidupan dan harapan, bahkan di tengah kehancuran.

Hijaz Yamani
Puisi: Periode yang Tragis
Karya: Hijaz Yamani

Biodata Hijaz Yamani:
  • Hijaz Yamani lahir pada tanggal 23 Maret 1933 di Banjarmasin.
  • Hijaz Yamani meninggal dunia pada tanggal 17 Desember 2001 (pada umur 68 tahun) dan dimakamkan di Taman Makam Bahagia di Kota Banjarbaru.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Pintu Lewat pintu berpijak langkah yang mesra Selagi hati ceria dan harapan terbuka Tapi bila hati gundah dan merana Kututupkan ia, lalu kupalang tengah. …
  • Bayangan Ah, kaulah itu yang menunggui aku Bila di sampingku masih menyala lampu Kawan setia, tapi sia-sia tiada daya bila lampu padam ia pun sirna.1956Sum…
  • Di Atas Bukitdi bahuku tersimbai jalinan tocangseperti ulos -- katanya: aku kedinginanantara kami murninya kerelaanhanya tuak tahu danau tinggal kelambertarung kemanusiaan: yang pe…
  • Batu Gorgabuat batara lubispagi sudah tak bertepidigiring awan ke puncak tusampenghuni miskin dan tandusnya hatitak lagi mengharap karena harap tinggal sepotongtak lagi meronta kar…
  • Dera dan Derujika deru menderatak-apa, inilah pahitnya tak menyerahjika deru menderubangkit berlawan sampai kalahkami tegak menantang derabersama lagu yang menderuMedan, 1956Sumber…
  • Gugurnya Seorang Komponis(In memoriam Cornel Simanjuntak)(1)di sini terbaring anak merdekayang tewas menggenggam nyalalagu atau senapanabu atau kebebasandetik jantungnya telah memi…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.