Pelayaran Malam
Tak kutemukan bangkai matahari
Di antara lorong bangunan bertingkat
Selain jejak bulan pada rimbun pepohonan
Sarat debu. Malam yang turun dari hati yang batu
Mengekalkan api sunyi berkobar dari rongga kuburan
Perahu waktu berlayar membawaku pergi
Ombak dan gelombang dipelihara ikan hiu
Seberkas cahaya obor di tangan
Kian kelap-kelip dimainkan angin malam
Sirip ikan hiu tampak ke permukaan
Wajah yang kelam dan dalam tegak di hadapan
Pelayaran kian jauh dari lepas pantai
Batu-batu karang yang runcing menjulang
Selebihnya lolongan bintang liar
Meledak di bawah akar rumputan
1994
Sumber: Horison (April, 2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Pelayaran Malam" karya Soni Farid Maulana menyajikan sebuah perjalanan simbolis yang penuh makna, mengarah pada pencarian atau pelayaran batin melalui kegelapan malam. Dengan penggunaan metafora yang kaya dan penuh imaji, puisi ini menggambarkan perjalanan batin yang penuh dengan kesendirian, pencarian jati diri, dan perenungan akan kehidupan. Elemen alam seperti bulan, ombak, ikan hiu, dan bintang-bintang menjadi simbol-simbol penting dalam puisi ini, masing-masing mewakili kekuatan dan tantangan yang dihadapi oleh pembicara dalam pelayaran batinnya.
Kegelapan Malam dan Jejak Keheningan
Puisi ini dimulai dengan gambaran kegelapan malam yang begitu pekat dan misterius. Baris pertama, "Tak kutemukan bangkai matahari / Di antara lorong bangunan bertingkat," membuka dengan perasaan kehilangan atau ketidakmampuan untuk menemukan cahaya atau kehangatan dalam kehidupan sehari-hari. Matahari yang hilang mengisyaratkan ketiadaan cahaya harapan atau pemahaman dalam rutinitas yang penuh dengan kehidupan urban, yang digambarkan sebagai "lorong bangunan bertingkat."
Selanjutnya, "Selain jejak bulan pada rimbun pepohonan / Sarat debu," memperkenalkan bulan sebagai satu-satunya sumber cahaya yang ada, namun itu pun tampak redup dan terhalang oleh debu. Gambaran ini menciptakan suasana yang suram, penuh kesunyian, dan kehampaan. Hati yang "batu" menjadi pusat dari pencarian ini—sebuah simbol dari kekakuan emosional dan kekosongan batin yang perlu diterobos.
Pelayaran Waktu dan Ombak Gelombang
Puisi ini kemudian membawa pembaca ke dalam perjalanan batin yang lebih dalam melalui metafora "perahu waktu berlayar membawaku pergi." Waktu, yang tak dapat dihentikan dan selalu bergerak maju, menjadi kapal yang membawa pembicara dalam perjalanan yang tak dapat dihindari. "Ombak dan gelombang dipelihara ikan hiu" menggambarkan tantangan atau rintangan yang dihadapi dalam perjalanan ini. Ikan hiu, yang dikenal sebagai predator laut yang tangguh, melambangkan bahaya yang mengintai di perjalanan hidup, ketegangan, dan ketidakpastian.
Sementara itu, "Seberkas cahaya obor di tangan / Kian kelap-kelip dimainkan angin malam," menciptakan gambaran tentang harapan yang samar-samar. Obor sebagai sumber cahaya membawa harapan dalam kegelapan malam, namun cahaya itu terombang-ambing oleh "angin malam," yang melambangkan ketidakpastian dan kerapuhan dalam mencari arah hidup.
Kehadiran Ikan Hiu dan Batu Karang: Simbol Keberanian dan Tantangan
Ikan hiu yang "tampak ke permukaan" membawa simbol dari kekuatan atau ancaman yang ada dalam perjalanan ini. Wajah yang kelam dan dalam yang "tegak di hadapan" menggambarkan perasaan terancam atau konfrontasi dengan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dalam perjalanan hidup, kita sering kali harus menghadapi kenyataan pahit, dan ikan hiu menjadi representasi dari ancaman atau rintangan besar yang tidak bisa dihindari.
Pada baris berikutnya, "Pelayaran kian jauh dari lepas pantai / Batu-batu karang yang runcing menjulang," simbol batu karang mewakili halangan atau tantangan yang semakin berat. Batu karang yang tajam dan menjulang tinggi mengingatkan pada kesulitan yang semakin besar seiring dengan perjalanan hidup yang terus berlangsung. Namun, keberadaan batu karang juga menunjukkan pentingnya ketahanan dan keberanian untuk terus maju meskipun banyak rintangan.
Bintang Liar dan Akhir Perjalanan
Di bagian akhir puisi, "Selebihnya lolongan bintang liar / Meledak di bawah akar rumputan," gambaran tentang bintang yang "liar" menggambarkan kebebasan yang tidak teratur, mengarah pada perasaan kegelisahan dan kebingungan yang mungkin muncul dalam perjalanan batin. Bintang yang melolong di bawah "akar rumputan" juga bisa mengindikasikan perasaan terasing atau keterasingan yang dalam.
Bintang yang biasanya menjadi simbol harapan dan arah di langit malam kini digambarkan dengan cara yang lebih kacau dan liar, yang menunjukkan bahwa dalam pencarian akan makna dan pemahaman hidup, tidak selalu ada kejelasan atau petunjuk yang pasti. Semuanya tampak kacau, seperti bintang yang terperangkap dalam keadaan liar dan meledak di bawah tanah.
Puisi "Pelayaran Malam" karya Soni Farid Maulana adalah karya yang penuh dengan simbolisme dan makna yang mendalam. Perjalanan batin yang digambarkan dalam puisi ini tidak hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan dalam pencarian makna hidup, pemahaman diri, dan harapan yang bisa ditemukan dalam kegelapan dan kesunyian.
Penggunaan alam sebagai metafora—dari ombak, ikan hiu, bulan, bintang, hingga batu karang—menciptakan sebuah narasi yang kuat dan mendalam tentang kehidupan yang penuh dengan tantangan, ancaman, dan harapan yang terkadang tampak jauh dan tidak terjangkau. Namun, meskipun penuh dengan rintangan dan ketidakpastian, puisi ini juga menyiratkan pentingnya keberanian untuk terus berlayar dalam pencarian makna hidup, meskipun perjalanan itu terasa sunyi dan penuh dengan kesendirian.
Soni Farid Maulana berhasil menampilkan perasaan kesendirian yang menggugah dan menggambarkan perjalanan batin yang penuh dengan pertanyaan, tantangan, dan harapan yang tak terdefinisikan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti dari perjalanan hidup yang terus berjalan, meskipun gelap dan penuh dengan keraguan.