Puisi: Nyanyian Anggur (Karya Bambang Sarwono)

Puisi "Nyanyian Anggur" karya Bambang Sarwono adalah refleksi mendalam tentang kehidupan yang penuh dengan gejolak, pencarian, dan tanggung jawab.
Nyanyian Anggur

Bayangan bola bumi tenggelam dalam gelas anggur
dan gairah mendorong, bermacam manusia datang meneguknya
bukan karena dahaga nikmat, bukan karena lapar dan asa
hanya karena rasa ingin dan tahu membedakan rasa
dikecapnya semua mimpi, bau segala kelezatan di lidahnya
semua tahu, kegegabahan menyimpan akibat
akibat berbeban tanggung jawab
tapi hidup, sejak permulaan telah menuntut demikian
merangkai gelang-gelang rantai abadi
di atas kemesraan dan kelembutan nafas bumi
di mana tiap lembar tulisan menggurat peristiwa ini-itu

Di belahan yang jarang tenteram
penyembelian tontonan setiap hari
dan tak pernah membosankan
karena dituntut demikian

Tiap lembar daun, tiap bisik angin, membangun rasa hidup
dan khawatir, "Siapa berkata siapa mengigau?"

Seperti api dihembus berarak, seperti angin berkecamuk senang
menyecerkan ragu pada tiap rumah "Kedamaian O Kedamaian!"
Gejala membikin algojo pada setiap kursi di ruang tengah

Layar bioskop
Panggung teater
Kaca tivi
Bibir kekasih
Masih banyak yang lain
Di kala gedung-gedung menunduk
Merayu bayang sendiri

Di Negeri ini daratan dan laut sama-sama tak bertepi
"Hidup serba a-Ja-Ib!!" bisik sesuatu
Laut menikam pulau, pulau menelan laut
dan apa-apapun terserak dalam denyut gelombang
macam-macam nuansa, macam-macam cermin
ada rupa tiada rupa, ada bayang tiada bayang
pasir terserak
batuan terurai
menggumpal
sepanjang tepi ......

Jakarta, 25 Desember 1975

Sumber: Horison (Oktober, 1977)

Analisis Puisi:

Puisi "Nyanyian Anggur" karya Bambang Sarwono menggambarkan berbagai aspek kehidupan yang penuh dengan kompleksitas dan paradoks melalui simbolisme anggur, gelas, dan gambar-gambar kehidupan yang kontras. Melalui bahasa yang puitis dan penuh makna, Sarwono menggali kedalaman hidup manusia, keinginan, pencarian makna, serta konsekuensi dari tindakan-tindakan manusia yang sering kali penuh dengan gejolak dan rasa tanggung jawab.

Simbolisme Anggur dan Gelas dalam Kehidupan

Puisi ini diawali dengan gambaran yang kuat, "Bayangan bola bumi tenggelam dalam gelas anggur", yang langsung membawa pembaca ke dalam imaji kehidupan yang luas dan tak terduga. Bola bumi, sebagai simbol dunia, yang "tenggelam" dalam gelas anggur, menggambarkan bagaimana dunia atau kehidupan itu sendiri bisa terperangkap dalam kesenangan sesaat atau keinginan-keinginan yang tak terkontrol. Anggur di sini bukan hanya berfungsi sebagai simbol kesenangan atau kenikmatan, tetapi juga sebagai gambaran perasaan manusia yang berputar di sekitar pemenuhan hasrat dan rasa ingin tahu.

Anggur, yang dalam kehidupan sering kali terkait dengan kenikmatan, dikaitkan dengan dorongan gairah manusia untuk merasakan dan mengeksplorasi berbagai sensasi hidup. Namun, seperti yang dijelaskan dalam puisi ini, anggur diminum "bukan karena dahaga nikmat, bukan karena lapar dan asa," tetapi lebih karena "rasa ingin dan tahu membedakan rasa." Ini mengindikasikan bahwa manusia sering kali didorong oleh rasa ingin tahu dan keinginan untuk mengalami segala sesuatu dalam hidup, tanpa memperhatikan konsekuensinya.

Kegegabahan dan Tanggung Jawab dalam Kehidupan

Dalam puisi ini, ada pengakuan bahwa "kegegabahan menyimpan akibat". Setiap tindakan yang diambil tanpa pertimbangan yang matang, atau berdasarkan impuls, membawa dampak yang harus ditanggung oleh individu atau masyarakat. Kalimat ini menunjukkan bahwa hidup manusia penuh dengan pilihan dan konsekuensi, dan kegegabahan atau ketidaksabaran dalam mencari kepuasan sesaat sering kali berakhir dengan beban yang lebih berat. Namun, kehidupan, sebagaimana disebutkan dalam puisi ini, tetap menuntut individu untuk menjalani setiap langkahnya, merangkai "gelang-gelang rantai abadi" dari peristiwa-peristiwa yang tak terhindarkan.

Meskipun ada kesadaran akan akibat dari tindakan, manusia terus melanjutkan perjalanan hidupnya, yang penuh dengan pencarian akan kenikmatan, pencapaian, dan juga makna. Keberadaan manusia selalu terkait dengan "kemesraan dan kelembutan nafas bumi", menggambarkan hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara kehidupan manusia dan alam semesta yang lebih luas.

Hidup yang Tak Pernah Membosankan: Pergulatan Tanpa Henti

Puisi ini juga menggambarkan bagaimana dunia ini selalu menghadirkan gejolak, tontonan, dan peristiwa yang tidak pernah membosankan, meskipun terkadang tampak seperti sebuah rutinitas yang tak berujung. "Penyembelian tontonan setiap hari dan tak pernah membosankan, karena dituntut demikian," kalimat ini mengindikasikan bahwa manusia sering kali terjebak dalam siklus kehidupan yang repetitif, seperti tontonan di layar bioskop atau kaca televisi yang terus mengulang kisah-kisah yang sama, tetapi tetap menarik perhatian. Dunia ini, dengan segala kebisingan dan rutinitasnya, terus bergerak, sementara kita, sebagai individu, sering kali merasa terjebak di dalamnya.

Ada juga gambaran tentang bagaimana "Tiap lembar daun, tiap bisik angin, membangun rasa hidup." Setiap unsur kehidupan, dari yang kecil hingga yang besar, berkontribusi dalam membentuk pengalaman hidup kita. Namun, ada pula rasa khawatir yang muncul, seperti yang tertulis dalam puisi ini: "Siapa berkata siapa mengigau?" Ini menunjukkan bahwa meskipun kita terus bergerak dalam kehidupan yang penuh gejolak, sering kali kita tidak tahu apa yang benar-benar terjadi di balik semua itu. Banyak hal yang masih misterius, tak terungkap, dan sering kali menimbulkan kebingungannya.

Keabadian dan Perubahan dalam Dunia yang Tanpa Batas

Pada bagian akhir puisi, Bambang Sarwono menggambarkan dunia yang tak terbatas, di mana daratan dan laut "sama-sama tak bertepi." Dunia yang terbentang luas ini menghadirkan berbagai gejala yang tidak selalu mudah dipahami. Laut yang menikam pulau dan pulau yang menelan laut menggambarkan hubungan saling menghancurkan dan memperbaiki, sebuah dinamika yang tak terhindarkan dalam kehidupan ini. Hal ini mengindikasikan bahwa kehidupan selalu bergerak dalam siklus perubahan yang tak menentu.

Puisi ini menggambarkan kontras antara kenyataan dan ilusi, antara hal-hal yang tampak nyata dan yang hanya merupakan bayangan. "Ada rupa tiada rupa, ada bayang tiada bayang," menandakan bahwa dalam kehidupan ini sering kali kita tidak dapat membedakan antara yang tampak nyata dan yang hanya sebuah persepsi atau bayangan dari kehidupan itu sendiri.

Puisi "Nyanyian Anggur" karya Bambang Sarwono adalah refleksi mendalam tentang kehidupan yang penuh dengan gejolak, pencarian, dan tanggung jawab. Melalui simbolisme anggur, puisi ini menggambarkan perasaan manusia yang terombang-ambing antara keinginan untuk menikmati hidup dan kesadaran akan konsekuensi dari setiap tindakan. Meskipun dunia ini penuh dengan kebingungan, ketidakpastian, dan gejolak, hidup tetap berlangsung tanpa henti, dengan segala kompleksitas dan paradoks yang menyertainya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung, menyadari bahwa meskipun hidup penuh dengan ketidakpastian, kita harus tetap melangkah dan meresapi setiap momen yang ada.

Bambang Sarwono
Puisi: Nyanyian Anggur
Karya: Bambang Sarwono

Biodata Bambang Sarwono:
  • Bambang Sarwono lahir pada tanggal 8 Oktober 1951 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.