Puisi: Mencari Yang (Karya Husni Djamaluddin)

Puisi "Mencari Yang" karya Husni Djamaluddin mengajak kita untuk merenungkan perjalanan spiritual yang penuh dengan kesendirian, kekeringan, dan ...

Mencari Yang

telah kering segala mata air di gunung-gunung hulu
diserap sungai-sungai yang mengalir berliku-liku

telah kering segala sungai di muka bumi
diserap laut yang ombaknya empas ke pantai

telah kering segala laut yang pernah bergelombang
kuserap ke dalam sukmaku mencari Yang

Makassar, 1980

Sumber: Bulan Luka Parah (1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Mencari Yang" karya Husni Djamaluddin membawa pembaca pada sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, penuh dengan pencarian akan makna hidup yang lebih tinggi. Dalam karya ini, penyair menggunakan alam sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan batin yang kosong, kering, dan penuh pencarian. Dengan simbolisme yang kuat, puisi ini menggambarkan perjalanan manusia yang lelah dan haus, mencari sesuatu yang lebih dari sekadar materi atau kehidupan duniawi.

Simbolisme Alam dalam Puisi

Puisi ini dibuka dengan kalimat yang menggambarkan kekeringan alam: "telah kering segala mata air di gunung-gunung hulu." Mata air, yang biasanya menjadi sumber kehidupan dan ketenangan, disimbolkan sebagai hilangnya kesegaran dan harapan. Penyair menyiratkan bahwa segala sumber kehidupan yang pernah ada, baik itu dalam bentuk fisik maupun spiritual, kini telah mengering.

Penyair melanjutkan dengan menggambarkan kekeringan yang lebih luas, "telah kering segala sungai di muka bumi," yang menandakan bahwa aliran kehidupan yang seharusnya mengalirkan kesuburan dan kehidupan juga telah habis. Dengan kata "diserap laut yang ombaknya empas ke pantai," puisi ini mengilustrasikan bahwa lautan pun, yang biasanya menjadi simbol luas dan kedalaman emosi, kini tidak bisa lagi memberi ketenangan atau makna bagi pencariannya.

Metafora laut dengan ombak yang "empas ke pantai" memperlihatkan ketenangan yang hampa, ombak yang tidak lagi membawa perubahan atau kebangkitan. Ombak yang semula kuat dan menggulung kini hanya bergetar dengan lemah saat mencapai pantai, menggambarkan perasaan hampa dan tak terarah yang mungkin dialami oleh penyair dalam pencariannya.

Pencarian Jiwa yang Tak Terhenti

Akhirnya, penyair melanjutkan pencariannya dengan kalimat "kuserap ke dalam sukmaku mencari Yang." Dalam baris ini, terdapat pergantian yang signifikan. Setelah menggambarkan kekeringan yang melanda alam semesta, puisi ini beralih ke dalam diri penyair, yang kini mencari "Yang." Penyair tidak lagi mencari di luar dirinya, tetapi lebih mendalam ke dalam sukma (jiwa) yang telah kosong dan haus.

"Yang" yang dicari ini menjadi pusat dari pencarian spiritual dalam puisi ini. Kata "Yang" di sini bisa merujuk pada berbagai hal, tergantung pada interpretasi pembaca. Bisa jadi, "Yang" ini merujuk pada Tuhan, pencarian makna hidup, atau bahkan tujuan tertinggi dalam hidup manusia yang lebih bersifat eksistensial. Apa pun makna "Yang" itu, puisi ini menggambarkan sebuah pencarian yang tak kunjung selesai, karena manusia selalu berada dalam pencarian diri dan makna yang lebih besar.

Konsep Kekeringan sebagai Keterasingan

Kekeringan yang digambarkan dalam puisi ini tidak hanya sebatas kondisi fisik alam, tetapi juga bisa dilihat sebagai simbol dari rasa keterasingan dan kehausan batin. Penyair seakan ingin menyampaikan bahwa ketika segala sesuatu di luar diri telah mengering dan kehilangan maknanya, kita akan merasakan kekosongan yang mendalam di dalam diri kita. Kehilangan sumber-sumber kehidupan fisik seperti sungai dan laut melambangkan kehilangannya pula sumber-sumber spiritual yang pernah memberikan kedamaian dan ketenangan.

Kekeringan ini membawa pada perasaan terasing dari dunia, terlepas dari pengaruh lingkungan eksternal, yang memaksa individu untuk mencari makna atau jawaban di dalam dirinya sendiri. Pencarian ini mengarahkan pada penemuan bahwa yang dicari itu mungkin bukan sesuatu yang terletak di luar sana, tetapi justru ada di dalam diri kita sendiri—suatu pemahaman atau penerimaan atas kekosongan tersebut.

Kesendirian dalam Pencarian

Pencarian yang digambarkan dalam puisi ini bersifat sangat pribadi dan penuh dengan kesendirian. Tidak ada orang lain yang menyertai atau membantu penyair dalam perjalanan ini. Penyair harus mencari "Yang" dalam diri sendiri, dan ini adalah perjalanan yang sulit dan penuh dengan ketidakpastian. Proses pencarian ini seakan mencerminkan pengalaman manusia dalam menghadapai keresahan batin, di mana kadang-kadang kita merasa terasing dan terpisah dari dunia sekitar, namun pada saat yang sama, kita terus mencari arti dan tujuan hidup.

Refleksi tentang Kehidupan dan Spiritualitas

Puisi "Mencari Yang" adalah karya yang berbicara tentang pencarian spiritual manusia dalam menghadapi kekeringan batin. Penyair menggunakan alam sebagai metafora yang menggambarkan betapa kosongnya dunia ini ketika seseorang kehilangan makna dalam hidupnya. Namun, pencarian yang dilakukan penyair juga mencerminkan harapan bahwa meskipun dunia tampak hampa dan kering, ada kekuatan atau makna yang lebih besar yang dapat ditemukan dalam diri manusia itu sendiri.

Pencarian ini bukanlah pencarian untuk sesuatu yang mudah ditemukan atau diukur, tetapi sebuah perjalanan panjang untuk memahami diri dan dunia yang ada di sekitar kita. Pencarian ini lebih bersifat metafisik, bertujuan untuk mencapai kedalaman pemahaman spiritual yang melampaui kehidupan duniawi yang sering kali sementara dan penuh dengan kegelisahan.

Puisi "Mencari Yang" karya Husni Djamaluddin mengajak kita untuk merenungkan perjalanan spiritual yang penuh dengan kesendirian, kekeringan, dan pencarian yang tak pernah berhenti. Pencarian ini menggambarkan kondisi jiwa manusia yang selalu haus akan makna dan kedamaian, meskipun dunia sekitar tampak kering dan kosong. Penyair menggambarkan bahwa meskipun segala sesuatu di luar diri telah mengering, kita tetap memiliki kemampuan untuk mencari "Yang" dalam diri kita, sebuah makna atau tujuan yang lebih tinggi yang membawa kita pada kedamaian dan pemahaman yang lebih mendalam tentang hidup.

Husni Djamaluddin
Puisi: Mencari Yang
Karya: Husni Djamaluddin

Biodata Husni Djamaluddin:
  • Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
  • Husni Djamaluddin meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2004.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.