Puisi: Mazmur Pagi (Karya Korrie Layun Rampan)

Puisi "Mazmur Pagi" mengingatkan pembaca bahwa kehidupan adalah perpaduan antara kesucian awal, keindahan tradisi, dan tantangan abadi yang harus ...

Mazmur Pagi


wangi pengantin
napas hayat
: pelaminan

harum kehidupan
mengemaskan fajar
: lembah

merdunya nyanyian tanah air
lagu leluhur kita
: "lapar! lapar yang baka!"

Sumber: Mata Kekasih (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Mazmur Pagi" karya Korrie Layun Rampan merupakan sebuah karya pendek yang sarat dengan simbolisme dan kedalaman makna. Korrie, yang dikenal sebagai salah satu penyair besar Indonesia, menciptakan puisi ini sebagai refleksi terhadap kehidupan, tradisi, dan perjuangan manusia. Meski singkat, puisi ini mengandung narasi besar tentang kehidupan manusia yang berakar pada alam, leluhur, dan spiritualitas.

Mazmur: Lagu Pujian di Pagi Hari

Judul "Mazmur Pagi" merujuk pada lagu-lagu pujian yang sering dilakukan dalam tradisi keagamaan, khususnya di waktu pagi. Kata mazmur mengacu pada nyanyian rohani yang berisi pujian atau renungan tentang kehidupan dan Sang Pencipta. Dalam konteks puisi ini, mazmur dipadukan dengan suasana pagi, simbol waktu awal yang penuh harapan dan kesucian.

Makna Kehidupan dalam Simbolisme Pernikahan

Baris pertama langsung menyuguhkan simbolisme pernikahan:

"wangi pengantin, napas hayat: pelaminan"

Pengantin dan pelaminan adalah simbolisasi kehidupan baru, awal yang penuh janji dan harapan. Wangi pengantin melambangkan kesegaran hidup, sementara pelaminan menjadi panggung kehidupan itu sendiri.

Di sini, Korrie seakan menyampaikan bahwa kehidupan adalah sebuah prosesi yang penuh keindahan, layaknya upacara pernikahan yang mengikat dua jiwa. Napas hayat (nafas kehidupan) menjadi pengingat bahwa manusia terus hidup dalam siklus alam yang abadi.

Kehidupan dan Fajar sebagai Pertanda Awal

Pada baris berikutnya, Korrie melibatkan unsur fajar dan lembah sebagai metafora:

"harum kehidupan, mengemaskan fajar: lembah"

Fajar adalah simbolisasi awal hari, awal kehidupan, dan harapan baru. Dalam puisi ini, fajar tidak hanya sekadar waktu pagi, tetapi juga membawa aroma kehidupan yang segar dan penuh janji. Kata lembah melambangkan tempat di mana kehidupan tumbuh subur, menjadi lokasi bagi keberlanjutan manusia.

Melalui baris ini, Korrie seolah mengajak kita untuk menghargai momen awal, tempat di mana kehidupan bersemi dan segala sesuatu bermula.

Lagu Leluhur: Suara dari Masa Lalu

Bagian terakhir membawa nuansa yang lebih mendalam:

"merdunya nyanyian tanah air, lagu leluhur kita: 'lapar! lapar yang baka!'"

Di sini, Korrie menghadirkan suara tanah air dan leluhur. Nyanyian tanah air merujuk pada kekayaan budaya dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, frasa "lapar! lapar yang baka!" memberikan kontras tajam terhadap keindahan lagu tersebut.

Kata lapar dapat dimaknai sebagai kebutuhan dasar manusia yang tidak pernah terpuaskan, baik secara fisik maupun spiritual. Lapar juga bisa diartikan sebagai perjuangan yang terus-menerus dalam kehidupan, sebuah dorongan abadi untuk bertahan hidup dan mencari makna.

Refleksi Kehidupan dan Warisan Leluhur

Puisi ini mencerminkan hubungan manusia dengan leluhur dan tanah airnya. Nyanyian tanah air adalah perwujudan dari identitas kolektif, sedangkan lapar yang baka menjadi simbol perjuangan manusia untuk mengisi kehidupannya dengan sesuatu yang berarti.

Kehidupan tidak hanya soal keindahan dan perayaan (wangi pengantin, harum kehidupan), tetapi juga tentang perjuangan, kelaparan, dan usaha yang tak pernah selesai.
Warisan leluhur, yang terwujud dalam nyanyian tanah air, menjadi pengingat akan akar budaya yang harus dijaga dan diteruskan.

Kesederhanaan yang Penuh Kedalaman

Gaya penulisan Korrie Layun Rampan dalam puisi ini sangat sederhana, namun penuh dengan simbolisme. Dengan menggunakan kata-kata yang ringkas, ia mampu menyampaikan pesan mendalam tentang kehidupan, hubungan manusia dengan alam, dan makna dari perjuangan abadi manusia.

Puisi "Mazmur Pagi" adalah sebuah puisi yang mencerminkan harmoni antara keindahan dan perjuangan hidup. Korrie Layun Rampan mengingatkan pembaca bahwa kehidupan adalah perpaduan antara kesucian awal, keindahan tradisi, dan tantangan abadi yang harus dihadapi.

Puisi ini, meskipun singkat, mengajarkan bahwa kehidupan tidak pernah lepas dari siklus harapan dan perjuangan. Dan melalui pujian serta penghormatan terhadap leluhur dan alam, manusia dapat menemukan makna dalam perjalanan hidupnya.

Korrie Layun Rampan
Puisi: Mazmur Pagi
Karya: Korrie Layun Rampan

Biodata Korrie Layun Rampan:
  • Korrie Layun Rampan adalah seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, penerjemah), editor, dan kritikus sastra Indonesia berdarah Dayak Benuaq.
  • Korrie Layun Rampan lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda, Kalimantan Timur.
  • Korrie Layun Rampan meninggal dunia pada tanggal 19 November 2015 di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.