Matinya Seorang Penggali Kubur
Kubur tak pernah dinanti atau menanti, tak pernah menunggu atau ditunggu
pada suatu hari seorang ratu, atau jelata, sama saja, diterima kembali segala sesuatu tanpa memandang cuaca tanpa berjanji dengan waktu.
Dan seorang tua ini mungkin pernah bertanya kepada dirinya sendiri tentang balasan penggali liang di alam sana
mungkin sorga, atau ampunan dari kesalahan-kesalahan di semasa hidupnya
seorang tua ini juga ikut serta mendoakan orang yang telah dikuburnya dahulu tanpa berpikir ini, itu, ini, anu
ia paham penggali kubur akan dikubur juga tanpa tahu kapan saat gugur daun demi daun itu lagi, lepas dari ruasnya waktu
seorang tua yang penyabar itu hari ini meninggal dunia
hari akan semakin senja, waktu semakin putih detaknya
2025
Analisis Puisi:
Puisi "Matinya Seorang Penggali Kubur" karya Darwanto adalah karya yang menggugah kesadaran kita tentang kehidupan, kematian, dan perjalanan seorang manusia dalam menghadapinya. Dalam puisi ini, Darwanto menggunakan gambaran penggali kubur sebagai simbol dari keteguhan, pengabdian, dan kerendahan hati dalam menghadapi takdir. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang pekerjaan fisik seorang penggali kubur, tetapi lebih dalam lagi, tentang peran kita dalam kehidupan, kesadaran akan kematian, dan makna yang terkandung dalam setiap langkah yang kita ambil.
Kubur: Tempat yang Tak Pernah Dinanti atau Menanti
Puisi ini dimulai dengan kalimat yang sangat kuat dan penuh filosofi: "Kubur tak pernah dinanti atau menanti, tak pernah menunggu atau ditunggu." Darwanto memulai dengan memperkenalkan gambaran kubur sebagai sesuatu yang abadi, yang tidak pernah mendambakan kedatangan siapa pun, baik itu orang kaya maupun orang biasa. Kubur adalah sebuah tempat yang selalu siap menerima siapa saja tanpa memandang latar belakang atau status.
Kubur, dalam puisi ini, digambarkan sebagai entitas yang tidak peduli dengan cuaca, waktu, atau keadaan apapun. Ia tidak menunggu dengan harapan atau menginginkan sesuatu, ia hanya menerima apa adanya. Ini adalah pernyataan yang mengingatkan kita pada ketidakpastian hidup, bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti datang, tanpa kita dapat menentukannya.
Pertanyaan Seorang Penggali Kubur tentang Kehidupan dan Balasan
Puisi ini kemudian melanjutkan dengan sebuah pertanyaan mendalam yang dilontarkan oleh seorang penggali kubur tua: "Mungkin sorga, atau ampunan dari kesalahan-kesalahan di semasa hidupnya." Seorang penggali kubur, yang menghabiskan hidupnya menggali liang untuk orang lain, mungkin pernah bertanya tentang balasan yang akan diterimanya setelah mati. Apakah ia akan mendapatkan sorga, ataukah ampunan dari segala kesalahan yang dilakukannya semasa hidup?
Pertanyaan ini menyiratkan kerendahan hati seorang penggali kubur yang bekerja dengan tekun, namun tanpa jaminan atau harapan balasan yang jelas. Ia adalah seseorang yang menjalani kehidupan dengan ikhlas, mungkin tanpa pamrih, dan hanya berharap agar segala kebaikan yang dilakukannya dihargai di akhirat. Hal ini mencerminkan bagaimana seringkali manusia bertanya-tanya tentang balasan atas perbuatan baik yang dilakukan, terutama ketika perbuatan tersebut tidak terlihat oleh banyak orang.
Mendoakan Mereka yang Telah Dikebumikan
Puisi ini juga menggambarkan sisi spiritual dari seorang penggali kubur. "Seorang tua ini juga ikut serta mendoakan orang yang telah dikuburnya dahulu tanpa berpikir ini, itu, ini, anu." Penggali kubur tidak hanya bekerja sebagai seorang penggali tanah, tetapi juga sebagai seseorang yang mengirimkan doa bagi orang yang telah ia kuburkan. Tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan imbalan apapun, ia mendoakan orang yang telah meninggal, merenung tentang kehidupan dan kematian mereka.
Ini menggambarkan bahwa meskipun pekerjaan penggali kubur sering dipandang rendah, dalam kenyataannya pekerjaan tersebut sarat dengan makna dan pengabdian yang tinggi. Ia tidak hanya sekedar menggali tanah, tetapi juga memberikan penghormatan terakhir bagi orang yang telah pergi, sebagai bentuk kasih sayang dan pengabdian yang mendalam.
Kesadaran akan Kematian dan Takdir yang Tak Tertunda
Lanjutannya, puisi ini menyatakan bahwa "Penggali kubur akan dikubur juga tanpa tahu kapan saat gugur daun demi daun itu lagi, lepas dari ruasnya waktu." Ini adalah gambaran yang sangat melankolis tentang kesadaran akan kematian yang tak terhindarkan. Seorang penggali kubur, seperti manusia pada umumnya, juga akan mengalami kematian, meskipun ia tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Waktu yang terus berjalan, seperti daun yang gugur satu demi satu, adalah pengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah sementara, termasuk kehidupan itu sendiri.
Dengan kalimat ini, Darwanto menegaskan bahwa takdir tidak bisa ditunda atau dielakkan. Setiap orang, terlepas dari pekerjaannya atau statusnya, akan menghadapi saat-saat terakhirnya. Pekerjaan seorang penggali kubur, yang sehari-hari berurusan dengan kematian, semakin membuatnya sadar akan ketidakpastian dan kefanaan hidup.
Seorang Tua yang Penyabar: Meninggal Dunia
Puisi ini berakhir dengan penggambaran yang sangat emosional: "Seorang tua yang penyabar itu hari ini meninggal dunia / hari akan semakin senja, waktu semakin putih detaknya." Seorang penggali kubur tua yang penuh kesabaran dan keteguhan akhirnya meninggal dunia. Kalimat ini menggambarkan perubahan waktu yang tidak bisa dihindari. Saat sang penggali kubur meninggal, waktu semakin senja, menunjukkan bahwa akhir hayat seseorang adalah akhir dari perjalanan waktu yang tidak bisa dihentikan.
Penyebutan tentang "waktu semakin putih detaknya" menyiratkan bahwa kehidupan sang penggali kubur semakin mendekati titik akhir, dan waktu terus berjalan meskipun itu semakin tampak seperti senja yang memudar. Ini adalah simbol dari ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi waktu dan kematian.
Puisi "Matinya Seorang Penggali Kubur" karya Darwanto mengajak kita untuk merenungkan tentang kehidupan, pekerjaan, dan makna dari setiap langkah yang kita ambil dalam hidup. Dengan menggunakan penggali kubur sebagai tokoh sentral, puisi ini menggambarkan bahwa meskipun pekerjaan ini sering dipandang sebelah mata, ia sarat dengan makna dan pengabdian. Penggali kubur adalah simbol dari orang-orang yang menjalani hidup dengan ketekunan dan kerendahan hati, tanpa mengharapkan balasan yang jelas, dan dengan kesadaran penuh akan kematian yang akan datang.
Puisi ini juga mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian, dan kematian adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan tersebut. Meskipun kita seringkali tidak tahu kapan saat terakhir kita akan datang, kita harus tetap menjalani hidup dengan penuh makna dan pengabdian, seperti seorang penggali kubur yang menghabiskan hidupnya dengan membantu orang lain menutup babak akhir kehidupan mereka.
Karya: Darwanto
Biodata Darwanto:
- Darwanto lahir pada tanggal 6 Maret 1994.