Madinah
Dari jendela kamarku 621
Di Lorong 16, antara Taiba dan Dar Aliman
Kulihat dua tiang lampu dan sepasang menara Nabawi menjulang
Para peziarah dari berbagai arah
Berduyun memberi salawat menuju rahmat
Rasul terkasih Muhammad SAW
Burung-burung pun menyanyi dan menari bagi sang Nabi
Digerakkan oleh Cinta semata-mata
Aku duduk ngungun di sudut kasur
Tertatih-tatih mengeja alif-ba-ta-Mu
Duka itu tak terlepas juga
Aku masih terlilit oleh tetek-bengek yang fana
Padahal, jauh dari negeriku, aku datang untuk memahami-Mu
Ingin meraih Cinta-Mu
Tetapi ya Allah, ya Rasulullah
Aku masih terbelenggu!
Dadaku terus berdegup, tapi rasa hampa
Tangis dan air mata rasa kering tanpa makna
Aku belum terbakar oleh api Cinta-Mu
Panas matahari dan latar marmer Nabawi
Hanya menyentuh kulitku yang kapal dan kotor
Ya Allah, ya Rasulullah
Aku mendekat untuk dapat peluk dan Cahaya-Mu
Tetapi kenapa masih Kau biarkan aku menunggu
Dalam haus dan lapar Cinta
Dalam kesedihan dan keangkuhan yang memilukan?
Ya Allah, ya Rasulullah
Bukakan pintu Kasih-Mu untukku
Bukakan hati dan tenggelamkan aku dalam kehendak-Mu
Aku ingin menyatu dalam ikhlas dan seluruh nama-Mu!
Ya Allah, ya Rasulullah
Aku terus menunggu dan menyeru
Tetapi semua terpantul kembali ke dalam kamarku
Sudah kubuka jendela, tetapi angin pun hanya lalu
Dan burung-burung pun seakan mengejek
Ya Allah, ya Rasulullah
Ampuni semua dosaku
Terimalah cintaku dan seluruh keluargaku!
Ya Allah, ya Rasulullah
Jantungku kini berdegup lebih kencang
Engkaukah itu yang datang?
Itukah isyarat dari-Mu,
setelah berkali-kali aku sujud di raudah-Mu,
dan meminta begitu banyak hal kepada-Mu?
(Ya Allah, ampuni aku, karena masih lancang berhitung-hitung dengan-Mu, padahal Engkaulah pemilik semua bilangan, dan pemilik gerak bagi milyaran sel dalam tubuhku, dan seluruh molekul semesta raya!)
Tetapi, ya Allah, aku pun sudah ke Masjid Quba, masjid yang tujuh, dan Qiblatain
Juga berdiri di bukit para pemanah – yang gagal memegang amanah
(hingga Rasulullah terluka parah, dan ratusan sahabat syuhada, dan kini terbaring di tanah Baqi, untuk dibangkitkan pertama kali)
Ya Allah, ya Rasulullah
Tanganku gemetar
Menantikan tangan-Mu meremukkan aku
Dan menciptakanku kembali sebagai makhluk baru
Untuk titah-Mu, ajal dan juga Cinta-Mu
Ya Allah, ya Rasulullah
Selamatkan aku dan keluargaku
Juga seluruh rombongan ESQ, serta bangsaku
Dari siksa api neraka-Mu
Kami akan kembali ke raudah-Mu
Bersalawat, mohon pamit dan izin-Mu
Untuk ziarah ke Baitullah
Untuk berkah dan ridho-Mu
Terimakasih ya Allah, ya Rasulullah
Engkau masih memberiku waktu
Untuk berterimakasih dan bersyukur pada-Mu
4 Juli 2006Analisis Puisi:
Puisi "Madinah" karya Yudhistira A.N.M. Massardi adalah sebuah ungkapan perjalanan spiritual dan pencarian makna kehidupan yang dalam.
Latar Belakang Spiritual: Puisi ini membawa pembaca ke Kota Madinah, tempat yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan sejarah Islam. Dari jendela kamar, pengarang melihat pemandangan kota yang penuh dengan salawat dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Pencarian Spiritual: Pengarang menggambarkan perasaan terbelenggu dan haus akan cinta ilahi. Meskipun berada di tempat suci, dia merasa masih terbelenggu oleh dunia dan kekurangannya sebagai manusia.
Rindu akan Kedekatan dengan Tuhan: Ada rasa rindu yang mendalam untuk mendapatkan cinta dan kedekatan dengan Allah dan Rasulullah. Meskipun dia telah melakukan ziarah dan ibadah di tempat-tempat suci, dia masih merasa haus akan cinta ilahi.
Permohonan dan Penyerahan: Puisi ini penuh dengan permohonan dan penyerahan kepada Allah dan Rasulullah. Pengarang memohon ampunan, cinta, dan bimbingan dalam pencarian makna hidup dan kesucian spiritual.
Keterikatan dengan Sejarah: Pengarang mengaitkan pengalaman spiritualnya dengan sejarah dan tempat-tempat suci Islam, seperti Masjid Quba dan Baqi. Ini menunjukkan keterikatan yang kuat dengan warisan sejarah dan keagamaan.
Penutup yang Penuh Rasa Syukur: Puisi ini ditutup dengan rasa syukur atas kesempatan untuk berada di tempat suci, bersalawat, dan memohon berkah dan ridho Allah.
Secara keseluruhan, puisi "Madinah" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjalanan spiritual yang penuh dengan kehausan akan cinta ilahi dan rasa syukur atas pengalaman keagamaan yang mendalam. Ini merupakan ungkapan dari perjalanan batin yang mendalam dan pencarian akan makna hidup yang hakiki.
Karya: Yudhistira A.N.M. Massardi
Biodata Yudhistira A.N.M. Massardi:
- Yudhistira A.N.M. Massardi (nama lengkap Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi) lahir pada tanggal 28 Februari 1954 di Karanganyar, Subang, Jawa Barat.
- Yudhistira A.N.M. Massardi dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980-1990-an.