Puisi: Madinah (Karya Bahrum Rangkuti)

Puisi "Madinah" adalah ekspresi kerinduan, penghormatan, dan kehormatan terhadap Madinah, tempat yang dihormati dalam tradisi Islam.
Madinah

Tak ada lagi hadist qudsi
Berkumandang di sini
Hanya desauan pohon kurma
Di pinggir kota
Dan do'a segelintir orang mengeluh
Dekat makammu, ya nabi
Aku datang sebagai tamu yang jauh
Dari wilayah kepulauan anak-anakmu rohani

Berdiri di bumi-Mu ini
Terbanyak padaku betapa banyak kerunia
Dari harta Arasy Ilahi
'lah kau wariskan kepada manusia
Qur'an dan sunnahmu
Bilakah kami dapat menggalinya?

7-1-1971

Catatan Admin:
Puisi ini mengisahkan tentang ziarah ke kota Madinah; kota tempat Nabi Muhammad dimakamkan. Dari segi bentuk, puisi ini digolongkan sebagai soneta, hanya saja tidak ditulis menggunakan pola 4-4-3-3.

Analisis Puisi:

Puisi "Madinah" karya Bahrum Rangkuti menciptakan gambaran dan suasana spiritual yang memikat di Madinah, kota suci dalam Islam. Dalam karya ini, Bahrum Rangkuti merangkai kata-kata untuk menggambarkan kehormatan, kerendahan hati, dan keinginan untuk merasakan keberadaan yang suci di bumi yang penuh berkah.

Ketidakhadiran Hadis Qudsi: Puisi dimulai dengan mencatat bahwa tidak ada lagi "hadis qudsi" yang berkumandang di Madinah. Hadis qudsi adalah hadis yang meriwayatkan perkataan Allah, tetapi tidak termasuk dalam al-Qur'an. Kemudian, perhatian dialihkan ke desauan pohon kurma, menciptakan suasana ketenangan dan kebersamaan dengan alam.

Suara Alam dan Doa: Desauan pohon kurma di pinggir kota menjadi elemen alam yang membangkitkan ketenangan dan kesederhanaan. Doa segelintir orang yang mengeluh menciptakan lapisan emosional, menggambarkan kerinduan dan keinginan untuk berada di tempat yang kaya akan doa dan keberkahan.

Tamu yang Jauh: Penyair menyampaikan dirinya sebagai "tamu yang jauh" yang datang kepada Nabi Muhammad SAW. Metafora ini menciptakan citra rindu dan kerendahan hati di hadapan keagungan tempat suci dan figur agung.

Warisan Ilahi: Penyair menyampaikan betapa banyak kerunia dari harta Arasy Ilahi yang dititipkan kepada manusia melalui warisan berharga berupa Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Puisi mencerminkan keinginan untuk menggali dan memahami warisan ini secara mendalam.

Ketidakpastian Waktu: Dalam baris terakhir, penyair mengajukan pertanyaan kapan mereka dapat menggali warisan tersebut. Ini menciptakan rasa ketidakpastian dan kerinduan akan kehadiran spiritual di Madinah.

Puisi "Madinah" adalah ekspresi kerinduan, penghormatan, dan kehormatan terhadap Madinah, tempat yang dihormati dalam tradisi Islam. Bahrum Rangkuti berhasil menciptakan atmosfer yang penuh makna dengan merangkai kata-kata yang menggambarkan keindahan alam, doa, dan warisan ilahi yang ditinggalkan Nabi Muhammad SAW. Puisi ini tidak hanya menjadi perjalanan fisik ke tempat yang suci tetapi juga perjalanan spiritual dan pencarian makna dalam warisan agama Islam.

Bahrum Rangkuti
Puisi: Madinah
Karya: Bahrum Rangkuti

Biodata Bahrum Rangkuti:
  • Bahrum Rangkuti lahir pada tanggal 7 Agustus 1919 di Galang, Deli Serdang, Sumatra Utara.
  • Bahrum Rangkuti meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1977 di Jakarta.
  • Bahrum Rangkuti adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.