Analisis Puisi:
Puisi "Lereng Senja" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya yang dibagi dalam tiga bagian, masing-masing menggambarkan aspek yang berbeda dari kehidupan pedesaan dan hubungan manusia dengan alam. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan simbolis, puisi ini menyampaikan pesan tentang perjuangan, harapan, ketidakpastian, dan keindahan alam yang sering kali tidak terduga.
Lereng Senja (I)
Tema
Bagian pertama puisi ini menyoroti siklus kehidupan agraris, dari hujan yang turun hingga kegiatan pertanian yang mengikutinya. Tema utama di sini adalah kebersamaan dan kerja keras dalam bertani serta hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.
Gaya Bahasa
- Personifikasi: Hujan dan sawah digambarkan seolah-olah memiliki kehidupan dan perasaan. Misalnya, "Hujan sudah turun, kawan, hujan sudah turun" menggambarkan hujan sebagai teman yang membawa harapan.
- Simbolisme: Hujan melambangkan kesuburan dan harapan baru, sementara sawah yang "coklat hitam berbau tanah baru dibalik" menggambarkan potensi dan kehidupan baru.
- Imaji: Penyair menggunakan gambaran visual dan olfaktori yang kuat untuk menciptakan suasana pedesaan yang segar dan penuh kehidupan, seperti "bau segar akan menghawa di dada".
Makna
Bagian ini menggambarkan kerja keras dan harapan petani yang menanam padi dengan penuh kasih sayang. Mereka bekerja bersama, membawa kehidupan baru ke sawah mereka yang akan memberikan hasil panen di masa depan. Ini menunjukkan siklus kehidupan yang terus berlanjut dan pentingnya kerja sama dan harapan dalam menghadapi tantangan.
Lereng Senja (II)
Tema
Bagian kedua beralih ke tema bencana alam dan ketidakpastian. Gunung yang meletus dan ancaman lahar menggambarkan ketidakpastian dan ketakutan yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan.
Gaya Bahasa
- Kontras: Kontras antara "puncak merah menyala" dan "siang murung berselimut mendung" menekankan ketidakpastian dan ancaman yang dihadapi masyarakat.
- Imaji: Gambaran gunung meletus, "api malam hari" dan "lumpur panas gelisah pijar" menciptakan visual yang kuat dan menakutkan tentang kekuatan alam yang tidak terkontrol.
- Simbolisme: Gunung dan letusan melambangkan kekuatan alam yang tidak dapat diprediksi dan dihindari, sementara doa nenek melambangkan harapan dan perlindungan.
Makna
Bagian ini menggambarkan ketakutan dan ketidakpastian yang dihadapi oleh masyarakat ketika berhadapan dengan bencana alam. Ini menunjukkan bahwa meskipun manusia berusaha sekuat tenaga, ada kekuatan alam yang di luar kendali mereka. Doa nenek menunjukkan harapan dan upaya untuk mencari perlindungan dari yang Maha Kuasa.
Lereng Senja (III)
Tema
Bagian terakhir mengangkat tema cinta, kebersamaan, dan kehidupan sederhana di pedesaan. Ini menggambarkan hubungan antara manusia dan alam serta antar sesama manusia.
Gaya Bahasa
- Simbolisme: Telaga dan teratai melambangkan kedamaian dan keindahan, sementara burung dalam sangkar melambangkan kebebasan yang terenggut dan keterbatasan.
- Personifikasi: Burung yang "terkurung dalam sangkar" dan "terpatah-patah sayap dipukul jerajak" menggambarkan perasaan kehilangan kebebasan dan keterbatasan.
- Imaji: Gambaran burung yang terkurung dan tangan yang mengulur cumbu menciptakan visual yang kontras antara kebebasan dan penjinakan.
Makna
Bagian ini menggambarkan kehidupan sederhana di pinggir telaga, di mana laki-laki dan perempuan hidup berdampingan dengan alam. Kebebasan burung yang terenggut melambangkan keterbatasan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun, meski ada keterbatasan, ada juga kebersamaan dan cinta yang membuat hidup tetap indah.
Puisi "Lereng Senja" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya yang kaya akan simbolisme dan makna mendalam tentang kehidupan pedesaan, kerja keras, ketidakpastian, dan hubungan manusia dengan alam. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan penuh makna, penyair berhasil menggambarkan berbagai aspek kehidupan dengan cara yang menggugah dan memikat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kekuatan alam, kerja keras manusia, dan keindahan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, meskipun ada banyak tantangan yang harus dihadapi.
Puisi: Lereng Senja
Karya: Harijadi S. Hartowardojo
Biodata Harijadi S. Hartowardojo:
- Harijadi S. Hartowardojo (nama lengkap: Harjadi Sulaiman Hartowardojo / EyD: Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo) lahir pada tanggal 18 Maret 1930 di Desa Ngankruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
- Harijadi S. Hartowardojo meninggal dunia pada tanggal 9 April 1984 di Jakarta, Indonesia (dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia).
- Harijadi S. Hartowardojo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1950-an.