Puisi Kepada Istri
Sumber: Dayak! Dayak! Di manakah Kamu? (2014)
Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Istri" karya Korrie Layun Rampan adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan makna politik, budaya, dan cinta. Puisi ini tidak hanya menjadi refleksi kehidupan masyarakat Dayak, tetapi juga mengungkapkan suara perjuangan dalam menghadapi ketimpangan sosial dan ketidakadilan di tanah sendiri. Dengan alunan kata yang personal dan emosional, Rampan menyajikan kritik sosial dalam bingkai cinta kepada sang istri dan tanah kelahirannya, Kalimantan.
Narasi Perjuangan Dayak
Puisi ini diawali dengan narasi tentang Rakernas (Rapat Kerja Nasional) MADN (Majelis Adat Dayak Nasional). Suasana diskusi yang hangat dan kadang memanas menjadi latar utama yang menggambarkan keresahan masyarakat Dayak. Mereka menuntut hak-hak yang selama ini terpinggirkan, seperti kesetaraan hukum adat, hak atas tanah nenek moyang, hingga akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Ungkapan seperti:
“Kami telah bosan jadi penonton tak mendapat apa-apa di tanah merdeka!”
menggambarkan rasa frustrasi masyarakat Dayak terhadap marginalisasi yang mereka alami. Rampan menggunakan suara peserta diskusi sebagai representasi dari kegelisahan kolektif, memperlihatkan bagaimana mereka merasa dijauhkan dari kesejahteraan yang dijanjikan oleh kemerdekaan Indonesia.
Ketimpangan dan Marginalisasi
Puisi ini juga menyoroti ketimpangan struktural yang dialami oleh masyarakat Dayak. Mereka sering kali diabaikan dalam pembangunan dan kebijakan negara, meskipun hidup di tanah yang kaya akan sumber daya alam. Dalam bait berikut:
“Kami dipinggirkan ke hutan oleh nepotisme. Oleh kolusi antara pejabat negara dengan kaum kolutor. Kami dimiskinkan secara struktural,”
Rampan menyuarakan kritik terhadap korupsi, kolusi, dan nepotisme yang memperburuk keadaan masyarakat Dayak. Tanah mereka dirampas untuk tambang dan perkebunan kelapa sawit, sementara hak-hak dasar mereka, seperti pendidikan dan akses ekonomi, masih terabaikan.
Cinta dalam Bingkai Perjuangan
Meski tema besar puisi ini adalah perjuangan masyarakat Dayak, Rampan tidak melupakan sisi personal dalam karyanya. Ia menulis puisi ini untuk istrinya, yang digambarkan sebagai:
“Bunga terindah Tamiang Layang.”
Cinta kepada sang istri menjadi semacam oase dalam perjalanan yang penuh gejolak. Ini memberikan keseimbangan emosional dalam puisi, memperlihatkan sisi humanis dari sang penyair yang meskipun berada di tengah perjuangan, tetap merindukan kebahagiaan sederhana bersama orang yang dicintainya.
Makna Simbolis dan Harapan
Puisi ini juga sarat dengan simbolisme. Perjalanan ke Tumbang Anoi, misalnya, mengingatkan pada sejarah penting masyarakat Dayak dalam perjanjian penghentian tradisi mengayau. Simbol ini menggambarkan harapan untuk rekonsiliasi dan persatuan, baik di antara masyarakat Dayak sendiri maupun dalam hubungan mereka dengan pemerintah pusat.
Selain itu, ada semangat untuk tetap bersatu dalam bingkai NKRI meskipun penuh tantangan:
“Kalau Borneo merdeka, bukankah kekayaannya berlimpah ruah? Tapi kita sesungguhnya tak mau berpisah dari NKRI.”
Ini menunjukkan bahwa masyarakat Dayak tetap memegang teguh cinta terhadap tanah air, meskipun sering kali dibuat kecewa oleh kebijakan yang tidak berpihak pada mereka.
Puisi "Kepada Istri" adalah puisi yang menyuarakan berbagai lapisan perasaan: mulai dari kegelisahan sosial, kritik politik, hingga cinta yang intim. Dengan gaya bahasa yang lugas namun penuh emosi, Korrie Layun Rampan berhasil menyampaikan perjuangan masyarakat Dayak yang tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga mencerminkan isu universal tentang keadilan, hak asasi, dan cinta terhadap tanah air. Puisi ini menjadi pengingat bahwa suara-suara dari pinggiran tetap memiliki kekuatan untuk membangkitkan kesadaran dan menginspirasi perubahan.
Karya: Korrie Layun Rampan
Biodata Korrie Layun Rampan:
- Korrie Layun Rampan adalah seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, penerjemah), editor, dan kritikus sastra Indonesia berdarah Dayak Benuaq.
- Korrie Layun Rampan lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda, Kalimantan Timur.
- Korrie Layun Rampan meninggal dunia pada tanggal 19 November 2015 di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.