Keluarga (1)
aku pernah masuk di situ
terkunci di dalam kamar
sekadar menggambar wajah ibu dan bapak
lalu hangat kenangan meledak
selalu ada nasihat, asin keringat, atau bentakan
yang berkisah jika tak perlu tersungut
pada kecengangan dunia
sebab hidup kecut, kata mereka
dan aku selalu menamai kembali setiap batas
lekuk silsilah, batang waktu yang selalu menggoda
tiba-tiba aku sudah dewasa
usia terperanjat membuka jendela
lantas tertawa
kunci pintu kamar sudah di saku
dapat kuputar kapan saja
menjelajah ke luar rumah
Keluarga (2)
tapi beratus langkah jauh dari rumah
terasa ada kangen yang mendera
ingin kembali masuk
berpeluk pada setiap suluk
sudut ruangan yang kuingat dengan jelas
tempat diriku dulu kerap tertawa atau menangis sendirian
sementara hanya bisa kukenang
wajah-wajah adik yang berenang
waktu cepat mencumbu
kami berusaha untuk terus tumbuh
Keluarga (3)
seperti ibu dulu menangis penuh gemetar
ayat-ayat suci mengalun
tangisnya melebih hujan
kini bagaikan kurengkuh kembali
rahimnya yang rapat dan hangat
berbagi ruang hidup
seluruh napasnya yang letup
barangkali cuma buatku
Keluarga (4)
dan ayah acap tergesa
bekerja, melulu bekerja
masuk dalam rutinitas negara
di kepalanya ratusan arsip
tetapi kami selalu menunggunya
sepulang kerja
tak ada kerut lelah di matanya
menanti getar suaranya dengan dada yang berdebar
berkisah hal-hal biasa
"soal kantor tak perlu masuk ke rumah," katanya
"ia lebih baik tertinggal di beranda saja.
yang akan dijemput saat berangkat kerja."
maka tak pernah kudengar kisah-kisah seram tentang atasan
hanya dapat kurasakan hujan yang jatuh di halaman
atau hangat matahari menyapa akrab
Keluarga (5)
kini kami mesti menempuh jalan sendiri-sendiri
tenggelam dalam limbah kota
menggapai nasib
dan seperti kata ayah,
"soal kantor tak perlu masuk rumah. cuma buat kotor.
tinggalkan di beranda saja."
Jakarta, 2006Analisis Puisi:
Puisi "Keluarga" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan kompleksitas dinamika keluarga dari berbagai sudut pandang. Penyair mengeksplorasi hubungan antara anggota keluarga, mencakup momen-momen hangat, nasihat, kebersamaan, dan perpisahan.
Perubahan dan Pertumbuhan: Puisi ini menggambarkan perubahan dan pertumbuhan yang terjadi seiring waktu. Dari masa kecil hingga kedewasaan, penyair merenungkan bagaimana pengalaman keluarga membentuk dan memengaruhi perkembangan pribadi.
Sentuhan Emosional: Melalui gambaran tentang ingatan hangat dengan anggota keluarga, puisi ini menyentuh emosi pembaca dan mengundang mereka untuk merenungkan hubungan yang mereka miliki dengan keluarga mereka sendiri.
Nilai Keluarga: Penyair menyoroti nilai-nilai tradisional keluarga seperti kasih sayang, dukungan, dan kebersamaan. Meskipun anggota keluarga mungkin terpisah oleh jarak dan waktu, tetapi ikatan emosional yang kuat tetap ada.
Penyesuaian dengan Perubahan: Puisi ini mencerminkan realitas bahwa anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan perubahan, baik dalam hubungan pribadi maupun lingkungan sosial. Meskipun masing-masing individu mungkin menempuh jalannya sendiri, mereka tetap membawa ingatan dan pengalaman bersama keluarga.
Pesan Terakhir: Dengan mengutip kata-kata ayah tentang kantor yang sebaiknya ditinggalkan di beranda, penyair menekankan pentingnya meninggalkan pekerjaan dan masalah di luar pintu rumah, dan menikmati momen bersama keluarga dalam kehangatan hubungan yang saling mendukung.
Melalui puisi ini, Alex R. Nainggolan menghadirkan gambaran yang kuat tentang dinamika keluarga, mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai penting yang diwariskan oleh ikatan keluarga.
Puisi: Keluarga
Karya: Alex R. Nainggolan
Biodata Alex R. Nainggolan:
- Alex R. Nainggolan lahir pada tanggal 16 Januari 1982 di Jakarta.