Puisi: Jumat Istimewa (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Jumat Istimewa" karya Isbedy Stiawan ZS adalah refleksi spiritual tentang makna keheningan, penyerahan diri, dan kesadaran akan kefanaan hidup.
Jumat Istimewa

segala sibuk disimpan di lubuk
segala celoteh biarkan meleleh
segala niaga taruh di beranda
lalu segera menuju panggilan 
"jadikan aku hamba yang tahu fana
dan tak ke mana, kecuali kembali ke Sana," doaku
di ujung pertemuan, setelah itu bagai burung
aku beterbangan lagi.

28 Mei 2010; 11.50

Analisis Puisi:

Puisi "Jumat Istimewa" karya Isbedy Stiawan ZS adalah refleksi spiritual tentang makna keheningan, penyerahan diri, dan kesadaran akan kefanaan hidup. Dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna, puisi ini menggambarkan momentum sakral di hari Jumat yang mengundang perenungan mendalam.

Jumat: Hari Sakral dan Simbol Kesadaran Spiritual

Judul puisi, "Jumat Istimewa," menegaskan keistimewaan hari Jumat sebagai waktu yang bermakna dalam kehidupan religius banyak orang, khususnya umat Muslim. Jumat sering diasosiasikan dengan ibadah, introspeksi, dan kembali mendekatkan diri kepada Tuhan.

Di baris awal:

"Segala sibuk disimpan di lubuk, segala celoteh biarkan meleleh"

Penyair mengajak pembaca untuk menanggalkan kesibukan duniawi dan berhenti sejenak dari keramaian. Kesibukan dan celoteh adalah simbol distraksi kehidupan yang sering menjauhkan manusia dari momen introspektif. Di sini, Isbedy menunjukkan pentingnya keheningan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Panggilan Menuju Tuhan

Baris berikutnya:

"Segala niaga taruh di beranda, lalu segera menuju panggilan"

Mengilustrasikan panggilan spiritual yang tidak bisa diabaikan. "Niaga" adalah simbol aktivitas duniawi, seperti pekerjaan atau urusan bisnis, yang harus dikesampingkan untuk memenuhi kewajiban rohani. Panggilan ini tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga panggilan untuk mendalami hakikat keberadaan.

Doa dan Penyerahan Diri

Bagian inti puisi ini adalah doa yang dipanjatkan si aku lirik:

"Jadikan aku hamba yang tahu fana dan tak ke mana, kecuali kembali ke Sana," doaku

Doa ini mencerminkan kesadaran akan kefanaan hidup dan pengakuan bahwa manusia pada akhirnya akan kembali kepada Tuhan. Frasa "tak ke mana, kecuali kembali ke Sana" menunjukkan kepasrahan total dan pengharapan untuk hidup yang bermakna dalam kehendak Ilahi.

Fana dan Makna Kembali ke Sana

Fana, yang berarti sementara atau tidak kekal, menjadi tema sentral dalam puisi ini. Penyair mengingatkan bahwa segala yang ada di dunia hanyalah sementara, dan tujuan akhir manusia adalah kembali kepada Tuhan. Pernyataan ini memberikan nuansa spiritual yang mendalam, mengarahkan pembaca untuk merenungkan hidup mereka sendiri.

Beterbangan Lagi: Simbol Kebebasan dan Kehidupan

Pada bagian akhir:

"Di ujung pertemuan, setelah itu bagai burung aku beterbangan lagi"

Penyair menggambarkan manusia sebagai burung yang kembali terbang setelah bertemu Tuhan dalam doa atau ibadah. Metafora burung melambangkan kebebasan jiwa setelah memperoleh ketenangan dan keheningan spiritual. Setelah momen refleksi di hari Jumat, kehidupan kembali berjalan dengan semangat baru, tetapi tetap berpijak pada kesadaran akan kefanaan.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini disusun dalam baris-baris pendek yang sederhana namun puitis. Diksi seperti "lubuk," "beranda," dan "beterbangan" menciptakan suasana yang reflektif dan intim. Gaya bahasa yang digunakan cenderung simbolis dan mendalam, memadukan unsur duniawi dan spiritual dengan harmonis.

Pesan Moral dan Refleksi

Melalui "Jumat Istimewa," Isbedy Stiawan ZS mengingatkan pembaca untuk tidak terjebak dalam hiruk-pikuk duniawi. Ia mengajak untuk merayakan momen keheningan dan introspeksi sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Pesan utamanya adalah tentang pentingnya mengenali kefanaan hidup dan mempersiapkan diri untuk perjalanan menuju keabadian.

Puisi "Jumat Istimewa" adalah puisi yang menghadirkan keindahan dan kedalaman spiritual melalui bahasa yang sederhana. Isbedy Stiawan ZS mengajak pembaca untuk menghargai keistimewaan hari Jumat sebagai momen untuk berhenti, berdoa, dan meresapi kefanaan hidup.

Dengan metafora burung yang beterbangan dan doa yang pasrah, puisi ini memberikan keseimbangan antara spiritualitas dan realitas kehidupan. Sebuah karya yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga kaya akan makna dan relevansi spiritual bagi pembacanya.

Isbedy Stiawan ZS
Puisi: Jumat Istimewa
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Biodata Isbedy Stiawan ZS:
  • Isbedy Stiawan ZS lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, pada tanggal 5 Juni 1958.
© Sepenuhnya. All rights reserved.