Puisi: Jin (Karya Mohammad Diponegoro)

Puisi "Jin" karya Mohammad Diponegoro menyajikan tema yang kaya akan makna dan mencakup aspek-aspek keberagaman dan kompleksitas dunia jin.
Jin
(Puitisasi terjemahan al-Qur’an surat Al-Jinn: ayat 1-28)

Katakan: Wahyu telah dibukakan padaku
bahwa sekelompok jin pada menyimak lalu mengaku:
"Kami telah mendengar Al-Qur'an
indah menakjubkan!
Ia membimbing ke jalan kebenaran
maka kami pun percaya padanya
dan tiada menyekutukan Tuhan
dengan apa-apa
Keagungan Tuhan sangat tinggi!
Ia tak pernah mengambil isteri
tidak pula seorang anak
Memang di antara kami yang dungu
telah berkata tentang Allah dengan dusta yang terlalu
Dahulu kami kira manusia dan jin tak pernah berkata
tentang Allah dengan ucapan dusta
Dan sementara manusia pada mencari
perlindungan pada jin laki-laki
hingga jin itu jadi makin tinggi hati
Dan mereka mengira, seperti juga kalian
bahwa Allah takkan membangkitkan seorang utusan
Dahulu kami mencoba mencapai langit
tapi kami jumpai langit penuh
dengan barisan penjaga yang kokoh
dan simpang-siur batu-batu meteor
Dahulu kami biasanya duduk-duduk di sana
untuk bisa menyadap kabar
tapi kini siapa berani mencoba dengar
akan disergap bintang-bintang pijar
Jadi kami kini tak bisa mengerti
apakah keburukan akan ditimpakan
pada mereka yang ada di bumi
atau Tuhan menginginkan kebaikan
Dan di antara kami ada yang salih
ada pula yang tak demikian
Kami ini kelompok-kelompok
yang menempuh jalan berlain-lainan
Dan kami pun mengerti
takkan mampu melepaskan diri
dari Allah di muka bumi
atau pun lolos dengan berlari
Dan ketika kami mendengarkan Al-Huda
kami pun percaya padanya
Maka siapa pun beriman pada Tuhannya
tidak akan kuatir rugi
tidak akan jatuh nista
Dan di antara kami ada yang patuh
ada pada sebagian yang menyimpang
Maka yang patuh telah memilih jalan lempang
Sadang mereka yang menyimpang
akan menjadi kayu api neraka Jahanam."
Sekiranya mereka tangguh menempuh lebuh
pasti Kami pun akan memberi minuman
air melimpah banyak nian
Dengan begini mereka bisa Kami uji
siapa melengos dari peringatan Tuhan
akan dijeblos dalam siksa tak tertahankan
maka janganlah kalian menyembah
apa pun di samping Allah
Dan ketika hamba Allah menyembah-Nya dengan berdiri
nyaris mereka berdesak-desak mengerumuni

***
Katakan: "Aku semata menyembah Tuhanku
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu."
Katakan: "Aku tidak kuasa mendatangkan
madlarat atau manfaat pada kalian."
Katakan: :Tak akan kuasa seorang pun
melindungi diriku dari Allah
Dan takkan kutemukan tempat berlindung
selain di sisi Allah
Tak lain tugasku hanya menyampaikan wahyu
dari Allah. Dan risalah-Nya
Siapa membangkang Allah dan Rasul-Nya
bakal disediakan api neraka
tinggal di sana selama-lamanya
Sampai saat mereka melihat apa yang pernah dijanjikan
lalu mereka pun mengetahui
penolong siapa yang lebih lamah
dan lebih kecil dalam jumlah."
Katakan: "Apakah dekat, aku tak tahu
apa yang dijanjikan padamu itu
atau Tuhanku merentang kurun waktu yang panjang
Ia mengetahui apa yang tak terlihat mata
Rahasia-Nya takkan dibuka pada siapa juga
kecuali pada Rasul-Rasul pilihan
Lalu dipasang-Nya penjaga di depan dan di belakang
supaya Ia tahu, bahwa Rasul-Rasul itu
benar menyampaikan pesan Tuhan mereka
Ia mengerti benar apa yang mereka bawa
dan mencatat perhitungan segala sesuatu."

Sumber: Horison (Juni, 1977)

Analisis Puisi:

Puisi "Jin" karya Mohammad Diponegoro menyajikan tema yang kaya akan makna dan mencakup aspek-aspek keberagaman dan kompleksitas dunia jin.

Pengakuan Jin terhadap Kebesaran Al-Qur'an: Puisi ini dimulai dengan pengakuan sekelompok jin yang mendengar Al-Qur'an dan terkesan dengan keindahannya. Mereka mengakui bahwa Al-Qur'an membawa petunjuk kebenaran dan menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki anak atau istri.

Perbandingan Antara Manusia dan Jin: Puisi menggambarkan perbandingan antara manusia dan jin dalam hal pendekatan kepada Tuhan. Sementara manusia sering mencari perlindungan pada jin, jin juga dapat menyimpang dari kebenaran. Pemilihan kata dan imaji menyampaikan kompleksitas hubungan antara manusia dan jin.

Perbandingan Dalam Pencarian Ilmu: Jin yang diceritakan mencoba untuk menyadap kabar di langit tetapi menemui rintangan berupa penjagaan ketat dan batu-batu meteor. Ini menciptakan gambaran dramatis tentang upaya mereka untuk mendapatkan pengetahuan yang terbatas dan tentang kemahakuasaan Tuhan.

Keberagaman dan Kekhasan Jin: Puisi menciptakan gambaran bahwa jin memiliki kelompok-kelompok dengan jalur kehidupan yang berbeda-beda. Beberapa jin dianggap salih, sementara yang lain menyimpang. Ini mencerminkan keberagaman dan kekhasan masing-masing individu, bahkan di kalangan jin.

Pengaruh Al-Qur'an terhadap Jin: Penggambaran bahwa Al-Qur'an mempengaruhi jin untuk memilih jalan yang benar dan menghindari perilaku menyimpang menekankan pentingnya wahyu dalam membimbing makhluk, termasuk jin, ke jalan yang benar.

Ujian Minuman dari Tuhan: Puisi menyajikan ide bahwa jika jin bisa bertahan di lebuh (langit), mereka akan mendapatkan minuman yang melimpah. Konsep ini dapat diartikan sebagai ujian yang diberikan Tuhan untuk menguji keteguhan jin dalam mencari ilmu dan kebenaran.

Tanggapan Tuhan terhadap Kebangkitan:
Puisi menggambarkan bahwa jika jin tangguh menempuh lebuh, Tuhan akan memberikan minuman yang melimpah. Ini menggambarkan keadilan Tuhan dan penilaian-Nya terhadap perilaku dan keyakinan makhluk-Nya.

Peringatan terhadap Kesombongan: Jin diberikan peringatan tentang bahaya kesombongan dan menolak peringatan Tuhan. Hal ini menciptakan atmosfer tegang dan meresapi puisi dengan pesan moral tentang ketaatan dan rendah hati.

Puisi "Jin," dengan memanfaatkan kekayaan bahasa dan simbolisme, merangkai narasi yang kompleks tentang hubungan antara jin, manusia, dan Tuhan, sambil mengeksplorasi konsep kebenaran dan ketundukan terhadap wahyu Tuhan.

Puisi: Jin
Puisi: Jin
Karya: Mohammad Diponegoro

Biodata Mohammad Diponegoro:
  • Mohammad Diponegoro lahir di Yogyakarta, pada tanggal 28 Juni 1928.
  • Mohammad Diponegoro meninggal dunia di Yogyakarta, pada tanggal 9 Mei 1982 (pada usia 53 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.