Puisi: Jarak (Karya Umbu Landu Paranggi)

Puisi "Jarak" karya Umbu Landu Paranggi mengajak kita untuk merenung: apakah kita sudah menghapus jarak dengan orang-orang di sekitar kita? Ataukah ..
Jarak

manis, karena maut itu tiba tanpa mengenal waktu dan hitungan
menjemput menceraikan kita sebelum sempat jabat salam permaafan

hapuslah sudah jarak-jarak yang memisah antara kita sesama kawan
lalu sediakan hati dengan segala penyerahan

Sumber: Fadjar Menjingsing, Majalah Mimbar Indonesia, nomor 37 Tahun XIV, 10 September 1960.

Analisis Puisi:

Puisi selalu menjadi medium bagi penyair untuk menuangkan renungan mendalam mengenai kehidupan. Puisi "Jarak" karya Umbu Landu Paranggi adalah salah satu karya yang penuh makna, mengajak pembaca merenungi tentang kefanaan, hubungan antarmanusia, dan pentingnya persahabatan. Dalam puisi ini, Umbu Landu Paranggi berbicara tentang jarak, baik dalam pengertian fisik maupun emosional, yang memisahkan manusia satu sama lain.

Kefanaan dan Ketidakterdugaan Kematian

Puisi ini dimulai dengan nada yang melankolis namun penuh kesadaran:

manis, karena maut itu tiba tanpa mengenal waktu dan hitungan
menjemput menceraikan kita sebelum sempat jabat salam permaafan

Baris pembuka ini mengandung makna yang mendalam tentang kefanaan hidup. Penyair menyampaikan bahwa maut datang dengan tiba-tiba, tanpa peringatan atau kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang retak. Kata "manis" di awal bait bisa ditafsirkan sebagai penerimaan bahwa kematian, meski menyakitkan, adalah bagian alami dari hidup.

Kalimat "sebelum sempat jabat salam permaafan" menegaskan bahwa manusia sering kali terpisah tanpa memiliki waktu untuk berdamai atau memperbaiki hubungan. Hal ini menjadi pengingat bahwa hidup penuh dengan ketidakpastian, sehingga penting bagi kita untuk menjaga hubungan baik dengan sesama sebelum terlambat.

Menghapus Jarak dan Menciptakan Kedekatan

Bagian berikutnya memberikan seruan untuk menghapuskan jarak yang memisahkan manusia:

hapuslah sudah jarak-jarak yang memisah antara kita sesama kawan
lalu sediakan hati dengan segala penyerahan

Umbu Landu Paranggi mengajak pembaca untuk menyadari bahwa jarak, baik dalam pengertian fisik maupun emosional, adalah penghalang dalam hubungan antarmanusia. "Jarak-jarak yang memisah" menggambarkan dinding-dinding yang sering kali tercipta oleh ego, kesalahpahaman, atau konflik. Penyair menyerukan untuk menghapus jarak ini dan membuka hati dengan penuh keikhlasan.

Kata "penyerahan" dalam konteks ini bukan berarti pasrah tanpa daya, melainkan sebuah sikap rela menerima dan menghargai hubungan dengan sesama tanpa syarat. Penyerahan hati di sini adalah bentuk kedewasaan emosional, di mana kita mampu melepaskan ego dan menerima orang lain dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Tema Utama Puisi

Puisi ini mengangkat beberapa tema utama, di antaranya:
  1. Kefanaan Hidup: Kematian adalah sesuatu yang tak terelakkan, datang tanpa peringatan, dan sering kali meninggalkan penyesalan.
  2. Pentingnya Rekonsiliasi: Sebelum maut memisahkan, manusia harus berusaha untuk memperbaiki hubungan dan saling memaafkan.
  3. Menghapus Jarak: Baik secara fisik maupun emosional, jarak menjadi penghalang dalam hubungan manusia yang perlu dihilangkan melalui keikhlasan dan penerimaan.

Makna Filosofis

Puisi ini tidak hanya berbicara tentang kematian sebagai akhir dari kehidupan, tetapi juga sebagai pengingat bahwa hubungan antarindividu adalah hal yang sangat penting. Umbu Landu Paranggi menyiratkan bahwa jarak bukan hanya soal ruang fisik, tetapi juga perasaan terpisah yang sering kali diciptakan oleh manusia itu sendiri.

Melalui ajakan untuk "menghapus jarak," penyair mengingatkan kita untuk tidak menunda-nunda memperbaiki hubungan, karena waktu adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi. Penyerahan hati menjadi simbol dari keikhlasan, sebuah kualitas yang diperlukan untuk menciptakan kedamaian dan kedekatan di tengah kehidupan yang penuh dengan perbedaan.

Relevansi Puisi dalam Kehidupan Modern

Dalam kehidupan modern, tema yang diangkat dalam "Puisi Jarak" sangat relevan. Di era digital, manusia sering kali merasa lebih terhubung secara virtual, namun justru terpisah secara emosional. Media sosial, meskipun menawarkan cara untuk berkomunikasi, sering kali menciptakan jarak karena kurangnya interaksi yang mendalam.

Pesan dalam puisi ini mengingatkan kita untuk tidak membiarkan jarak menjadi penghalang dalam hubungan. Meskipun dunia terus berubah, nilai-nilai seperti persahabatan, rekonsiliasi, dan keikhlasan tetap menjadi fondasi yang penting dalam kehidupan.

Puisi "Jarak" karya Umbu Landu Paranggi adalah sebuah karya yang menyentuh hati, mengingatkan pembaca akan pentingnya menghapus jarak dalam hubungan dan memperbaiki tali persaudaraan sebelum terlambat. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini berhasil menyampaikan pesan universal tentang kefanaan hidup, pentingnya saling memaafkan, dan nilai keikhlasan dalam hubungan manusia.

Puisi ini mengajak kita untuk merenung: apakah kita sudah menghapus jarak dengan orang-orang di sekitar kita? Ataukah kita masih membiarkan ego dan konflik menciptakan dinding yang memisahkan? Mari kita gunakan waktu yang ada untuk mendekatkan hati, sebelum maut datang tanpa peringatan.

Umbu Landu Paranggi dan Emha Ainun Nadjib
Puisi: Jarak
Karya: Umbu Landu Paranggi

Biodata Umbu Landu Paranggi:
  • Umbu Landu Paranggi lahir pada tanggal 10 Agustus 1943 di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur.
  • Umbu Landu Paranggi meninggal dunia pada tanggal 6 April 2021, pukul 03.55 WITA, di RS Bali Mandara.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Jarak Jua Waktu lain untuk kosmos lain. Kosmik lain untuk tubuh lain. Demikian ia, terus dan terus ke dagingmu. Kautepiskah, wahai, pikiran itu? Penunggang siang …
  • Tentang Jarak Pernah kita mengerti ini cinta tak punya pelabuhan yang siap mengantar jemput peluk-cium. Tapi Dek tak mudah memahami rindu saat jarak meludahi perjuangan t…
  • Refleksi Jarak dan Waktu Udara bergetar dalam darahku ketika tasbih berputar dalam zikir wirid bertaburan memenuhi ruang dan kau tersenyum d…
  • Jarakberpotong-potong alamat yang kautinggalkanhanya menyodorkan perih di dalam mimpikue-mail yang gemetar di telapak tangannomor telepon bertangkap pasi di mukajuga pos rumahmu ya…
  • Jarak (1) aku hanya meminta sebuah kehendak (cinta!) tapi kau berikan tubuh, jurang jarak antara suara dan tatapan dan aku merayap dan meratap hingga kuasa berbalas per…
  • Jarak KitaHanya selembar sutra atau bahkan tanpabatas. Jarak kita begitu dekatnamun terasa jauh sekaliBarangkali aku yang dungu akan cintaMudan tak tahu diriHanya sebatas tangan ja…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.