Puisi: Insomnia (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Insomnia" karya Isbedy Stiawan ZS mengungkapkan pergulatan batin seseorang yang terjaga dalam kesendirian malam. Malam yang seharusnya ...
Insomnia

"jangan," bisikmu malam ini ketika ia ingin menyeretmu ke paling malam
sebab malam sudah membawamu ke ujung kelam, melintasi waktu paling puncak
menggetarkan setiap pembaringan oleh dengkur atau hela dan mimpi
"aku tak bermimpi. itu hanya mainan tidur," ujarmu lagi saat ia membujukmu untuk membawa ke hutan malam
karena kau belum lelap dan matamu masih membaca waktu, bagaimana didatangi mimpi?
"itu hanya bunga tidur," tegasmu. ia tersenyum, ingin merengkuhmu lalu menyeretmu ke rimba kelam
dan meletakkanmu di pintu fajar, menanti datang matahari
kemudian kau benar-benar berangkat
dan ia keluar sebagai penyelamat
"aku belum ingin pergi, apalagi mau mati," suaramu parau. ia pun mendesah
malam ini adalah milikmu, sepenuh jiwa, karena itu biarkan malam berlalu
tanpa ia menarikmu ke lain waktu: malam paling kelam.

17/12/2009: Jam 01.04

Analisis Puisi:

Puisi "Insomnia" karya Isbedy Stiawan ZS mengungkapkan pergulatan batin seseorang yang terjaga dalam kesendirian malam. Malam yang seharusnya menjadi waktu istirahat dan ketenangan, justru menjadi medan perjuangan bagi sang individu, yang mencoba menanggapi dorongan gelap yang datang dari dalam dirinya sendiri. Puisi ini bukan hanya menggambarkan insomnia dalam arti harfiah, tetapi juga lebih dalam mengupas tema keterasingan diri dan perlawanan terhadap keputusasaan yang hadir di malam hari.

Struktur dan Alur Puisi

Puisi Insomnia memiliki alur yang dinamis, dengan perasaan bingung, terperangkap, dan akhirnya menerima kenyataan. Struktur puisi ini didominasi oleh dialog batin antara sang subjek (aku) dengan malam sebagai entitas yang menggoda dan meresahkan.
  1. Malam Sebagai Penggoda: Puisi dibuka dengan suara bisikan malam yang mencoba menarik sang subjek ke dalam kegelapan. Kata-kata seperti “jangan” dan “sebab malam sudah membawamu ke ujung kelam” menandakan adanya peringatan atau perlawanan terhadap malam, yang sudah membawa subjek ke tempat yang menggetarkan dan penuh ketidakpastian. Malam ini seolah-olah memiliki kekuatan untuk menggoda dan memaksa seseorang untuk menghadapi ketakutan yang tersembunyi di dalam dirinya.
  2. Penolakan terhadap Mimpi dan Kegelapan: "Aku tak bermimpi, itu hanya mainan tidur," menjadi sebuah ungkapan penolakan terhadap apa yang datang dalam tidur, yang dapat dimaknai sebagai cara subjek berusaha menghindari kenyataan yang menyakitkan. Mimpi, yang seringkali membawa pesan atau harapan yang tidak dapat dicapai, diabaikan. Subjek ingin tetap berada dalam kendali, menolak untuk diseret ke dalam dunia mimpi yang mungkin mengungkapkan ketakutan terdalam atau kegelisahan yang belum bisa dihadapi.
  3. Pertempuran dengan Waktu: Ketika malam semakin mendalam dan subjek semakin terjebak dalam perasaan gelisah, subjek tetap berusaha menahan diri, memeriksa waktu dan memikirkan kemungkinan kedatangan mimpi. Namun, malam seolah terus mendesak, ingin membawa subjek ke tempat yang lebih gelap, mungkin melambangkan tekanan hidup yang tidak bisa dihindari.
  4. Penyerahan dan Pembebasan: Pada akhirnya, subjek tampak pasrah dan menerima bahwa malam adalah bagian dari perjalanan hidup. "Malam ini adalah milikmu, sepenuh jiwa," menyiratkan bahwa subjek mulai menerima kegelapan malam dan merasa bahwa ia tidak bisa melarikan diri dari ketakutan yang ia hadapi. Namun, meskipun ada penyerahan diri, malam tidak bisa sepenuhnya menariknya ke dalam dunia yang lebih gelap.

Simbolisme dalam Puisi

  1. Malam sebagai Simbol Kegelapan Batin: Dalam puisi ini, malam bukan hanya sekadar waktu dalam sehari, tetapi menjadi simbol kegelapan batin, ketakutan, dan kebingungan. Malam menggambarkan perasaan yang tersembunyi di dalam diri, yang kadang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Malam bisa pula menjadi representasi dari keadaan mental yang gelisah, penuh kecemasan, atau bahkan depresi, yang terus datang meskipun ada upaya untuk menolaknya.
  2. Tidur dan Mimpi sebagai Pelarian dan Ketakutan: Tidur dalam puisi ini tidak dilihat sebagai pelarian yang membawa ketenangan, tetapi sebagai sesuatu yang ditakuti. Mimpi, yang biasanya dihubungkan dengan pengharapan atau harapan yang belum tercapai, malah menjadi simbol dari ketakutan yang tidak ingin dihadapi. Subjek berusaha untuk menolaknya dengan kata-kata seperti “itu hanya mainan tidur” dan “hanya bunga tidur,” yang menunjukkan upaya untuk mengabaikan kenyataan yang tak menyenangkan.
  3. Fajar dan Matahari sebagai Pembebasan: Dalam puisi ini, fajar dan matahari muncul sebagai simbol dari pembebasan atau kemungkinan harapan baru. Meskipun subjek merasa tersesat di malam yang gelap, matahari yang terbit di ujung waktu menjadi lambang dari pengharapan dan pemulihan. Namun, meskipun ada kesempatan untuk keluar dari kegelapan malam, subjek tetap enggan untuk meninggalkan malam sepenuhnya, menunjukkan bahwa perjuangan batin ini tidak mudah diselesaikan.

Tema Puisi: Keterasingan, Perjuangan Batin, dan Penolakan terhadap Takdir

  1. Keterasingan dalam Kesendirian: Salah satu tema utama dalam puisi ini adalah keterasingan. Malam seolah menjadi ruang yang memisahkan subjek dengan dunia luar, di mana ia merasa terjebak dalam kesendirian dan ketidakpastian. Mimpi yang biasanya mengarah pada ketenangan atau pengharapan, justru menjadi hal yang ditakuti dan dihindari. Ini menunjukkan bagaimana subjek merasa terisolasi dan tidak memiliki pelarian dalam keadaan gelap itu.
  2. Perjuangan Batin Melawan Ketakutan: Puisi ini menggambarkan pergulatan batin yang dialami seseorang ketika dihadapkan pada ketakutan yang datang dari dalam dirinya sendiri. Proses penolakan terhadap tidur dan mimpi bisa dilihat sebagai cara subjek berusaha menghindari kenyataan atau ketakutan yang muncul. Namun, malam terus mendesak dan menghadirkan perasaan terperangkap. Meski begitu, pada akhirnya ada kesadaran bahwa ketakutan itu tidak bisa dihindari.
  3. Penolakan terhadap Takdir atau Kehidupan: "Aku belum ingin pergi, apalagi mau mati," adalah ungkapan keteguhan untuk tidak menyerah pada keadaan. Meskipun subjek merasa terjebak dalam kegelapan malam, ia menegaskan bahwa ia belum siap untuk menerima keadaan yang lebih gelap atau lebih suram. Ini bisa dilihat sebagai bentuk perlawanan terhadap takdir atau rasa takut terhadap kematian dan perubahan yang tidak bisa dihindari.
Puisi "Insomnia" karya Isbedy Stiawan ZS membawa pembaca ke dalam dunia batin yang penuh ketegangan, di mana malam menjadi tempat bagi pergulatan antara rasa takut dan keinginan untuk bertahan hidup. Melalui penggunaan simbolisme malam, tidur, mimpi, dan fajar, puisi ini menggambarkan bagaimana seseorang berusaha menghadapi ketakutan terdalamnya, meskipun terkadang perlawanan itu hanya memperdalam kesendirian.

Dalam banyak hal, "Insomnia" adalah puisi yang menggugah pembaca untuk merenungkan bagaimana kita menghadapi ketakutan, kegelisahan, dan keputusasaan dalam hidup. Malam yang gelap dan sunyi menjadi latar untuk perjalanan batin ini, sementara subjek yang enggan tidur atau bermimpi mencerminkan ketidakmampuan untuk melarikan diri dari kenyataan. Namun, meskipun ada penolakan dan perjuangan, puisi ini juga memberikan gambaran tentang kemungkinan untuk menerima kenyataan dan menemukan jalan keluar dalam kegelapan yang ada.

Isbedy Stiawan ZS
Puisi: Insomnia
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Biodata Isbedy Stiawan ZS:
  • Isbedy Stiawan ZS lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, pada tanggal 5 Juni 1958.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.