Puisi: Hitam (Karya D. Zawawi Imron)

"Puisi Hitam" karya D. Zawawi Imron merupakan sebuah puisi yang penuh dengan kesedihan dan pertanyaan. Melalui simbolisme warna dan gaya bahasa ....

Puisi Hitam

di punggung tanah kelam
angin terbang membedah lembah
membawa getir lahang berlaru darah
pupuslah mayang
bunyi saronen
suara sedih penghuni

jalan melas jalan ke kota
putus di tengah
langit luas melingkung dunia
terengah

sejumlah warna merebah ke bawah tanah
dan tanah lekah
menganga
ada nyawa-nyawa yang dipanggilnya

kemerdekaan milik siapa?
milik sebagian atau semua?
bila warna nurani luntur
bintang-bintang pun segera gugur
orang di dusun tinggal bertanya
kapan kiamat tiba?

1963

Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)

Catatan:
Saronen: semacam terompet untuk mengiringi gamelan Madura.

Analisis Puisi:

Puisi merupakan bentuk sastra yang sarat dengan makna dan perasaan yang mendalam. Puisi "Puisi Hitam" karya D. Zawawi Imron adalah contoh puisi yang menggambarkan kegelapan, kepedihan, serta pertanyaan mengenai kemerdekaan dan batin manusia. Dalam analisis ini, kita akan membahas makna dan pesan yang terkandung dalam puisi ini.

Tema Kesedihan dan Kehilangan: "Puisi Hitam" menampilkan suasana kelam dan penuh kepedihan. Dikatakan "di punggung tanah kelam," menggambarkan bahwa puisi ini menceritakan tentang suatu tempat yang gelap dan mungkin mengalami penderitaan atau krisis. Puisi ini mencitrakan betapa angin terbang melalui lembah, membawa getir, dan laru darah, menunjukkan tragedi dan penderitaan yang melanda.

Simbolisme Warna: Penyair menggunakan simbolisme warna untuk menambah dimensi emosional pada puisinya. "Sejumlah warna merebah ke bawah tanah" menandakan beragam perasaan dan kehidupan yang tenggelam atau lenyap dalam kegelapan. Warna-warna ini mungkin melambangkan keceriaan, kebahagiaan, dan kebebasan yang kini telah sirna karena situasi kelam yang digambarkan dalam puisi ini.

Pertanyaan tentang Kemerdekaan: "Puisi Hitam" menyajikan pertanyaan yang kuat tentang makna kemerdekaan. Dikatakan, "kemerdekaan milik siapa? milik sebagian atau semua?" hal ini menunjukkan bahwa penulis merenungkan tentang apakah kemerdekaan sesungguhnya telah dirasakan oleh semua orang atau hanya sebagian saja. Puisi ini dapat mencerminkan kepahitan atas ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang mungkin masih ada dalam masyarakat.

Batin Manusia dan Ketidakpastian: Puisi ini juga menggambarkan ketidakpastian dan pertanyaan dalam batin manusia. Orang di dusun bertanya kapan kiamat tiba, mencerminkan rasa kebingungan dan takut akan masa depan yang tidak pasti. Kemungkinan besar, ini adalah representasi dari rasa kekhawatiran dan kecemasan atas kondisi dunia yang tak menentu.

Gaya Bahasa dan Suasana: Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat mengesankan dan mengundang pembaca untuk merenung. Pilihan kata-kata seperti "getir," "mayang," dan "suara sedih penghuni" menciptakan suasana yang melankolis dan menyentuh. Selain itu, pemilihan kata-kata yang kuat dan penuh makna membuat puisi ini menarik untuk dihayati.

"Puisi Hitam" karya D. Zawawi Imron merupakan sebuah puisi yang penuh dengan kesedihan dan pertanyaan. Melalui simbolisme warna dan gaya bahasa yang kuat, puisi ini berhasil menggambarkan perasaan kepedihan dan ketidakpastian dalam batin manusia. Dengan mempertanyakan makna kemerdekaan, puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai sejati dari kemerdekaan dan hak asasi manusia. Sebagai sebuah karya sastra, "Puisi Hitam" menghadirkan pesan yang mendalam dan berkesan bagi para pembacanya.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Hitam
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.