Puisi: Hari Ini Rebo Pertama (Karya Yudhistira A.N.M. Massardi)

Puisi "Hari Ini Rebo Pertama" karya Yudhistira A.N.M. Massardi adalah refleksi yang mendalam tentang kesunyian, kehilangan, dan pencarian keabadian.
Hari Ini Rebo Pertama

tak ada kudengar suara apa pun hari ini
juga suaraku

adakah kehilangan demi kehilangan
juga bayanganku
adalah cemas yang mengerikan

saat kukunyah
kedua mataku
untuk kenyang
yang abadi

saat kuremuk
belulangku
untuk musik
yang abadi

saat kutelan
seluruh tubuhku
untuk sepi
yang abadi

Tak ada kudengar suara apa pun hari ini

1974

Analisis Puisi:

Puisi "Hari Ini Rebo Pertama" karya Yudhistira A.N.M. Massardi merupakan karya yang menggugah jiwa dan mengundang pembaca untuk merenungkan sisi gelap kehidupan, kesepian, dan keabadian. Dengan gaya bahasa yang khas, puisi ini mencerminkan keheningan yang intens, kekosongan eksistensial, serta pencarian makna yang mendalam.

Kesunyian dan Kekosongan

"tak ada kudengar suara apa pun hari ini"

Baris pembuka puisi ini langsung menciptakan atmosfer sunyi yang mendalam. Kesunyian bukan hanya merujuk pada ketiadaan suara, tetapi juga merepresentasikan kekosongan jiwa. Ini memperlihatkan kondisi batin yang terputus dari realitas.

Kehilangan dan Kecemasan

"adakah kehilangan demi kehilangan juga bayanganku adalah cemas yang mengerikan"

Kehilangan yang dimaksud bukan hanya kehilangan fisik, tetapi juga kehilangan identitas, harapan, atau makna hidup. Cemas yang mengerikan mencerminkan ketakutan akan keterasingan dan ketidakpastian.

Pencarian Keabadian melalui Penghancuran Diri

"saat kukunyah kedua mataku untuk kenyang yang abadi"
"saat kuremuk belulangku untuk musik yang abadi"
"saat kutelan seluruh tubuhku untuk sepi yang abadi"

Ketiga frasa ini menunjukkan proses destruktif sebagai cara untuk mencapai keabadian. Mata, belulang, dan tubuh adalah simbol dari keberadaan fisik yang dihancurkan untuk mencapai sesuatu yang lebih kekal. Ini dapat dimaknai sebagai upaya puitis untuk melampaui keterbatasan duniawi.

Keabadian dalam Sepi

"untuk sepi yang abadi"

Sepi menjadi tujuan akhir dalam puisi ini. Bukan sekadar kekosongan, tetapi sepi yang abadi mencerminkan keadaan transendental di mana semua rasa, suara, dan keberadaan berhenti. Ini mengandung ambiguitas antara penderitaan dan penerimaan.

Struktur dan Gaya Bahasa

  1. Pengulangan untuk Menekankan Makna: Frasa "tak ada kudengar suara apa pun hari ini" diulang untuk menegaskan suasana sunyi dan hampa yang mendominasi puisi ini. Pola repetisi pada bagian "saat kukunyah... saat kuremuk... saat kutelan" menciptakan ritme yang kuat dan menggambarkan intensitas penghancuran diri.
  2. Metafora yang Intens: Puisi ini kaya dengan metafora yang melibatkan tubuh manusia. Mata, belulang, dan tubuh menjadi elemen-elemen yang dihancurkan sebagai simbol pengorbanan demi mencapai keabadian. Metafora ini juga menyoroti keterhubungan antara fisik dan spiritual.
  3. Nada yang Melankolis dan Gelap: Nada dalam puisi ini sangat melankolis, menggambarkan penderitaan, keterasingan, dan pencarian makna dalam kekosongan. Kesunyian menjadi tema utama yang mendominasi suasana puisi.

Pesan dan Relevansi Puisi

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pertanyaan mendasar tentang eksistensi manusia:
  1. Apa makna dari keberadaan kita?
  2. Bagaimana manusia menghadapi kehilangan, kekosongan, dan kematian?
  3. Bisakah keabadian ditemukan melalui penghancuran diri?
Dalam konteks kehidupan modern, puisi ini relevan dengan pengalaman keterasingan yang sering dialami manusia di tengah hiruk-pikuk dunia yang sibuk. Kesunyian yang digambarkan dalam puisi ini dapat menjadi cerminan dari perasaan isolasi yang semakin umum di era digital.

Puisi "Hari Ini Rebo Pertama" karya Yudhistira A.N.M. Massardi adalah refleksi yang mendalam tentang kesunyian, kehilangan, dan pencarian keabadian. Melalui penggunaan metafora yang kuat, gaya bahasa yang repetitif, dan nada melankolis, puisi ini menggambarkan kompleksitas pengalaman manusia dalam menghadapi eksistensi.

Dengan membaca puisi ini, kita diajak untuk merenungkan kedalaman jiwa kita sendiri dan bertanya: Apakah kita mampu menerima kesunyian sebagai bagian dari kehidupan, ataukah kita akan terus mencari keabadian dalam kekosongan?

Yudhistira ANM Massardi
Puisi: Hari Ini Rebo Pertama
Karya: Yudhistira A.N.M. Massardi

Biodata Yudhistira A.N.M. Massardi
  • Yudhistira A.N.M. Massardi (nama lengkap Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi) lahir pada tanggal 28 Februari 1954 di Karanganyar, Subang, Jawa Barat.
  • Yudhistira A.N.M. Massardi dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980-1990-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.