Puisi: Di Tirtagangga (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi ini menciptakan suasana magis dan misterius di Tirtagangga, menggabungkan elemen-elemen alam, keindahan, dan keajaiban mistis. Bahasa yang ....
Di Tirtagangga

langit tiba kelabu
sehelai bulu matamu
luruh ke tengah telaga

"ricik air dan sepoi angin,
mataku ingin terpejam," lirihmu

hanya ikan-ikan
yang paham galau cuaca
ketika aku bercerita
perihal semesta
dan keheningan

di tirtagangga, menara air itu
melamunkan kenangan lampau
putri-putri istana bercengkerama
dengan peri-peri dari rimba rahasia

belum mampu kuduga
kau titisan putri istana
atau peri rimba?

menara air itu membuncahkan tanya
mengapa jiwa diliputi bahagia
ketika bulu matamu perlahan
menjelma teratai di telaga
dan ikan-ikan kehilangan senja

Karangasem, Bali, 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Di Tirtagangga" menggambarkan suasana alam dan keindahan Tirtagangga, tempat yang dianggap suci dan sarat dengan elemen mistis. Penyair menciptakan gambaran visual dan emosional yang kuat melalui bahasa yang indah dan simbol-simbol yang mendalam.

Pemandangan Alam: Puisi dimulai dengan gambaran langit yang tiba-tiba kelabu, menciptakan atmosfer yang puitis dan misterius. Bulu mata yang luruh ke tengah telaga menunjukkan keindahan yang lembut dan meresap ke dalam alam.

Dialog Romantis: Lirih penyair menyampaikan dialog antara dua orang, di mana seseorang ingin menikmati keindahan sekitar. Sepoi angin dan ricik air menciptakan suasana damai dan romantis di tengah keindahan alam.

Ikan-Ikan Galau Cuaca: Penggambaran ikan-ikan yang "paham galau cuaca" memberikan sentuhan humor dan anthropomorfisme pada alam. Hal ini memberikan kesan bahwa alam memiliki kepekaan dan keprihatinan terhadap perubahan cuaca.

Kenangan Lampau: Menara air di Tirtagangga dijadikan simbol yang melamunkan kenangan lampau. Penyair membayangkan putri-putri istana dan peri-peri dari rimba rahasia yang bermain di sekitar tempat tersebut. Ini menciptakan suasana magis dan legendaris.

Tirtisan Putri Istana atau Peri Rimba: Penyair mengajukan pertanyaan apakah sosok yang dihadapinya adalah tirtisan putri istana atau peri rimba. Ini menunjukkan ketidakpastian dan keajaiban alam yang membingungkan antara dunia nyata dan dunia mistis.

Kenangan yang Bahagia: Menara air memicu kenangan yang bahagia, dan bulu mata yang berubah menjadi teratai di telaga memberikan gambaran tentang transformasi dan kecantikan dalam kebahagiaan.

Ikan-Ikan yang Kehilangan Senja: Penutup puisi menciptakan gambaran yang melankolis dengan ikan-ikan yang kehilangan senja. Ini dapat diartikan sebagai kehilangan keceriaan dan keindahan saat matahari terbenam.

Puisi ini menciptakan suasana magis dan misterius di Tirtagangga, menggabungkan elemen-elemen alam, keindahan, dan keajaiban mistis. Bahasa yang indah dan metafora yang kuat menciptakan karya yang memikat dan merenungkan. Penyair dengan mahir menyatukan realitas dan imajinasi, menciptakan karya yang mempesona dan penuh makna.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Di Tirtagangga
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.