Di Mesjid Ma'sum
Tiang pualam pirang dadu,
Dinding di dalam kuning-coklat,
Kubat cengkerung biru-abu,
Ukiran air mas berkilat-kilat.
Mendengung sepenuh mesjid raya
Dibuat suara kedua muazzin.
Ketika di pintu sebelah kanannya
Tersembul arakan kawal khatibin.
Dua orang pegang bendera,
Dan satu menyembahkan tungkat,
Lalu bersila di atas tangga
Setelah khatib mengucap selamat.
Walau hamba tidak mengerti
Pidato khatib berbasa Arab,
Kehebatan masuk ke hati
Pengganti keinsafan yang diharap.
Sumber: Kata Hati (1941)
Analisis Puisi:
Puisi "Di Mesjid Ma’sum" karya Rifa'i Ali menggambarkan suasana dalam sebuah mesjid yang penuh dengan simbolisme dan keindahan visual yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merasakan pengalaman rohani di dalam mesjid, dengan segala kemegahan dan kekhusyu'annya. Melalui deskripsi yang kaya akan detail visual dan sentuhan keagamaan, penyair menyampaikan pesan tentang kekuatan spiritual yang dapat dirasakan meskipun tidak sepenuhnya memahami makna dari apa yang terjadi di dalamnya.
Deskripsi Visual yang Memukau
Salah satu kekuatan utama puisi ini terletak pada deskripsi yang mendalam tentang bangunan mesjid dan suasana di dalamnya. Setiap elemen di dalam mesjid digambarkan dengan kata-kata yang menggugah imajinasi, mengajak pembaca untuk membayangkan tempat suci ini secara hidup.
"Tiang pualam pirang dadu, / Dinding di dalam kuning-coklat, / Kubat cengkerung biru-abu, / Ukiran air mas berkilat-kilat."
Di sini, penyair menggambarkan bagian-bagian fisik mesjid, mulai dari tiang yang terbuat dari pualam pirang, dinding yang berwarna kuning-coklat, kubah yang biru-abu, hingga ukiran-ukiran yang berkilat-kilat seperti air mas. Deskripsi ini menciptakan gambaran visual yang sangat hidup dan menggugah. Penyair tidak hanya menggambarkan benda-benda, tetapi juga menambahkan elemen rasa yang memanjakan mata pembaca, seolah-olah mereka berada di dalam mesjid itu sendiri, merasakan keindahan material dan arsitektur yang membangkitkan kekaguman.
Suasana Khusyuk dalam Ibadah
Puisi ini juga menangkap nuansa spiritual yang khas dalam sebuah mesjid. Keindahan fisik bangunan tidak hanya untuk dipandang, tetapi juga menciptakan suasana khusyuk dan penuh kedamaian saat ibadah berlangsung. Suara muazzin yang mendengung di mesjid raya menambah kekhidmatan.
"Mendengung sepenuh mesjid raya / Dibuat suara kedua muazzin."
Suara adzan yang menggema di seluruh mesjid menjadi penanda bahwa kegiatan ibadah sedang berlangsung. Ini adalah momen yang sangat penting, di mana umat Islam bersiap untuk melaksanakan salat. Penyair menggambarkan suara muazzin yang menggema ini seolah-olah mengisi seluruh ruang mesjid, menciptakan suasana yang penuh ketenangan dan kehadiran spiritual.
Momen Keteguhan dalam Ibadah
Bagian puisi yang menggambarkan arakan para khatib dan barisan orang-orang yang hadir untuk beribadah juga mencerminkan keteguhan dan keseriusan dalam menjalani kewajiban agama.
"Ketika di pintu sebelah kanannya / Tersembul arakan kawal khatibin."
Penyair menggambarkan dengan sangat detail arakan kawal khatibin yang muncul dari pintu sebelah kanan, menunjukkan adanya persiapan yang serius untuk pelaksanaan ibadah. Gambarannya yang penuh dengan kehormatan ini menambah rasa kebesaran yang ada di dalam mesjid tersebut, sebuah tempat yang menjadi pusat spiritual bagi umat.
"Dua orang pegang bendera, / Dan satu menyembahkan tungkat, / Lalu bersila di atas tangga / Setelah khatib mengucap selamat."
Gambarannya tentang dua orang yang memegang bendera, dan satu orang yang menyembahkan tungkat, memperlihatkan suasana yang penuh dengan ketenangan dan upacara. Para jamaah yang duduk bersila di atas tangga memberikan gambaran tentang kesederhanaan dan kekhusyu'an dalam beribadah, meskipun mereka tidak mengetahui dengan jelas maksud dari pidato khatib yang berbasa Arab. Ini menunjukkan bahwa kehadiran fisik dalam ibadah itu sendiri membawa pengaruh spiritual yang mendalam, bahkan tanpa pemahaman penuh terhadap bahasa yang digunakan.
Keinsafan dalam Ketidaktahuan
Meskipun penyair mengakui bahwa dia tidak sepenuhnya mengerti pidato khatib yang menggunakan bahasa Arab, dia merasakan dampak spiritual yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran dalam tempat ibadah dan perasaan yang timbul selama kegiatan ibadah adalah pengalaman yang tak bisa hanya dijelaskan dengan kata-kata atau pemahaman intelektual.
"Walau hamba tidak mengerti / Pidato khatib berbasa Arab, / Kehebatan masuk ke hati / Pengganti keinsafan yang diharap."
Dalam bagian ini, puisi menggambarkan pengalaman spiritual yang mendalam yang datang meskipun tidak sepenuhnya mengerti apa yang disampaikan dalam khutbah. Penyair menggambarkan bahwa kehebatan dan keinsafan yang dirasakan datang langsung ke hati, lebih kuat daripada sekadar pemahaman intelektual terhadap pidato yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam beribadah, keikhlasan dan ketulusan hati jauh lebih penting daripada pemahaman kata-kata yang digunakan. Keinsafan datang melalui perasaan, bukan sekadar pengetahuan.
Simbolisme dalam Ibadah
Puisi ini juga memanfaatkan simbol-simbol yang berkaitan dengan ibadah dan kehidupan rohani. Misalnya, penggambaran khatib yang menyampaikan khutbah diikuti oleh arakan bendera dan orang-orang yang bersila di atas tangga menandakan bahwa ibadah adalah perjalanan bersama yang dilakukan dalam kesatuan, baik secara fisik maupun spiritual.
Selain itu, mesjid sebagai tempat ibadah menjadi simbol ketenangan, kedamaian, dan ruang yang penuh dengan energi positif. Mesjid adalah tempat di mana umat menemukan kedekatan dengan Tuhan dan mendapatkan pencerahan hati.
Puisi "Di Mesjid Ma’sum" karya Rifa'i Ali adalah sebuah karya yang mendalam dan menggugah, menyentuh aspek visual, emosional, dan spiritual pembacanya. Melalui deskripsi yang indah tentang bangunan mesjid dan aktivitas ibadah di dalamnya, penyair berhasil menggambarkan keagungan dan kekhusyu'an tempat ibadah tersebut. Meskipun tidak sepenuhnya memahami pidato yang disampaikan, perasaan yang timbul dari kehadiran dalam ibadah menciptakan pengalaman rohani yang luar biasa. Puisi ini mengingatkan kita bahwa ibadah lebih dari sekadar memahami kata-kata, tetapi adalah tentang merasakan kehadiran spiritual yang mengubah hati dan pikiran kita.
Puisi: Di Mesjid Ma'sum
Karya: Rifa'i Ali
Biodata Rifa'i Ali:
- Rifa'i Ali lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 24 April 1909.
- Rifa'i Ali adalah salah satu Sastrawan Angkatan Pujangga Baru.