Di Bawah Bayang Kezaliman
Di bawah bayang kezaliman,
Palestina tetap bernafas.
Setiap darah yang tumpah adalah sumpah,
Untuk tanah yang tak akan terlupakan.
Namun, meski dunia buta,
Palestina tak akan gentar.
Kepalanya tetap tegak,
Seperti pohon zaitun yang berakar dalam.
2025
Analisis Puisi:
Puisi "Di Bawah Bayang Kezaliman" karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah sebuah karya yang menggambarkan keteguhan Palestina di tengah ketidakadilan yang terus mendera. Dengan gaya bahasa yang lugas dan penuh emosi, puisi ini tidak hanya menggambarkan penderitaan, tetapi juga semangat yang tak pernah padam untuk bertahan dan meraih kebebasan.
Bayang Kezaliman: Simbol Ketidakadilan yang Terus Membayangi
Baris pertama, "Di bawah bayang kezaliman, Palestina tetap bernafas," menyampaikan pesan bahwa meskipun Palestina terus menghadapi penindasan, mereka tetap bertahan hidup.
- "Bayang Kezaliman": Frasa ini melambangkan penindasan yang terus menerus dialami oleh rakyat Palestina. Kezaliman ini mencakup penjajahan, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama beberapa dekade.
- "Tetap Bernafas": Pernyataan ini menggambarkan ketangguhan rakyat Palestina. Meskipun berada dalam kondisi yang berat, mereka terus berjuang untuk bertahan hidup.
Darah Sebagai Sumpah Kesetiaan
Pada baris kedua, "Setiap darah yang tumpah adalah sumpah, untuk tanah yang tak akan terlupakan," penyair menegaskan bahwa setiap pengorbanan adalah bentuk kesetiaan kepada tanah air.
- "Darah yang Tumpah": Darah yang tercurah menggambarkan pengorbanan besar yang dilakukan oleh rakyat Palestina, termasuk mereka yang kehilangan nyawa dalam perjuangan.
- "Sumpah untuk Tanah": Pengorbanan ini menjadi janji yang tidak terucapkan bahwa tanah Palestina akan terus diperjuangkan dan tidak akan dilupakan.
Keteguhan Meski Dunia Membisu
Baris berikutnya, "Namun, meski dunia buta, Palestina tak akan gentar," menyentuh isu tentang sikap sebagian besar dunia internasional yang cenderung abai terhadap penderitaan Palestina.
- "Dunia Buta": Frasa ini mengkritik kurangnya perhatian atau aksi nyata dari masyarakat global terhadap penderitaan rakyat Palestina.
- "Tak Akan Gentar": Meskipun merasa diabaikan, Palestina tidak menyerah. Semangat dan keteguhan hati mereka terus menjadi kekuatan utama dalam menghadapi ketidakadilan.
Pohon Zaitun: Simbol Perlawanan yang Berakar Dalam
Penutup puisi, "Kepalanya tetap tegak, seperti pohon zaitun yang berakar dalam," memberikan gambaran tentang kekuatan dan keteguhan hati rakyat Palestina.
- "Kepalanya Tetap Tegak": Gambar ini menunjukkan kebanggaan dan keberanian rakyat Palestina yang tidak pernah tunduk meskipun menghadapi tekanan luar biasa.
- "Pohon Zaitun": Pohon zaitun, simbol khas Palestina, melambangkan perdamaian, ketahanan, dan hubungan yang mendalam dengan tanah air. Dengan akar yang kuat, pohon ini menjadi metafora untuk ketabahan rakyat Palestina.
Gaya Bahasa dan Nilai Universal dalam Puisi
Moh Akbar Dimas Mozaki menggunakan gaya bahasa yang padat, penuh makna, dan emosional.
- Kesederhanaan yang Berbicara Banyak: Puisi ini tidak menggunakan metafora yang terlalu rumit, namun tetap mampu menyampaikan pesan yang mendalam.
- Pesan Universal: Meski fokusnya pada Palestina, puisi ini berbicara kepada semua orang yang memahami nilai perjuangan melawan ketidakadilan.
Relevansi Puisi dengan Perjuangan Palestina
Puisi ini merefleksikan situasi nyata yang dihadapi rakyat Palestina:
- Penindasan yang Berkelanjutan: Bayang kezaliman dalam puisi ini menggambarkan konflik yang terus berlangsung di Palestina, termasuk pengusiran paksa, blokade, dan pelanggaran hak asasi manusia.
- Ketabahan Rakyat Palestina: Seperti pohon zaitun yang tetap bertahan meski diterpa badai, rakyat Palestina terus menunjukkan semangat juang yang luar biasa.
Inspirasi dari Puisi: Keteguhan dalam Ketidakadilan
Puisi ini mengajarkan nilai-nilai keberanian, ketahanan, dan harapan. Dalam setiap barisnya, tersirat pesan bahwa perjuangan untuk keadilan adalah hal yang mulia, meskipun jalannya panjang dan penuh tantangan.
Puisi "Di Bawah Bayang Kezaliman" adalah karya yang menginspirasi pembaca untuk merenungkan arti perjuangan dan keteguhan hati. Dengan menyoroti penderitaan Palestina, puisi ini juga menegaskan bahwa semangat untuk keadilan tidak boleh padam meski menghadapi kesulitan yang besar.
Moh Akbar Dimas Mozaki berhasil menggambarkan Palestina sebagai simbol keteguhan dan perlawanan yang tidak pernah menyerah, memberikan pesan kepada dunia bahwa harapan dan tekad adalah kekuatan utama dalam melawan ketidakadilan. Puisi ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap perjuangan, selalu ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki
Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
- Moh Akbar Dimas Mozaki saat ini aktif sebagai mahasiswa, S1 Sastra Indonesia, di Universitas Andalas, Padang.