Puisi: Definisi Tuyul (Karya F. Rahardi)

Puisi "Definisi Tuyul" karya F. Rahardi adalah contoh brilian bagaimana humor dan kritik sosial dapat digabungkan dalam karya sastra.
Definisi Tuyul

(Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang disusun oleh
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan
diterbitkan oleh
Balai Pustaka Jakarta 1988 – Entri terakhir
huruf T-halaman 978)

Tuyul (Konon berdasarkan cerita masyarakat
yang ada)
makhluk halus berupa bocah berkepala gundul
yang oleh
orang yang memeliharanya dapat diperintah
untuk mencuri
uang dsb.

Jakarta, Februari 1989

Analisis Puisi:

Puisi "Definisi Tuyul" karya F. Rahardi adalah sebuah karya yang memadukan mitos masyarakat dengan gaya pengungkapan yang jenaka sekaligus mengandung kritik sosial. Menggunakan struktur khas seperti definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi ini tidak hanya menawarkan penggambaran deskriptif tentang "tuyul," tetapi juga menyisipkan refleksi tentang kehidupan manusia, moralitas, dan budaya masyarakat Indonesia.

Struktur dan Gaya Penulisan

Puisi ini menarik perhatian pembaca sejak awal dengan bentuknya yang menyerupai kutipan langsung dari KBBI. Dengan mencantumkan keterangan detail mengenai sumber—seperti "Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa" dan "Balai Pustaka Jakarta 1988"—puisi ini memberikan kesan otentik, seolah-olah benar-benar berasal dari sebuah kamus. Namun, di balik formalitas gaya tersebut, F. Rahardi menyelipkan interpretasi mitos tuyul yang hidup dalam cerita masyarakat.

Bagian definisi ini diungkapkan secara ringkas:

Tuyul (Konon berdasarkan cerita masyarakat yang ada)
makhluk halus berupa bocah berkepala gundul yang oleh
orang yang memeliharanya dapat diperintah untuk mencuri uang dsb.

Penggunaan gaya formal ini bukan hanya memberikan kesan humor, tetapi juga mempertegas bahwa mitos tuyul telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lisan masyarakat.

Makna Tuyul dalam Perspektif Masyarakat

Tuyul, dalam cerita rakyat Indonesia, adalah makhluk halus yang sering dikaitkan dengan perilaku mencuri. Deskripsi "bocah berkepala gundul" memberikan citra polos dan tidak mengancam, tetapi justru itulah ironi yang diangkat oleh puisi ini. Tuyul—yang sering digunakan sebagai metafora untuk pencurian, keserakahan, atau kejahatan kecil—adalah representasi dari moralitas yang kabur dalam masyarakat.

Frasa "oleh orang yang memeliharanya dapat diperintah untuk mencuri uang" menyiratkan hubungan antara manusia dan tuyul sebagai simbol eksploitasi. Dalam konteks ini, tuyul menjadi cerminan keinginan manusia untuk mendapatkan kekayaan dengan cara instan, bahkan melalui jalan yang tidak etis.

Kritik Sosial dalam Puisi

Meskipun terlihat sederhana, puisi ini memiliki lapisan makna yang lebih dalam. Kritik sosial terlihat dari bagaimana masyarakat memelihara mitos tuyul sebagai pembenaran atas berbagai tindakan tidak etis, seperti pencurian atau korupsi kecil. Dengan menempatkan tuyul sebagai "makhluk halus" yang dapat diperintah, puisi ini secara tidak langsung mempertanyakan bagaimana manusia, dengan akal sehat dan moralitasnya, sering kali terlibat dalam tindakan yang sama, namun mencari kambing hitam dalam bentuk mitos atau legenda.

Puisi ini juga mengingatkan kita tentang kecenderungan manusia untuk mempercayai hal-hal mistis sebagai cara menjelaskan atau membenarkan tindakan tertentu. Dalam hal ini, F. Rahardi seolah mengolok-olok budaya masyarakat yang lebih sering menyalahkan "makhluk halus" daripada melihat akar permasalahan pada perilaku manusia itu sendiri.

Ironi dan Humor: Ciri Khas F. Rahardi

F. Rahardi dikenal dengan gaya penulisannya yang kerap menggabungkan humor dengan ironi tajam. Dalam puisi "Definisi Tuyul", unsur humor muncul dari gaya formal ala kamus yang disandingkan dengan cerita rakyat tentang tuyul. Hal ini menciptakan kontras yang lucu sekaligus menggelitik. Dengan memasukkan kalimat "konon berdasarkan cerita masyarakat yang ada," Rahardi menyoroti sifat mitos yang sering kali tidak memiliki dasar logis, tetapi tetap dipercaya secara luas.

Namun, di balik humor tersebut, ada ironi yang menyedihkan. Puisi ini menyindir bagaimana masyarakat sering kali lebih mudah percaya pada tahayul daripada melihat realitas sosial di sekitar mereka, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan korupsi, yang sebenarnya menjadi akar masalah.

Relevansi Puisi di Zaman Sekarang

Meskipun ditulis pada era yang berbeda, puisi ini tetap relevan dengan kondisi saat ini. Dalam konteks modern, tuyul bisa menjadi metafora untuk berbagai bentuk manipulasi, seperti penipuan online, skema cepat kaya, atau perilaku korupsi di berbagai tingkatan. Hubungan antara manusia dan tuyul dalam puisi ini bisa diterjemahkan sebagai relasi antara pelaku kejahatan dan alat-alatnya—baik itu teknologi maupun jaringan.

Di sisi lain, puisi "Definisi Tuyul" juga mengingatkan kita untuk memeriksa ulang budaya dan mitos yang kita warisi. Apakah mitos tersebut memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan, atau justru menjadi pembenaran untuk tindakan tidak etis? Pertanyaan ini tetap relevan di tengah masyarakat yang masih kerap memadukan tradisi, tahayul, dan modernitas.

Puisi "Definisi Tuyul" karya F. Rahardi adalah contoh brilian bagaimana humor dan kritik sosial dapat digabungkan dalam karya sastra. Melalui bentuk yang menyerupai definisi formal, puisi ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik mitos tuyul. Dengan menyentuh isu tentang moralitas, eksploitasi, dan kecenderungan manusia untuk mencari kambing hitam, puisi ini tetap relevan sebagai refleksi sosial di berbagai zaman.

F. Rahardi, dengan gaya khasnya, mengingatkan kita bahwa di balik kesederhanaan cerita rakyat, terdapat pesan mendalam yang perlu kita cermati. Tuyul, dalam puisi ini, bukan sekadar makhluk halus, tetapi simbol dari kompleksitas perilaku manusia yang sering kali tersembunyi di balik alasan-alasan mistis.

Floribertus Rahardi
Puisi: Definisi Tuyul
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.