Puisi: Daun Nangka dan Pintu-Pintu Terbuka (Karya Arahmaiani)

Puisi "Daun Nangka dan Pintu-Pintu Terbuka" menggali eksistensi manusia, konflik batin, dan perjalanan menuju pemahaman diri dan kehidupan. Simbol ...
Daun Nangka dan Pintu-Pintu Terbuka (1)

Sehelai daun nangka jatuh ke kepala
Apakah kegilaan ini nyata?

Pintu-pintu terbelah
Jendela kaca pecah
Kurobek dada
Kuperlihatkan isinya

Inilah aku darah yang berasal dari tanah
Roh yang rindu
Tersesat di lautan galau
Tak berurut tak ada petunjuk

Pintu-pintu rumah terbuka semua
Segala angin jahat, syahwat
Menyerbu, menyeru, bersatu
Menjadi sebongkah batu

Inilah aku: setitik nurani
Dalam kacau porak poranda
Gelap napsu getir kuatir
Harus mengabdi kepada waktu

Tuanku, bisakah nasib ini kuperangkap
Dan kujebloskan ke dalam kebohongan pengkhianatan?
Atau kupercayakan pada ombak
Yang menerpa pantai karang?

(Wajahnya tak kelihatan
Namun degupnya selalu terasakan)

Bagaimana mungkin aku bisa melarikan diri
Menjelmakan hakikat kesesatan bersekutu dengan setan
Dan membawa panji-panji pernyataan:
Bahwa di alam ini tidak ada Tuhan

Aku teringat cerita panjang
Tentang awal kehidupan
Aku bertanya:
Apakah makna penciptaan?

Adalah gairahku, minat yang terbangkitkan
Ketika menyaksikan kilap sebilah pedang teramat tajam
Merah seciprat darah di lantai marmer mewah
Dan hewan-hewan melakukan persetubuhan

Hasratku bergejolak, mengombak, beriak, berteriak:
Oi, lahirkan kenikmatan-kenikmatan
Sebagai anak-anak dari persekutuan
Antara malaikat dan setan!

Telah diciptakan dua kekuatan
Dua saling berlawanan, saling melengkapi
Untuk membangkitkan keinsyafan
Menyadarkan kemanusiaan

Setiap kali kubuka mata
Selalu kulihat tanah di bawah sini, langit di atas sana
Setiap kali aku tertawa
Selalu diikuti tetes airmata

Kesetiaan mengharukan
Tunjukkan aku pada kenyataan
Kokohkan aku pada janji
Dan robohkan aku apabila mengingkari

Telah diciptakan matahari dan bulan, daratan dan lautan
Laki-laki dan perempuan, kawan dan lawan, ketertiban dan kekacauan
Jadi satu dan sebadan
Dalam segala tindak dan kejadian

Tuanku,
Dapatkah angin dirobah arah tiaupannya?
Dapatkah hati disembunyikan dalam almari?
Dan lalu dikunci?

Di ambang setiap pintu terbuka
Iblis-iblis berdiri menjulurkan lidahnya
Matanya menelanjangiku
Cakarnya mengoyak keyakinanku

Siapakah sebenarnya kamu?
Siapakah sebenarnya aku?

Sungai membelah hutan
Cinta menunjukkan jalan
Sekalipun aral akan tetap datang
Cemas menghadang dan iman guncang

Dari buah asalnya biji
Dari mentari datangnya api
Bagaimana berhadapan dengan siluman
Adalah rahasia kedaulatan diri

Bagaimana memutuskan kebergantungan
Adalah makna kemerdekaan


Daun Nangka dan Pintu-Pintu Terbuka (2)


Halilintar menyambar-nyambar
Kilat berkelebat
Aku tergetar
Tubuh terkapar

Bangkit! Bangkit!
Bangkitlah kesadaran
Bangkitkan diri dari kelemahan
Bangkitkan diri dari impotensi

Bangkit engkau penghuni surga
Bangkit engkau penghuni neraka
Bangkit dan uji kebenaran
Bangkit dan wujudkan cita-cita
Biarkan pertentangan datang
Biarkan keterbatasan menunjukkan kekuatan
Hadirkan kebencian
Dan cinta kasih akan memperlihatkan kekuasaan

Hadirkan pengkhianatan
Dan kesetiaan akan menjadi keindahan
Hadirkan penderitaan
Dan kita akan mengerti kebahagiaan

Memang hidup bukan bunga cempaka
Bukan rumah yang hangat
Di mana ibu dan bapak selalu ada
Ataupun rangkaian pelukan tak berkeputusan

Bukan lodong yang diledakkan dekat lebaran
Itu sensasi, kata lain puas diri
Bukan pula pelor-pelor yang ditembakkan pada tawanan
Itu eksekusi, kata lain penganiayaan

Ya, keberadaan biarkan bicara atas namanya sendiri
Ya, rahasia penciptaan bukan untuk dicari
Tetapi untuk diungkapkan
Lewat kesadaran diri

Aku tak pernah ingat kapan aku dilahirkan
Aku tak pernah bertatap muka dengan Adam
Aku tak pernah ingat dari mana aku datang
Hanya kurasakan rindu yang tak berkeputusan

Rindu yang membawa aku ke rumah-rumah gelap
Namun terbuka semua pintu-pintunya
Membawa aku pada duka cita, amarah, dan dendam
Curiga tidak percaya, kecut dan takut, gerah gelisah

Dan sakitnya terpisah
Di mana matahari garang memanggang dan tak pernah tenggelam
Rindu yang dahaga
Rindu yang sakit jiwanya

Tuanku,
Apakah peredaran matahari dapat dihentikan?
Apakah dalam gelap harus selalu tersesat?
Tidak bisa selamat?

Aku ingin meniti pelangi dan memamah matahari
Ah, alangkah sulitnya mengikuti gerak api
Sebab empat penjuru angin selalu terbuka lebar-lebar
pintu-pintunya
Di mana aku berdiri angin menerpa pada setiap sisi

Pada langit kelam munculnya bintang
Dalam gelap adanya hati yang tetap

Hitunglah degup jantung
Dan ulang dan ulang
Dan ulang
Maka setan takkan berani datang
Bergeraklah berputar
Ciptakan pagar
Karena tak selamanya dalam gelap
Harus selalu tersesat

Awan hitam lebur menjadi hujan
Kokok ayam menjadi peringatan pagi kan menjelang
Bahwa manusia mampu melakukan perubahan dan
mengolah mekanisme pertahanan
Ditegaskan dan disampaikan

Kalau ada gelap, ada terang
Ada ketetapan, ada perubahan
Ada perangkap, ada pembebasan
Ada sikap, ada jalan

Tak usah,
Tak usah ditanyakan di mana Tuhan
Tapi bunuhlah benih-benih pengkhianatan
Kuburkan dalam iman

Telah diciptakan kegembiraan dan kegundahan
Kewajaran dan keanehan, keyakinan dan keraguan
Dalam dinamika daur ulang
Berulang dan berulang
Di peringkat atas letaknya pusat kekuasaan
Di bawah sumber pemberontakan
Berulang dan berulang bertukaran

Daun-daun kering berjatuhan
Menjadi humus dan menyuburkan
Dalam hening aku tersadarkan:
Hidup tak perlu dilakoni
Apabila sia-sia belaka
Cinta tak dipelihara
Tak ada maknanya

Inilah aku:
Kegelisahan dalam kental kekecewaan
Berusaha membidik makna
Hidup teramat purba
Hidup duka
Hidup cedera
Hidup kita.

Sekalaras, 1987

Sumber: Roh Terasing (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Daun Nangka dan Pintu-Pintu Terbuka" karya Arahmaiani adalah karya yang penuh dengan simbolisme, pertanyaan filosofis, dan eksplorasi mendalam tentang keberadaan manusia.

Bagian Pertama: Daun Nangka dan Kegilaan:

  1. Simbolisme Daun Nangka: Daun nangka jatuh pada kepala menjadi simbol peristiwa tak terduga yang mempertanyakan kegilaan. Mungkin mewakili keanehan hidup atau momen yang mengubah pandangan seseorang.
  2. Pintu-Pintu Terbuka: Pintu-pintu yang terbelah menciptakan gambaran tentang akses terbuka ke dalam kebenaran atau rahasia. Namun, dengan adanya kejahatan dan hawa nafsu yang menyergap, terlihat bahwa kebenaran sering kali datang bersamaan dengan tantangan dan godaan.
  3. Pertanyaan Filosofis: Puisi ini merangkum pertanyaan filosofis tentang penciptaan, hakikat kesesatan, dan keberadaan Tuhan. Munculnya pertanyaan ini menciptakan lapisan pemikiran mendalam yang mengundang pembaca untuk merenung.
  4. Konflik Batin: Puisi menciptakan gambaran konflik batin antara pengejaran nafsu dan keinginan untuk mengabdikan diri kepada waktu atau takdir. Konflik ini tercermin dalam kesulitan penutur untuk memutuskan jalannya di kehidupan.

Bagian Kedua: Bangkit dan Perubahan:

  1. Eksplorasi Ketidakpastian Hidup: Bagian ini menggambarkan alam yang penuh dengan ketidakpastian, seperti halilintar yang menyambar dan kilat yang berkelebat. Penutur merasa terguncang, dan puisi mendorong untuk bangkit dan menghadapi kesadaran.
  2. Pembebasan dan Pemilihan: Pesan untuk "bangkit" adalah seruan untuk mengatasi kelemahan dan impotensi. Pembebasan dan pemilihan sendiri menjadi tema penting, menekankan pentingnya menghadapi keterbatasan dan menggapai cita-cita.
  3. Daur Ulang dan Perubahan: Dalam dinamika daur ulang, puisi mengeksplorasi bahwa hidup adalah proses berulang dan terus berubah. Perubahan itu sendiri dapat membawa penderitaan, namun juga memahamkan kita akan kebahagiaan.
  4. Dualitas dan Pertentangan: Puisi menyampaikan konsep dualitas dalam kehidupan, seperti terang dan gelap, kebenaran dan kekacauan, serta kebencian dan cinta. Menunjukkan bahwa pertentangan dan kontras adalah bagian integral dari kehidupan.
  5. Pertanyaan Keberadaan Tuhan: Puisi tetap mengajukan pertanyaan filosofis tentang Tuhan dan keberadaannya. Tidak secara langsung memberikan jawaban, tetapi lebih menggugah pikiran pembaca untuk merenung dan menemukan makna sendiri.
Puisi "Daun Nangka dan Pintu-Pintu Terbuka" adalah karya sastra yang kompleks dan penuh dengan lapisan makna. Arahmaiani berhasil menciptakan sebuah karya yang merangsang pemikiran dan mendalam, menggali eksistensi manusia, konflik batin, dan perjalanan menuju pemahaman diri dan kehidupan. Simbol-simbol yang digunakan dan pertanyaan filosofis yang diajukan menciptakan puisi ini sebagai karya yang memikat dan mendalam.

Arahmaiani
Puisi: Daun Nangka dan Pintu-Pintu Terbuka
Karya: Arahmaiani

Biodata Arahmaiani:
  • Arahmaiani lahir pada tanggal 21 Mei 1961 di Bandung.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.