Puisi: Dalam Jamaah Jumat (Karya Doel CP Allisah)

Puisi "Dalam Jamaah Jumat" mengajarkan tentang ketenangan, keheningan, dan perjalanan panjang menuju kedamaian jiwa yang sejati.
Dalam Jamaah Jumat

Bukalah hatimu
kita akan sama berlayar
menyapa kembang-kembang di jalanan
kelopak bunga yang kemilau

Dinding-dinding memantulkan gumam
alangkah gaibnya
cahaya putih dan angin mengalir atas sejadah
entah siapa, diam-diam berbaris dalam nafasku
bagai air membelah hutan
bagai pagi memerangkap bau daun
keheningan panjang

Sebuah lorong, alangkah panjangnya
menempuhnya dari satu sisi (bersama-sama)
dan sebuah hati, bukalah
bagai bayi menyonsong dunia!

Analisis Puisi:

Puisi "Dalam Jamaah Jumat" karya Doel CP Allisah menggambarkan momen spiritual yang dalam, dengan keindahan simbolis tentang perjalanan rohani yang dilakukan bersama-sama dalam jamaah. Melalui bahasa yang puitis dan metafora yang kaya, puisi ini membawa pembaca merenungkan kesatuan dalam ibadah dan pencarian spiritual yang melibatkan hati, keheningan, serta kesatuan jiwa dalam berdoa dan beribadah.

Momen Keterbukaan dan Kesatuan dalam Ibadah

Puisi ini dimulai dengan ajakan untuk membuka hati:

"Bukalah hatimu kita akan sama berlayar"

Kalimat ini memberikan kesan keterbukaan yang mendalam, baik terhadap Tuhan maupun sesama umat. "Berlayar" dalam konteks ini bisa dimaknai sebagai perjalanan spiritual yang dilakukan bersama-sama, mengarungi kehidupan dengan tujuan yang sama: menuju kedamaian dan kesadaran rohani.

Melanjutkan ke baris berikutnya:

"Menyapa kembang-kembang di jalanan kelopak bunga yang kemilau"

Metafora ini menggambarkan keindahan dan kehalusan perjalanan rohani. Kembang-kembang yang disapa di jalanan melambangkan segala kebaikan dan kecantikan yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sementara "kelopak bunga yang kemilau" menunjukkan kedamaian dan pencerahan yang datang dari dalam, seperti keindahan spiritual yang terlihat dalam ibadah dan doa.

Cahaya dan Keheningan dalam Jamaah

Pada bagian tengah puisi, terdapat penggambaran suasana yang penuh dengan keheningan dan cahaya spiritual:

"Dinding-dinding memantulkan gumam alangkah gaibnya cahaya putih dan angin mengalir atas sejadah"

Doel CP Allisah menggunakan "dinding-dinding" dan "gumam" untuk menggambarkan suasana dalam rumah ibadah, tempat di mana suara-suara doa atau dzikir bergema dalam keheningan. "Cahaya putih" di sini melambangkan kedamaian dan pencerahan rohani, sementara "angin yang mengalir atas sejadah" memberikan kesan bahwa aliran doa dan ibadah membawa ketenangan dan kesucian.

Frasa "entah siapa, diam-diam berbaris dalam nafasku" menambah kesan bahwa dalam ibadah, ada kekuatan gaib yang mengalir dalam diri setiap individu. Nafas yang dalam dan teratur menjadi cara penyair menggambarkan hubungan yang sangat personal antara manusia dengan Tuhan, serta keberadaan jamaah sebagai satu kesatuan dalam doa dan ibadah.

Keheningan dan Perjalanan dalam Jamaah

Kemudian, penyair menuliskan:

"Bagai air membelah hutan, bagai pagi memerangkap bau daun keheningan panjang"

Metafora ini menggambarkan perjalanan rohani yang penuh ketenangan. Air yang membelah hutan menyimbolkan aliran hidup yang tak terhentikan, meski melalui rintangan, menuju ketenangan abadi. "Pagi" yang memerangkap bau daun mengandung makna awal yang baru, kesegaran spiritual yang hadir setelah keheningan dan kontemplasi, serta kedamaian yang datang dengan fajar.

Lorong Panjang Menuju Kesadaran dan Pencerahan

Di akhir puisi, Doel CP Allisah menuliskan:

"Sebuah lorong, alangkah panjangnya menempuhnya dari satu sisi (bersama-sama) dan sebuah hati, bukalah bagai bayi menyonsong dunia!"

"Lorong" di sini menggambarkan jalan panjang yang harus ditempuh dalam pencarian spiritual. Namun, perjalanan tersebut tidak dilakukan sendirian; jamaah dan kesatuan hati menjadi aspek penting dalam pengalaman beribadah. Ajakan untuk membuka hati, "bagai bayi menyonsong dunia," menyimbolkan kesucian dan kerendahan hati dalam menerima pencerahan, serta memulai kehidupan yang baru setelah memperoleh pemahaman spiritual.

Simbolisme dan Gaya Bahasa

Puisi ini penuh dengan simbolisme yang indah dan mendalam. Diksi seperti "kembang-kembang," "kelopak bunga," "cahaya putih," dan "lorong panjang" menciptakan gambaran visual yang puitis sekaligus penuh makna. Gaya bahasa yang digunakan sangat reflektif dan metaforis, mengajak pembaca untuk meresapi keindahan perjalanan rohani dalam jamaah, di mana doa dan ibadah menyatu dengan alam dan kehidupan sehari-hari.

Pesan Moral Puisi

Puisi ini mengajarkan pentingnya kesatuan dalam ibadah dan perjalanan spiritual. Dalam beribadah, tidak hanya tubuh yang terlibat, tetapi juga hati yang terbuka dan jiwa yang siap menerima pencerahan. "Bersama-sama" adalah kata kunci dalam puisi ini, mengingatkan kita bahwa perjalanan rohani tidak hanya dilakukan secara individu, tetapi dalam kesatuan dengan sesama dalam komunitas jamaah.

Puisi "Dalam Jamaah Jumat" karya Doel CP Allisah adalah sebuah puisi yang menggugah kesadaran akan pentingnya kebersamaan dalam pencarian spiritual. Melalui metafora yang kaya dan simbolisme yang mendalam, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan perjalanan rohani yang tidak hanya bersifat personal, tetapi juga dilakukan dalam komunitas.

Dengan membuka hati dan menyonsong dunia dengan kesucian hati, puisi ini mengajarkan tentang ketenangan, keheningan, dan perjalanan panjang menuju kedamaian jiwa yang sejati.

Puisi Terbaik
Puisi: Dalam Jamaah Jumat
Karya: Doel CP Allisah
© Sepenuhnya. All rights reserved.