Daging
daging
coba bilang
bagaimana arwah masuk badan
bagaimana tuhan
dalam denyutmu
jangan diam
nanti aku marah
kalau kulahap kau
aku enak sekejap
aku sedih
kau jadi taik
daging
kau kawan di bumi di tanah di resah di babi babi
daging
ging ging
kugali gali kau
buat kubur
dari hari
ke hari
1979
Sumber: Horison (Juni, 1979)
Analisis Puisi:
Puisi "Daging" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah karya sastra yang menggambarkan perenungan tentang eksistensi manusia dan hubungannya dengan daging sebagai simbol kehidupan dan ketidaktentuan. Puisi ini mencakup tema-tema tentang eksistensi, agama, dan pertanyaan tentang kehidupan dan kematian.
Eksistensi Manusia: Dalam puisi ini, penyair mempertanyakan bagaimana arwah (jiwa atau keberadaan spiritual) memasuki badan manusia atau daging. Ini mencerminkan pertimbangan tentang keberadaan manusia di dunia dan bagaimana aspek-aspek fisik dan spiritual menyatu dalam tubuh manusia. Pertanyaan ini mengajak pembaca untuk merenungkan sifat manusia dan eksistensinya di alam semesta.
Hubungan dengan Tuhan: Penyair juga menyinggung tentang hubungan manusia dengan Tuhan melalui pernyataan "bagaimana tuhan dalam denyutmu." Ini bisa dilihat sebagai pertanyaan tentang sejauh mana kehadiran Tuhan dapat dirasakan atau dihubungkan melalui pengalaman manusia. Pertanyaan ini merangsang pemikiran tentang spiritualitas dan koneksi manusia dengan aspek transenden dalam kehidupan sehari-hari.
Dilema dan Kejutan: Puisi ini bergerak dari pertanyaan yang serius dan mendalam menjadi pernyataan yang lebih ringan dan ironis. Ketika penyair mengancam untuk memakan daging, puisi tiba-tiba beralih ke perasaan enak dan sedih, serta ke ketidakseimbangan dalam hubungan manusia. Pemaknaan puisi ini menjadi lebih kompleks karena menggabungkan elemen-elemen serius dan ringan.
Simbolisme "Daging": Kata "daging" di dalam puisi ini bisa memiliki makna ganda. Di satu sisi, itu bisa merujuk kepada daging manusia sebagai simbol kehidupan dan eksistensi fisik. Di sisi lain, itu bisa mewakili aspek-aspek manusia yang jahat atau keji. Puisi ini menyiratkan pertentangan antara sifat manusia yang bersifat duniawi dan spiritual.
Kematian dan Kehidupan: Puisi ini mengakhiri dengan baris "buat kubur dari hari ke hari." Ini bisa diartikan sebagai perenungan tentang kematian dan bagaimana waktu terus berjalan menuju akhir kehidupan. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan siklus kehidupan dan kematian yang ada dalam eksistensi manusia.
Puisi "Daging" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah puisi yang menggambarkan eksistensi manusia dan hubungannya dengan aspek spiritual, fisik, dan transenden. Dengan pertanyaan dan pernyataan ironis, puisi ini menciptakan suasana yang memungkinkan pemikiran mendalam tentang makna kehidupan dan kematian.
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri
- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.