Puisi: Cita-Cita Anak Tetangga (Karya Tri Astoto Kodarie)

Puisi "Cita-Cita Anak Tetangga" menggambarkan gambaran hidup seorang anak yang memiliki cita-cita yang murni, penuh dengan kesederhanaan dan ...
Cita-Cita Anak Tetangga

setiap ia bermain di halaman rumah
senyum dan matanya sangat ramah
pakaiannya nampak jarang berubah
kaos dan celana pendek warna merah

setiap ia kutanya tentang cita-citanya
selalu dijawab dengan sederhana
: ingin punya kambing dan kandangnya
dan bisa menggembalakannya dimana-mana

setiap kudengar cita-citanya
selalu berharap tak ada bencana.

2004

Analisis Puisi:

Puisi "Cita-Cita Anak Tetangga" karya Tri Astoto Kodarie adalah sebuah karya yang menyentuh dan menggugah hati. Dengan bahasa yang sederhana, penyair berhasil menggambarkan gambaran hidup seorang anak yang memiliki cita-cita yang murni, penuh dengan kesederhanaan dan harapan yang tulus. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung, melihat bagaimana cita-cita yang sederhana dan harapan yang tidak muluk-muluk bisa sangat berarti dalam kehidupan.

Senyum dan Kehidupan Sederhana

Puisi ini dimulai dengan gambaran kehidupan seorang anak tetangga yang tampaknya hidup dalam keadaan sederhana. "Setiap ia bermain di halaman rumah / senyum dan matanya sangat ramah / pakaiannya nampak jarang berubah / kaos dan celana pendek warna merah" – kalimat-kalimat ini menggambarkan keseharian seorang anak yang ceria dan bahagia meskipun tidak hidup dalam kemewahan.

Penyair dengan cermat menggambarkan anak tersebut dengan detail yang sangat nyata: senyum yang ramah, pakaian sederhana yang jarang berubah, serta suasana riang ketika ia bermain di halaman rumah. Citra ini menonjolkan kesederhanaan dalam hidup anak tersebut, yang tidak terganggu oleh keinginan untuk memiliki barang-barang mewah. Dengan pakaian kaos dan celana pendek warna merah, sang anak mengingatkan kita akan kebahagiaan yang bisa ditemukan dalam kesederhanaan hidup.

Cita-Cita yang Sederhana: Punya Kambing dan Kandangnya

Kemudian, penyair beralih untuk menggambarkan cita-cita sang anak. Setiap kali ditanya tentang cita-citanya, ia menjawab dengan penuh kesederhanaan dan tanpa pretensi. "Setiap ia kutanya tentang cita-citanya / selalu dijawab dengan sederhana: / ingin punya kambing dan kandangnya / dan bisa menggembalakannya dimana-mana."

Cita-cita anak ini begitu sederhana dan tidak terpengaruh oleh konsep-konsep ambisius yang seringkali dipupuk dalam masyarakat kita. Keinginan untuk memiliki kambing dan kandangnya serta menggembalakannya di mana-mana mengandung makna tentang kebebasan dan kedamaian. Keinginan ini tidak berhubungan dengan harta benda atau kekayaan material, melainkan dengan kebahagiaan yang berasal dari keterhubungan dengan alam dan makhluk hidup. Di balik kesederhanaannya, cita-cita tersebut juga mengungkapkan sifat tanggung jawab yang ingin dimiliki oleh anak tersebut dalam merawat dan menjaga kambingnya.

Harapan Tanpa Bencana: Keinginan Akan Kehidupan yang Damai

Terakhir, puisi ini mengungkapkan harapan sang anak yang tulus dan sederhana: "Setiap kudengar cita-citanya / selalu berharap tak ada bencana." Kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam. Meskipun anak ini memiliki cita-cita yang sederhana, harapannya sangat kuat dan universal. Ia berharap tidak ada bencana yang datang, baik itu bencana alam, sosial, atau pribadi. Keinginan untuk hidup damai tanpa gangguan atau kehancuran menunjukkan kedewasaan berpikir anak tersebut meskipun usianya masih muda.

Penyair menggambarkan bahwa harapan untuk hidup dalam kedamaian adalah hal yang sangat penting, bahkan mungkin lebih penting daripada memiliki kekayaan atau mencapai ambisi besar. Puisi ini mengingatkan kita bahwa seringkali dalam kehidupan, kita lupa untuk menghargai hal-hal sederhana yang membawa kebahagiaan dan kedamaian, seperti menginginkan kehidupan yang bebas dari bencana.

Puisi "Cita-Cita Anak Tetangga" karya Tri Astoto Kodarie adalah sebuah refleksi tentang kehidupan yang penuh dengan kesederhanaan dan keinginan yang tidak terikat oleh hal-hal material. Melalui tokoh seorang anak yang sederhana, puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang apa arti cita-cita sejati. Kadang-kadang, kita terlena dengan cita-cita besar yang bersifat duniawi, padahal kebahagiaan sejati bisa datang dari hal-hal sederhana yang seringkali terabaikan.

Cita-cita anak dalam puisi ini – untuk memiliki kambing dan kandangnya, serta menggembalakannya di mana-mana – mengandung makna yang sangat kaya tentang kebebasan, tanggung jawab, dan kedamaian. Dan harapan agar tidak ada bencana juga mengajarkan kita untuk selalu menghargai kedamaian dan kesejahteraan dalam hidup.

Melalui puisi ini, Tri Astoto Kodarie mengingatkan kita untuk merenungkan kembali nilai-nilai kehidupan yang lebih sederhana, namun sangat bermakna. Cita-cita yang tidak selalu harus berfokus pada kekayaan atau kesuksesan besar, tetapi juga bisa berupa harapan akan hidup yang damai, penuh kebahagiaan, dan jauh dari bencana.

Puisi: Cita-cita Anak Tetangga
Puisi: Cita-Cita Anak Tetangga
Karya: Tri Astoto Kodarie

Biodata Tri Astoto Kodarie:
  • Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.