Puisi: Cermin (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Puisi "Cermin" adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang penuaan dan perubahan dalam kehidupan manusia. Melalui metafora dan simbolisme yang ....
Cermin

dari hari ke hari kau makin tak kukenali
wajahmu berubah
ada lubang yang menganga di sana
yang menjadi pintu bagi pecahan kaca
tenggorokanmu memanjang dan tersendat
seperti rel kereta api yang bergerak ke arah bukit
warna merah begitu menyala di ujungnya
seperti pesta kembang api pada perayaan hari kemerdekaan
rel yang memanjang itu yang mungkin dulu pernah merayuku
untuk tekun menyusur jejak di sepanjang pinggir sungai
yang membusuk seperti bangkai keledai
di pinggir hutan larangan
lengan dan jemarimu renta pohon akasia
dan kuku di ujung kemarau itu
hitam dan berdarah
seperti habis mengelupasi kerak-kerak cuaca
lalu di perutmu yang penuh nanah
mendekam ratusan ulat yang berkeringat
dan pangkal pahamu
yang dulu begitu pualam
sekarang seperti pulau tandus
yang cuma merasa berhak memelihara semak kaktus,
sisa air, dan pecahan cahaya matahari
sementara, kaki yang dulu setiap hari bergegas
mengantarku ke rumah kayu itu
kini mulai rapuh dimakan tanah dan nanah
karena itu, istirahatlah
dari hari-kehari kau semakin tak kukenali
ujarku pada tubuh yang kupandang di cermin itu.

2010

Analisis Puisi:

Puisi "Cermin" karya Ari Pahala Hutabarat adalah sebuah refleksi yang dalam tentang proses penuaan dan perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia.

Metafora Cermin: Cermin digunakan sebagai simbol yang kuat dalam puisi ini. Ia mencerminkan proses introspeksi dan pemahaman diri yang mendalam, di mana tokoh puisi menatap dirinya sendiri dan mengamati perubahan fisik dan emosional yang terjadi.

Proses Penuaan dan Perubahan: Puisi ini menggambarkan dengan sangat jelas proses penuaan dan perubahan yang dialami oleh tokoh utama. Mulai dari perubahan wajah yang tak dikenali, hingga detail-detail fisik yang mengalami kerapuhan dan penurunan kualitas, seperti tenggorokan yang tersendat, lengan yang renta, dan kaki yang mulai rapuh.

Simbolisme Alam: Penggunaan simbol-simbol alam seperti rel kereta api, pohon akasia, dan pulau tandus menambah dimensi dalam puisi ini. Mereka mencerminkan siklus kehidupan yang terus berlangsung, dengan semua kejadian dan perubahan yang datang dan pergi.

Pengabaian dan Kesadaran: Tokoh dalam puisi ini mengalami kesadaran yang dalam tentang perubahan yang terjadi pada dirinya, namun juga ada rasa pengabaian terhadap dirinya sendiri. Ia merenungkan dengan penuh rasa sedih dan kehilangan akan masa lalu yang hilang, serta tubuh yang semakin tak dikenali.

Pesan Reflektif: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang proses penuaan dan perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan. Ia menyampaikan pesan tentang pentingnya menerima dan memahami perubahan, serta menjaga rasa kesadaran dan kepedulian terhadap diri sendiri.

Puisi "Cermin" adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang penuaan dan perubahan dalam kehidupan manusia. Melalui metafora dan simbolisme yang kaya, Ari Pahala Hutabarat berhasil menghadirkan gambaran yang mendalam tentang proses introspeksi dan pemahaman diri.

Ari Pahala Hutabarat
Puisi: Cermin
Karya: Ari Pahala Hutabarat

Biodata Ari Pahala Hutabarat:
  • Ari Pahala Hutabarat (akrab disapa Ari atau Ucok) lahir pada tanggal 24 Agustus 1975 di Palembang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.