Puisi: Cerana (Karya Rifa'i Ali)

Puisi "Cerana" karya Rifa'i Ali mengangkat tema tentang prosesi pernikahan yang penuh simbolisme, menggambarkan ritual dan keindahan yang ...
Cerana
Kepada M.D. – M.

O, mempelai, naik, diri,
Tabur kunyit goyanglah kipas,
Naik pes’mandan dengan biduan!

O, mempelai, naik, diri
Dara di atas siap berhias,
Inilah cerana turun ke laman!

Sumber: Kata Hati (1941)

Analisis Puisi:

Puisi "Cerana" karya Rifa'i Ali mengangkat tema tentang prosesi pernikahan yang penuh simbolisme, menggambarkan ritual dan keindahan yang menyertainya. Dalam puisi ini, Ali menggunakan bahasa yang puitis dan penuh makna untuk menyampaikan gambaran tentang kedatangan mempelai wanita, yang diibaratkan dengan keindahan dan keanggunan. Lewat gambaran yang elegan dan tradisional, puisi ini menekankan unsur-unsur yang melambangkan harapan dan perjalanan hidup baru yang dimulai dalam pernikahan.

Gambaran Keanggunan dalam Ritual Pernikahan

Puisi ini diawali dengan seruan kepada sang mempelai yang diminta untuk naik dan menunjukkan dirinya dengan penuh keanggunan:

"O, mempelai, naik, diri, / Tabur kunyit goyanglah kipas, / Naik pes’mandan dengan biduan!"

Kata-kata ini menggambarkan sebuah prosesi ritual yang penuh dengan keindahan dan kemeriahan. Dalam budaya tradisional, mempelai wanita sering kali diberi penghormatan yang luar biasa dalam upacara pernikahan, dan gambaran ini menekankan pentingnya penampilan dan kehormatan dalam momen sakral tersebut. "Tabur kunyit" dan "goyang kipas" mengacu pada unsur-unsur yang biasa digunakan dalam upacara adat, yang memberikan nuansa ceria dan penuh warna. "Pes'mandan dengan biduan" menunjukkan suasana yang syahdu dan penuh musik, yang menambah kesan magis dalam prosesi ini.

Perjalanan Hidup Baru yang Dimulai

Puisi ini tidak hanya menggambarkan keindahan fisik sang mempelai, tetapi juga menggambarkan perjalanan hidup yang baru dimulai setelah pernikahan. "Dara di atas siap berhias" menggambarkan sang mempelai wanita yang siap menjalani kehidupan baru bersama pasangannya. Kehidupan baru ini, yang dimulai dengan ritual pernikahan, membawa harapan dan impian yang besar.

"O, mempelai, naik, diri / Dara di atas siap berhias, / Inilah cerana turun ke laman!"

Dalam kalimat ini, "dara di atas" mengacu pada mempelai wanita yang dianggap sebagai simbol kesucian dan kemurnian. Dengan siap berhias, ia tidak hanya menunjukkan kesiapan fisik, tetapi juga kesiapan emosional untuk memasuki kehidupan pernikahan. "Cerana turun ke laman" menggambarkan proses peralihan dari dunia lamaran menuju dunia rumah tangga, yang penuh dengan harapan akan kebahagiaan, kehangatan, dan keberkahan.

Simbolisme dalam "Cerana"

Kata "cerana" dalam judul puisi ini merupakan simbol dari proses penurunan, atau lebih tepatnya, simbol dari perjalanan menuju kehidupan baru. Dalam konteks pernikahan, "cerana" bisa diartikan sebagai simbol penurunan dari keadaan hidup sebelumnya menuju kehidupan yang penuh harapan dan perubahan. Puisi ini menggunakan simbol-simbol dalam tradisi pernikahan untuk menyampaikan makna yang dalam tentang perubahan hidup yang akan terjadi bagi pasangan yang menikah.

Keindahan Bahasa dan Tradisi dalam Puisi

Puisi ini menggunakan bahasa yang indah dan penuh dengan citra visual yang kuat. Setiap kalimat menggambarkan suasana yang hidup, yang mengajak pembaca untuk merasakan kegembiraan dan kehangatan dalam pernikahan. Penggunaan simbolisme yang kaya seperti "tabur kunyit," "goyang kipas," dan "pes'mandan dengan biduan" menciptakan gambaran yang cerah dan penuh warna, yang menunjukkan suasana ceria dalam tradisi pernikahan. Ini menunjukkan bagaimana puisi bisa menangkap momen-momen kebahagiaan dalam kehidupan manusia dengan cara yang sangat estetis.

Makna yang Tersirat: Harapan dan Kehidupan Baru

Puisi "Cerana" juga membawa pesan yang lebih dalam tentang harapan dan perjalanan kehidupan baru yang dimulai dalam pernikahan. Pernikahan dalam puisi ini digambarkan bukan hanya sebagai sebuah upacara, tetapi sebagai awal dari sebuah babak baru dalam kehidupan mempelai wanita dan pria. Mereka tidak hanya merayakan ikatan mereka, tetapi juga membuka lembaran kehidupan yang baru, penuh dengan perubahan, tantangan, dan keindahan.

Puisi "Cerana" karya Rifa'i Ali menyajikan sebuah gambaran yang indah tentang pernikahan, mengangkat tema keanggunan, simbolisme, dan perjalanan hidup baru. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan penuh makna, Ali berhasil menggambarkan tidak hanya prosesi pernikahan itu sendiri, tetapi juga harapan dan perjalanan yang akan dihadapi oleh pasangan pengantin. Puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang betapa pentingnya pernikahan sebagai sebuah perjalanan yang penuh dengan makna dan simbol, serta bagaimana setiap langkah dalam kehidupan baru tersebut membawa harapan akan kebahagiaan dan keberkahan.

Puisi: Cerana
Puisi: Cerana
Karya: Rifa'i Ali

Biodata Rifa'i Ali:
  • Rifa'i Ali lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 24 April 1909.
  • Rifa'i Ali adalah salah satu Sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.