Puisi: Bagaimana Bisa? (Karya Mahdi Idris)

Puisi "Bagaimana Bisa?" mengajak pembaca untuk merenungkan berbagai dimensi kehidupan, termasuk pengalaman pribadi, rasa sakit, dan pertanyaan ...
Bagaimana Bisa?

Bagaimana bisa?
kau gantung bahasaku di jendela
jantungku kaubelah dua
Wajahku kautoreh sejarah kelam

Bagaimana bisa?
kau tunggangi aku, berjalan di lorong-lorong gelap
hantu pun hilang nyali menggoda

Bagaimana bisa?

Analisis Puisi:

Puisi "Bagaimana Bisa?" karya Mahdi Idris adalah karya yang singkat namun sarat makna, menghadirkan suasana emosional yang kuat dengan pemilihan diksi yang tajam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan berbagai dimensi kehidupan, termasuk pengalaman pribadi, rasa sakit, dan pertanyaan tentang keadilan atau keadaan yang sulit dijelaskan.

Tema Utama: Rasa Luka dan Pertanyaan Tanpa Jawab

Tema utama dari puisi ini adalah eksplorasi rasa sakit dan keheranan mendalam atas pengalaman hidup yang pahit. Judul "Bagaimana Bisa?" berfungsi sebagai inti dari puisi, mengungkapkan kebingungan penyair terhadap peristiwa atau tindakan yang sulit diterima oleh logika dan perasaan.
  1. “kau gantung bahasaku di jendela” menggambarkan perasaan kehilangan suara atau kemampuan untuk mengekspresikan diri. Bahasa yang digantung di jendela menjadi metafora dari pengabaian atau pembatasan kebebasan berekspresi.
  2. “jantungku kaubelah dua” adalah ungkapan metaforis yang melambangkan rasa sakit emosional yang mendalam, seolah-olah kehidupan atau cintanya dihancurkan.

Simbolisme yang Kuat

Puisi ini kaya akan simbol yang dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara:
  1. Bahasa di Jendela: Melambangkan keterasingan, di mana suara hati atau ekspresi pribadi tidak didengar atau dikesampingkan.
  2. Jantung Dibagi Dua: Lambang kehancuran, kehilangan cinta, atau pengkhianatan.
  3. Sejarah Kelam: Mengacu pada trauma masa lalu yang masih membekas dalam kehidupan seseorang.
  4. Lorong Gelap: Simbol dari perjalanan hidup yang penuh tantangan atau ketidakpastian, di mana bahkan “hantu” tidak berani hadir.

Gaya Bahasa: Singkat namun Penuh Makna

Mahdi Idris menggunakan gaya bahasa yang ringkas namun sarat emosi. Tiap bait membawa bobot perasaan yang kuat:
  1. Repetisi Pertanyaan: Kalimat “Bagaimana bisa?” diulang untuk menegaskan ketidakpercayaan dan keheranan atas apa yang dialami. Repetisi ini menciptakan efek mendalam dan menggugah empati pembaca.
  2. Metafora yang Hidup: Puisi ini menggunakan metafora seperti “jantungku kaubelah dua” dan “hantu pun hilang nyali menggoda” untuk menggambarkan emosi kompleks dengan cara yang visual dan imajinatif.

Nuansa Emosional dalam Puisi

Puisi ini memiliki nada yang melankolis dan introspektif. Penyair menciptakan suasana yang menggambarkan penderitaan batin, kebingungan, dan pencarian makna:
  1. Kebingungan: Ditunjukkan dengan pertanyaan yang terus berulang tanpa jawaban.
  2. Kemarahan Tertahan: Tersirat dalam penggunaan kata-kata seperti “tunggangi aku” dan “toreh sejarah kelam”, menggambarkan perasaan ketidakadilan.
  3. Ketidakberdayaan: Tersirat dalam frasa “hantu pun hilang nyali menggoda”, menunjukkan betapa kelamnya situasi yang dialami sehingga bahkan hal yang menakutkan tidak berani hadir.

Pesan dan Relevansi Puisi

Puisi ini menawarkan pesan yang universal: rasa sakit dan pertanyaan tentang pengalaman hidup adalah bagian dari perjalanan manusia. Pertanyaan “Bagaimana bisa?” dapat mencerminkan perasaan siapa saja yang pernah menghadapi situasi sulit atau tidak adil.
  1. Keterasingan dan Rasa Kehilangan: Puisi ini relevan bagi mereka yang merasa suaranya tidak didengar atau haknya dilanggar.
  2. Refleksi atas Masa Lalu: Gambaran sejarah kelam menunjukkan bagaimana masa lalu dapat membentuk perasaan dan cara pandang seseorang terhadap dunia.

Interpretasi Filosofis

Dari sudut pandang filosofis, puisi ini dapat dipahami sebagai pertanyaan eksistensial tentang kehidupan dan penderitaan. Penyair tampaknya menggugat kenyataan, bertanya-tanya mengapa hal-hal buruk bisa terjadi, dan bagaimana manusia harus menghadapinya.

Puisi "Bagaimana Bisa?" karya Mahdi Idris adalah karya yang singkat namun penuh daya pukau, mengajak pembaca untuk merenungkan rasa sakit, keheranan, dan perjuangan dalam hidup. Dengan bahasa metaforis dan nuansa emosional yang mendalam, puisi ini berhasil menyampaikan perasaan yang kompleks secara ringkas namun menggugah.

Puisi ini mengingatkan kita bahwa kehidupan tidak selalu menawarkan jawaban yang mudah atas pertanyaan mendasar tentang rasa sakit dan kehilangan. Namun, melalui refleksi dan ekspresi, manusia dapat menemukan cara untuk berdamai dengan luka dan melanjutkan perjalanan mereka.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Bagaimana Bisa?
Karya: Mahdi Idris

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Bayangan Kita adalah bayangan yang berjalan tanpa wujud serupa kabut yang senantiasa lenyap dihunjam matahari, menjelma asap tipis ditikam kesunyian malam. Bayang…
  • Sembilan Belas Mei Malam dini hari kuda-kuda besi berlari menembus pekat malam menghalau angin gigil merobek tubuh, bersimbah darah. Sepasang mata benteng kau j…
  • Tanyakan Pada Rembulan Tanyakan pada rembulan yang dating singgah di halaman siapa sesungguhnya pemilik dedaunan berguguran pada musim hujan, siapa yang telah menggugurkannya, …
  • Pengakuan Aku tahu Rumi telah merayu-Mu dengan Syahdu Jiwanya menggelepar-gelapar merajuk mahabbah-Mu. Dimana Kau letak, ia telah menuju. Dia simpan Engkau dalam kalbunya…
  • Lebaran Lebaran, melebarkan dada membuka diri dalam kemaafan memberi ruang luas bagi segala yang datang dari luka dan segala sesuatu yang mengganjal. Lebaran, set…
  • Dan Tiba-Tiba Dan tiba-tiba hujan melengkung di matamu saat perayaan malam purnama di sudut kota di antara duka cita perahu nelayan mengapa badai tak pernah reda me…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.