Puisi: Bagai Dua Jari (Karya L.K. Ara)

Puisi "Bagai Dua Jari" karya L.K. Ara mengingatkan kita tentang pentingnya peduli terhadap anak yatim dan bahaya dari ketidakadilan sosial.
Bagai Dua Jari

Bagai dua jari
Begitulah dekatnya kita kelak
Bila engkau mengasihi anak yatim
Meluangkan waktu untuknya
Membelai rambutnya
Membendung air matanya
Saat kesedihan akan mengucur dari tubuhnya

Bagai dua jari
Begitulah setaranya kita kelak
Bila engkau beri seteguk air minum buat si yatim
Menyanyikan kegembiraan untuknya
Melipur gundah di dadanya
Saat ia gelisah menerawang mencari ayah

Bagaimana mungkin kita bagai dua jari
Pada satu saat kelak
Bila engkau membiarkan anak yatim
Bahkan haknya kau rebut
Dan kehendakmu kau peturut
Kau pancing air mata
Kesedihan yang menggumpal di dada

Dan kehendakmu itu
Nafsu serakahmu itu
Masih kau pelihara juga
Dan untuk itu saudaraku
Tak usah khawatir
Akan mengalir
Rasa sangsai
Bagai sungai
Mengilingi tubuhmu
Menusuk-nusuk dagingmu
Menyerang urat sarafmu
Sehingga kau berkata
Racun apa yang masuk ke mulutku
Sedang engkau sedang melahap
Juadah yang serba enak

Bagaimana mungkin kita bagai dua jari
Suatu saat kelak di akhirat
Sedang hak anak yatim kau gasak

Banda Aceh, 8 Mei 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Bagai Dua Jari" karya L.K. Ara adalah seruan moral yang mendalam dan menyentuh. Melalui metafora dan gambaran yang kuat, puisi ini menyampaikan pesan tentang kasih sayang, tanggung jawab sosial, dan konsekuensi dari tindakan manusia terhadap anak yatim.

Metafora "Dua Jari" sebagai Simbol Kedekatan

Judul puisi ini, "Bagai Dua Jari", adalah metafora yang melambangkan kedekatan yang ideal antara manusia yang peduli terhadap anak yatim dan tempatnya di sisi Tuhan. Frasa ini mengacu pada kesetaraan dan kedekatan spiritual yang hanya bisa dicapai melalui amal kebaikan dan perhatian tulus terhadap anak-anak yang kehilangan orang tua.

Metafora ini menjadi pengingat bahwa tindakan manusia terhadap anak yatim memiliki dimensi spiritual yang mendalam, bukan sekadar tanggung jawab sosial.

Anak Yatim sebagai Pusat Kasih Sayang dan Ujian Moral

Puisi ini menjadikan anak yatim sebagai simbol kelemahan dan kebutuhan akan kasih sayang. Dalam bait pertama, L.K. Ara menekankan tindakan konkret seperti:
  • "Meluangkan waktu untuknya"
  • "Membelai rambutnya"
  • "Membendung air matanya"
Tindakan-tindakan ini sederhana namun penuh makna, menunjukkan bahwa perhatian kecil dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan anak yatim. Anak yatim di sini tidak hanya membutuhkan materi, tetapi juga cinta, perhatian, dan penghiburan emosional.

Sebaliknya, bait terakhir mengingatkan tentang konsekuensi buruk dari ketidakpedulian: "Sedang hak anak yatim kau gasak." Puisi ini menyerukan pertanggungjawaban moral yang harus diemban oleh setiap individu terhadap kaum lemah.

Gambaran Dosa dan Akibatnya

Bagian terakhir puisi menggambarkan akibat tragis dari ketidakadilan terhadap anak yatim. L.K. Ara menggunakan deskripsi yang tajam dan metaforis:
  • "Rasa sangsai bagai sungai mengilingi tubuhmu."
  • "Menusuk-nusuk dagingmu, menyerang urat sarafmu."
Gambaran ini menghadirkan siksaan moral dan spiritual yang dialami oleh mereka yang berbuat zalim. Puisi ini memberikan peringatan bahwa dosa terhadap anak yatim tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat.

Kritik terhadap Keserakahan dan Ketidakadilan

Puisi ini juga menjadi kritik sosial terhadap keserakahan manusia. Dalam kalimat:

“Dan kehendakmu itu, Nafsu serakahmu itu, Masih kau pelihara juga.”

Penyair menunjukkan bagaimana nafsu serakah dapat menyebabkan seseorang melupakan tanggung jawab sosialnya. Bahkan hak anak yatim yang seharusnya dilindungi, justru dirampas untuk memenuhi ambisi pribadi.

Puisi ini menggambarkan kontradiksi antara kekayaan material yang dinikmati seseorang dan racun moral yang menghancurkan hidupnya.

Nilai Spiritualitas dalam Puisi

Puisi "Bagai Dua Jari" mengingatkan pembaca tentang dimensi spiritual dalam setiap tindakan sosial. Melalui seruan seperti:

“Bagaimana mungkin kita bagai dua jari … Bila engkau membiarkan anak yatim.”

Penyair menyampaikan bahwa tindakan baik terhadap anak yatim bukan sekadar amal sosial, tetapi juga sarana untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Sebaliknya, dosa terhadap mereka menjadi penghalang yang menjauhkan manusia dari rahmat-Nya.

Relevansi Puisi dalam Kehidupan Modern

Di tengah dunia yang semakin materialistis, puisi ini relevan sebagai pengingat pentingnya nilai kemanusiaan. Kehadiran anak yatim sering kali diabaikan dalam hiruk-pikuk kehidupan modern, padahal mereka adalah cermin bagi nurani sosial kita.

Puisi ini juga relevan dalam konteks kebijakan sosial, di mana perlindungan anak yatim menjadi bagian dari tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Pesan Moral dari Puisi

Puisi ini memberikan beberapa pesan penting:
  • Kasih Sayang Adalah Amal Terbaik: Tindakan sederhana seperti membelai rambut anak yatim memiliki nilai spiritual yang besar.
  • Keadilan Sosial Adalah Kewajiban: Mengambil hak anak yatim adalah dosa besar yang akan membawa konsekuensi buruk di dunia dan akhirat.
  • Keserakahan Merusak Kemanusiaan: Nafsu serakah tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga menghancurkan moralitas pelakunya.
Puisi "Bagai Dua Jari" karya L.K. Ara adalah puisi yang penuh dengan nilai spiritual dan sosial. Melalui metafora, kritik sosial, dan gambaran dosa, puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya peduli terhadap anak yatim dan bahaya dari ketidakadilan sosial.

Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mendalam, L.K. Ara berhasil menyampaikan pesan universal tentang kasih sayang, keadilan, dan pertanggungjawaban moral. Puisi ini adalah cermin bagi hati nurani manusia, mengajak kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, terutama mereka yang lemah dan membutuhkan.

Puisi Terbaik
Puisi: Bagai Dua Jari
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.