Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Babi (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Sajak Babi" karya Sutardji Calzoum Bachri menyampaikan pesan tentang ketidakpastian, kekerasan, dan penderitaan yang terdapat dalam alam dan ..
Sajak Babi (1)

batu demam
    sungai pingsan
        laut luka
            kapal berdarah

nelayan jam
    berenang
        nuju 00.00
            waktu babi

Sajak Babi (3)

kemarau parau
            arwah ikan ngarung langit
                    sama pohon legam
tinggal sisiksisik perih
                    menghias arang jam

ngigau
            tenggorok kolam
                            retak
                            duri nuliskan:
                                        babi!

1977

Sumber: Horison (Januari, 1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Babi" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya sastra yang singkat namun sarat dengan makna dan imajinasi.

Sajak Babi (1)

Bagian pertama puisi ini menghadirkan serangkaian gambaran pendek yang menciptakan suasana alam yang penuh dengan ketidakstabilan dan kekerasan. "Batu demam" mungkin menggambarkan ketidakstabilan alam, "sungai pingsan" menciptakan gambaran tentang alam yang terganggu, "laut luka" menggambarkan alam yang terluka, dan "kapal berdarah" dapat diartikan sebagai gambaran tentang kekerasan di laut.

Kemudian, kita beralih ke nelayan yang berenang menuju "00.00" atau tengah malam, yang mungkin merupakan waktu yang gelap dan misterius. Kata "babi" di akhir bait mungkin menciptakan keterkaitan dengan judul puisi, dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara, seperti simbolisasi ketidakpastian, kekerasan, atau bahkan pengorbanan.

Sajak Babi (3)

Bagian ketiga puisi ini membawa pembaca ke situasi kemarau yang parah. "Arwah ikan ngarung langit" dan "pohon legam" menciptakan gambaran tentang kekeringan yang melanda, dengan "sisik-sisik perih" yang menghiasi "arang jam" menunjukkan penderitaan yang dialami oleh makhluk hidup yang terkait dengan air.

Puisi ini mencapai puncaknya dengan kata "babi!" yang tiba-tiba muncul di akhir bait. Kata ini, yang sebelumnya juga muncul di bagian pertama puisi, mungkin merupakan titik pusat dari seluruh puisi. "Babi" dapat diinterpretasikan sebagai sebuah teriakan atau keputusasaan yang muncul di tengah penderitaan dan kekeringan, atau sebagai simbol dari segala ketidakpastian dan kekerasan yang terdapat dalam alam dan kehidupan.

Puisi "Sajak Babi" adalah puisi yang penuh dengan imajinasi dan simbolisme. Sutardji Calzoum Bachri menggunakan bahasa yang padat dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang ketidakpastian, kekerasan, dan penderitaan yang terdapat dalam alam dan kehidupan manusia. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam dan untuk berpikir tentang hubungan antara manusia dan alam.

Sutardji Calzoum Bachri
Puisi: Sajak Babi
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.