Ayo
adakah yang lebih tobat
dibanding air mata
adakah yang lebih mengucap
dibanding airmata
adakah yang lebih nyata
adakah yang lebih hakekat
dibanding airmata
adakah yang lebih lembut
adakah yang lebih dahsyat
dibanding airmata
para pemuda yang
melimpah di jalan jalan
itulah airmata
samudera puluhan tahun derita
yang dierami ayahbunda mereka
dan diemban ratusan juta
mulut luka yang terpaksa
mengatup diam
kini airmata
lantang menderam
meski muka kalian
takkan dapat selamat
di hadapan arwah sejarah
ayo
masih ada sedikit saat
untuk membasuh
pada dalam dan luas
airmata ini
ayo
jangan bandel
jangan nekat pada hakekat
jangan kalian simbahkan
gas airmata pada lautan airmata
malah tambah merebak
jangan letupkan peluru
logam akan menangis
dan tenggelam
dikedalaman airmata
jangan gunakan pentungan
mana ada hikmah
mampat
karena pentungan
para muda yang raib nyawa
karena tembakan
yang pecah kepala
sebab pentungan
memang tak lagi mungkin
jadi sarjana atau apa saja
namun
mereka telah
nyempurnakan
bakat gemilang
sebagai airmata
yang kini dan kelak
selalu dibilang
bagi perjalanan bangsa
Analisis Puisi:
Puisi "Ayo" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah panggilan untuk bertindak, merenung, dan mengambil keputusan. Dengan menggunakan metafora air mata sebagai pusat dari puisi ini, Sutardji menggambarkan esensi kepedihan dan keputusasaan, serta harapan dan kekuatan yang terkandung di dalamnya.
Metafora Air Mata: Puisi dimulai dengan serangkaian pertanyaan retoris yang menggambarkan kedalaman emosi dan makna air mata. Air mata dalam puisi ini mewakili kepedihan, penyesalan, dan harapan. Sutardji mengajak pembaca untuk memahami bahwa air mata bukan hanya sekedar tanda kelemahan, tetapi juga simbol kekuatan dan kejujuran.
Penyebab dan Konsekuensi Air Mata: Dalam bait-bait selanjutnya, Sutardji menyampaikan bahwa air mata tidak hanya dipicu oleh kesedihan individu, tetapi juga oleh penderitaan bersama, seperti yang dialami oleh generasi sebelumnya. Air mata melambangkan pengorbanan, perjuangan, dan penderitaan yang telah dialami oleh banyak orang.
Panggilan untuk Bertindak: Dengan menggunakan kata "Ayo", Sutardji mengajak para pemuda untuk bertindak. Ia menegaskan bahwa meskipun masa lalu penuh dengan air mata, tetapi masih ada kesempatan untuk membersihkan, merawat, dan menghargai kepedihan yang ada.
Pilihan yang Bijaksana: Puisi ini juga mencerminkan panggilan untuk bertindak secara bijaksana. Sutardji menyarankan agar para pemuda tidak menggunakan kekerasan atau kekerasan untuk mengekspresikan kepedihan mereka, tetapi untuk mencari solusi damai dan produktif.
Peran Sejarah dan Masa Depan: Sutardji menggarisbawahi pentingnya memahami sejarah dan menarik pelajaran dari masa lalu. Dia mengingatkan bahwa tindakan kita hari ini akan membentuk masa depan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperlakukan air mata masa lalu dengan hormat dan belajar dari pengalaman tersebut.
Penegasan Identitas: Di bagian akhir puisi, Sutardji menekankan bahwa pengalaman air mata telah membentuk identitas kita sebagai bangsa. Para pemuda yang telah kehilangan nyawa mereka dalam perjuangan telah menjadi bagian dari warisan kebangsaan yang tak ternilai.
Pesan Kehati-hatian dan Kewaspadaan: Sutardji juga menekankan pentingnya bijaksana dalam tindakan kita. Dia menegaskan bahwa kekerasan dan tindakan nekat tidak akan membawa kedamaian atau solusi jangka panjang.
Dengan demikian, puisi "Ayo" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah puisi yang membangkitkan kesadaran akan kepedihan dan pengorbanan, serta memberikan panggilan untuk bertindak dengan bijaksana, hormat, dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan dan penderitaan.
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
- Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
- Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.