Puisi: Arjuna (Karya Bambang Sarwono)

Puisi "Arjuna" karya Bambang Sarwono menggambarkan perjalanan seorang tokoh legendaris dalam dunia pewayangan, Arjuna, yang bukan hanya menghadapi ...
Arjuna

Tak besok Arjuna mati
Sang Wiku tekun di puncak samadi
Awan di bukit-bukit mengental
Keras memutih besi

"Tak satu makhluk pun menggangu diamku
di saat bergurau 
mengajak turun Hyang Widhi
ke bumi.
Main kelereng!"

Tak besok Arjuna beku
Keningnya bergurat berlapis-lapis jemu
Dengan hidup dengan ilmu dengan ragu
Sebab habis semua untuk dirayu
Sebab kikis semua untuk dipangku
Sebab nyaris
Segala untuk .....

Tak besok Arjuna tersedu
Sang diri kekal mencuci hati
Habis
Tak tersebut
Masing-masing kekasih
Lagi.

1976

Sumber: Horison (Maret, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Arjuna" karya Bambang Sarwono menggambarkan perjalanan seorang tokoh legendaris dalam dunia pewayangan, Arjuna, yang bukan hanya menghadapi peperangan fisik, tetapi juga pertarungan batin yang dalam. Dalam puisi ini, Arjuna digambarkan dalam keadaan yang penuh dengan keraguan, keheningan, dan pencarian spiritual, yang menjadi cerminan dari konflik-konflik batin yang dialami oleh manusia pada umumnya.

Arjuna dan Keheningan: Puncak Samadi dan Bergurau dengan Hyang Widhi

Pada bagian pertama puisi ini, Arjuna digambarkan tidak sedang berada dalam pertempuran, melainkan dalam keadaan yang sangat tenang, "Sang Wiku tekun di puncak samadi." Samadi, dalam konteks ini, merujuk pada kondisi meditasi atau konsentrasi tinggi yang sering dilakukan oleh para pertapa atau yogi untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan diri mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa Arjuna bukan hanya seorang pejuang, tetapi juga seorang pencari kebenaran yang sedang berusaha mencapai kesadaran yang lebih tinggi.

Namun, meskipun Arjuna berada dalam keheningan samadi, ia tidak dapat sepenuhnya terlepas dari dunia luar. Puisi ini dengan tajam menggambarkan ketegangan batin Arjuna, "Tak satu makhluk pun menggangu diamku / di saat bergurau / mengajak turun Hyang Widhi / ke bumi." Ini mengisyaratkan bahwa meskipun Arjuna berusaha untuk menemukan kedamaian dalam dirinya, godaan dunia luar dan ajakan untuk turun ke dunia nyata tetap menghantuinya. Bahkan dalam keheningannya, ia masih merasa dipanggil untuk turun ke bumi, berhubungan dengan dunia luar, dan mungkin kembali terlibat dalam tugas dan peran sosialnya. Ini bisa dimaknai sebagai konflik antara pencarian spiritual dan kewajiban duniawi yang harus dijalani.

Kalimat "Main kelereng!" bisa jadi merupakan sebuah sindiran terhadap dunia yang dinilai remeh dan tidak bermakna dibandingkan dengan pencarian spiritual yang lebih dalam. Arjuna, dalam keadaan ini, mungkin merasa bahwa dunia luar tidak lebih dari sekadar permainan, namun dia tetap terikat pada kewajibannya.

Arjuna dan Keputusasaan: Perjalanan dalam Keraguan

Selanjutnya, puisi ini menggambarkan Arjuna dalam kondisi yang lebih gelap dan penuh dengan keraguan, "Tak besok Arjuna beku / Keningnya bergurat berlapis-lapis jemu." Di sini, Arjuna digambarkan sedang mengalami kejemuan yang dalam terhadap kehidupan, ilmu, dan bahkan dirinya sendiri. "Dengan hidup dengan ilmu dengan ragu" mencerminkan perasaan Arjuna yang dilanda keraguan yang mendalam tentang segala yang telah dia pelajari dan jalani selama ini.

Keraguan ini bisa dipahami sebagai simbol dari konflik batin manusia yang sering kali mempertanyakan makna hidup dan tujuan eksistensinya. Arjuna, yang biasanya dikenal sebagai pahlawan yang memiliki kepandaian tinggi dan kekuatan luar biasa, kali ini digambarkan sebagai sosok yang terjebak dalam kebingungannya sendiri. Semuanya terasa kosong, tidak ada yang memberikan kepuasan atau kepastian.

Bagian berikutnya, "Sebab habis semua untuk dirayu / Sebab kikis semua untuk dipangku," menggambarkan pengorbanan yang dilakukan Arjuna dalam hidupnya. Ia telah memberikan segalanya—waktu, tenaga, bahkan mungkin jiwanya—untuk tujuan atau orang lain. Namun, apa yang ia dapatkan sebagai imbalannya? Kehampaan. Puisi ini menggambarkan bagaimana pencapaian atau pengorbanan dalam hidup kadang-kadang tidak membawa kebahagiaan yang diharapkan. Arjuna merasa dirinya sudah memberikan segalanya, namun tetap saja ada kekosongan yang terasa dalam hidupnya.

Arjuna dan Pembebasan: Pencucian Hati dan Kehilangan

Bagian terakhir dari puisi ini, "Tak besok Arjuna tersedu / Sang diri kekal mencuci hati," menggambarkan Arjuna yang sedang dalam proses pembebasan diri. Setelah melewati berbagai rintangan, keraguan, dan penderitaan batin, Arjuna akhirnya mencuci hatinya, seolah berusaha untuk membersihkan dirinya dari segala beban emosional dan spiritual yang menumpuk. "Habis / Tak tersebut / Masing-masing kekasih / Lagi" menunjukkan bahwa dalam pencarian kedamaian dan pembebasan diri ini, Arjuna telah melepaskan segala hubungan duniawi yang tidak lagi memiliki makna baginya.

Pencucian hati ini juga bisa dimaknai sebagai usaha untuk menghilangkan rasa sakit, keraguan, dan kekecewaan yang telah mengotori pikirannya selama ini. Arjuna, dalam proses ini, berusaha untuk membebaskan dirinya dari keterikatan emosional dan duniawi, menuju sebuah keadaan yang lebih tinggi dan lebih murni.

Puisi "Arjuna" karya Bambang Sarwono menggambarkan perenungan mendalam tentang perjuangan batin yang sering kali dihadapi oleh manusia dalam perjalanan hidup mereka. Melalui sosok Arjuna, yang berjuang dengan keraguan, keheningan, dan pencarian spiritual, puisi ini menggambarkan dilema manusia dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan pertentangan antara kewajiban duniawi dan pencarian makna yang lebih tinggi.

Arjuna bukan hanya seorang pahlawan yang berperang di medan perang, tetapi juga seorang individu yang berjuang untuk menemukan kedamaian dan pembebasan dalam dirinya. Puisi ini menyoroti bagaimana dalam setiap perjalanan hidup, ada masa-masa di mana kita merasa terjebak dalam keraguan, kebingungan, dan bahkan keputusasaan. Namun, di balik itu semua, ada juga harapan untuk pembebasan dan pencucian hati yang dapat membawa kita pada kedamaian dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.

Secara keseluruhan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pencarian makna dalam hidup, serta pentingnya menghadapi konflik batin dengan keberanian untuk melepaskan apa yang telah lama mengikat kita. Arjuna, sebagai tokoh dalam puisi ini, menjadi simbol dari setiap individu yang berjuang untuk mencapai keseimbangan antara dunia luar dan pencarian spiritual yang lebih dalam.

Bambang Sarwono
Puisi: Arjuna
Karya: Bambang Sarwono

Biodata Bambang Sarwono:
  • Bambang Sarwono lahir pada tanggal 8 Oktober 1951 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.