Sajak Anak Menangis
pagi hari anak- orang tua yang lelah
ku menangis orang tua mabuk kerja
orang tua merasa dosa
diusapnya kening anak
: gendong sayang
makan siang anak- orang tua yang lelah
mu menangis orang tua mabuk kerja
orang tua merasa dosa
dipangkunya pantat anak
: suap sayang
malam ini
anakku menangis
kau kelon anakmu
anakku menangis
kau kelon anakku
anakmu menangis
aku kelon anakku
anakmu menangis
aku kelon anakmu
anakku menangis
anakku orang tua yang lelah
anakmu orang tua mabuk kerja
anakmu orang tua merasa dosa
anakku diusapnya kening anak
oh anak kita : MENGAPA BEGITU?
pagi hari anakmu me- orang tua yang lelah
nangis makan siang a- orang tua mabuk kerja
nakku orang tua merasa dosa
disuapnya nasi masing
: (bisik-bisik sama istri)
: (bisik-bisik sama suami)
malam ini
orang tua yang lelah anakku
orang tua mabuk kerja anakmu
orang tua merasa dosa anak kita
dipangkunya pantat ma- menuliskan air mata
sing di langit
: (bisik-bisik sama istri) diam
: (bisik-bisik sama suami) : MENGAPA BEGITU?
1975
Sumber: Horison (April, 1976)
Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Anak Menangis" karya Joss Sarhadi adalah karya sastra yang menggambarkan ironi kehidupan keluarga modern. Dengan gaya repetitif dan penuh simbolisme, puisi ini menyentuh berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti hubungan antara orang tua dan anak, tekanan ekonomi, serta beban emosional yang sering kali tak terucapkan dalam dinamika keluarga.
Struktur dan Gaya Bahasa
Puisi ini menggunakan repetisi dan pola paralelisme yang kuat, menciptakan ritme yang menggambarkan monoton kehidupan keluarga. Beberapa hal yang mencolok dalam struktur dan gaya bahasanya:
Pengulangan Frasa:
Misalnya, frasa seperti "orang tua yang lelah," "orang tua mabuk kerja," dan "orang tua merasa dosa" diulang-ulang, menegaskan realitas yang tak berubah.Pengulangan ini menggambarkan siklus kehidupan yang penuh kelelahan dan rutinitas tanpa akhir, menimbulkan rasa kegelisahan.Konflik dan Ironi:
Terdapat ironi mendalam dalam bagaimana orang tua merasa bersalah atas kurangnya waktu dan perhatian, tetapi terus mengulang pola yang sama setiap harinya.Ini mencerminkan dilema yang dihadapi banyak keluarga modern: antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan emosional anak.
Tema Utama: Kegelisahan Orang Tua dan Anak
- Tekanan Ekonomi dan Kelelahan Orang Tua: Frasa "orang tua mabuk kerja" menggambarkan tekanan ekonomi yang memaksa orang tua bekerja tanpa henti. Mabuk kerja di sini tidak hanya berarti bekerja keras, tetapi juga kehilangan kesadaran emosional terhadap anak-anak mereka.
- Anak sebagai Korban Emosional: Tangisan anak yang berulang di pagi, siang, dan malam hari menunjukkan ketidakpuasan emosional. Anak-anak tidak hanya membutuhkan makanan atau gendongan fisik, tetapi juga kehadiran emosional orang tua yang sering kali absen.
- Rasa Bersalah yang Tidak Terselesaikan: Orang tua merasa dosa, tetapi tidak ada perubahan konkret. Hal ini menunjukkan siklus penyesalan yang terus berulang tanpa solusi, menciptakan beban emosional yang bertambah besar.
Simbolisme dalam Puisi
- Tangisan Anak: Tangisan berulang anak melambangkan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Ini bukan hanya kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan psikologis seperti cinta, perhatian, dan rasa aman.
- Bisik-Bisik dengan Pasangan: Adegan orang tua yang berbicara pelan dengan pasangan mereka menggambarkan komunikasi yang terbatas atau bahkan tersembunyi dalam keluarga. Simbol ini menunjukkan bagaimana keluarga sering kali memilih untuk membicarakan masalah dalam bisikan, tetapi tidak mengambil tindakan nyata.
- Menuliskan Air Mata di Langit: Frasa ini memiliki makna metaforis yang mendalam. Air mata anak-anak yang tercatat di langit mungkin menggambarkan jejak luka emosional yang abadi, meski sering kali tak terlihat oleh orang tua.
Kritik Sosial dalam Puisi
Puisi ini adalah kritik halus terhadap sistem sosial dan ekonomi yang memaksa orang tua untuk bekerja tanpa henti, meninggalkan anak-anak mereka dalam kekosongan emosional. Kegelisahan orang tua bukan hanya masalah individu, tetapi juga dampak dari tekanan sistemik.
- Tekanan Ekonomi: Sistem ekonomi memaksa orang tua untuk memilih antara memenuhi kebutuhan material atau kebutuhan emosional keluarga mereka.
- Krisis Hubungan Keluarga: Ketidakhadiran emosional orang tua menciptakan jarak yang sulit dijembatani, meskipun mereka tinggal dalam rumah yang sama.
Relevansi Puisi dengan Kehidupan Modern
Puisi ini menggambarkan fenomena yang sangat relevan dalam masyarakat modern, terutama di era urbanisasi dan globalisasi:
- Krisis Kehadiran Orang Tua: Orang tua bekerja keras untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak mereka, tetapi sering kali mengorbankan hubungan emosional dengan anak-anak tersebut.
- Tuntutan Sosial yang Berlebihan: Orang tua merasa bersalah karena tidak cukup hadir, tetapi sistem sosial dan ekonomi sering kali membuat mereka terjebak dalam situasi yang sama.
- Dampak pada Generasi Berikutnya: Anak-anak yang tumbuh tanpa perhatian emosional dapat menghadapi masalah seperti rasa tidak aman, kesepian, dan sulit membangun hubungan yang sehat di masa depan.
Makna Pertanyaan "Mengapa Begitu?"
Pertanyaan "Mengapa begitu?" yang berulang di akhir puisi adalah refleksi dari kebingungan dan frustrasi yang dirasakan oleh orang tua dan anak-anak.
- Mengapa keluarga terus terjebak dalam siklus ini?
- Mengapa solusi untuk masalah ini terasa begitu sulit ditemukan?
- Mengapa cinta keluarga sering kali terkalahkan oleh tekanan eksternal?
Puisi "Sajak Anak Menangis" karya Joss Sarhadi adalah potret menyakitkan namun jujur tentang kegelisahan dalam hubungan keluarga modern. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya kehadiran emosional dalam keluarga, di tengah tekanan hidup yang semakin besar.
Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajukan kritik sosial yang tajam sambil menggugah pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam membangun hubungan keluarga yang lebih sehat dan penuh kasih. Pertanyaan "Mengapa begitu?" menjadi ajakan introspeksi untuk mencari solusi dari siklus kelelahan dan kehilangan makna yang dialami banyak keluarga hari ini.
Puisi: Sajak Anak Menangis
Karya: Joss Sarhadi
Biodata Joss Sarhadi:
Nama lengkapnya adalah Joseph Suminto Sarhadi.