Akulah Laut
Akulah laut menyediakan ikan untuk disantap laki-laki dan perempuan
Akulah laut tempat berbiak segala makhluk yang tidak tinggal di daratan
Akulah laut mengirim nyanyian melalui gelombang memecah karang tepian
Akulah laut menelan bulan purnama membelah malam dengan bintang bertaburan
Angin membantu menggerakkan gelombang dari tengah samudra ke tepi lautan
Awan berhias di air yang membentang jauh hingga cakrawala batas hunian
Pasir menyerap air asin menjadi gelembung buih di pantai sempadan
Bakau merayapkan akarnya menahan alunan air tempat berlindung ikan
Akulah laut penyiap garam dalam genggaman
Akulah laut penyimpan cerita dalam kehidupan
Akulah laut tempat nelayan memenuhi kebutuhan
Akulah laut melengkapi semesta ciptaan Tuhan
Jakarta, 2020
Analisis Puisi:
Puisi "Akulah Laut" karya Nia Samsihono menciptakan gambaran yang mendalam tentang keberadaan laut dan peranannya dalam menjaga kehidupan. Di sini, penyair mempersonifikasikan laut sebagai suatu entitas yang hidup dan bermakna, dengan merangkai kata-kata yang kuat dan berwarna untuk membawa pembaca mengenalnya.
Sumber Kehidupan: Laut diwakili sebagai sumber kehidupan yang luar biasa. Ia menjadi tempat menyediakan ikan, menjadi tempat berbiak bagi beragam makhluk laut yang tak tinggal di daratan, serta menawarkan keindahan dan keajaiban alam yang mengagumkan.
Kekuatan dan Keagungan Alam: Puisi ini menyoroti kekuatan alam dan keindahan yang dihadirkan oleh laut. Gelombang, angin, dan pasir menjadi bagian dari alam yang menunjukkan betapa luar biasanya laut sebagai ekosistem yang hidup dan bergerak.
Peran sebagai Pelindung: Laut bukan hanya tempat di mana segala hal hidup. Ia juga menjadi pelindung, seperti bakau yang menahan aliran air laut dan memberikan tempat perlindungan bagi ikan dan makhluk hidup lainnya.
Simbol Kekuatan dan Pentingan: Puisi ini menjelaskan laut sebagai tempat penyimpan cerita, penyiap garam, dan sumber kebutuhan nelayan. Dalam konteks yang lebih luas, laut menjadi simbol kekuatan alam dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem untuk keberlangsungan hidup semua makhluk.
Dengan pemilihan kata-kata yang puitis dan kuat, penyair berhasil memberikan pemahaman yang mendalam tentang keajaiban alam laut dan signifikansinya dalam kehidupan. Puisi ini membawa pembaca untuk merenungkan peran penting laut dalam menjaga keseimbangan alam semesta.
Karya: Nia Samsihono
Biodata Nia Samsihono:
Nia Samsihono lahir di Pontianak pada tanggal 16 September 1959. Dari SMA I Purbalingga. Kuliah di Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang. Lalu kemudian melanjutkan S-2 di Universitas Indonesia, Jakarta.
Buku puisi tunggalnya, antara lain:
- Kemarau (2003)
- Perkawinan Cinta (2009)
- Gending (2010)
- De Javu (2010)
- Kinanti (2021)
Puisi-puisi karya Nia Samsihono juga terhimpun dalam:
- Antologi Puisi Merapi Gugat (2010)
- Antologi Puisi 105 Penyair Kota Pekalongan (2010)
- Antologi Puisi Radja dan Ratoe Alit (2011)
- Antologi Puisi Hati Perempuan (2011),
- Antologi Puisi Akulah Musi (2011)
- Antologi Puisi Kaos Hitam Cinta (2009)
- Antologi Puisi Suluk Mataram, 50 Penyair Membaca Yogya (2011)
- Antologi Puisi Bangga Menjadi Rakyat Indonesia (2012)
- Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini, Kartini 2012 (2012)
- Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI Sauk Seloko (Dewan Kesenian Jambi, 2012)
- Antologi Penyair Indonesia Dari Negeri Poci 4: Negeri Abal-Abal (Komunitas Radja Ketjil, Kosa Kata Kita, Jakarta 2013)
- Antologi Penyair Indonesia Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (Komunitas Radja Ketjil, Kosa Kata Kita, Jakarta 2014)
- Antologi Puisi Esai Jula Juli Asam Jakarta (Jurnal Sajak, 2014)
- Perempuan Langit (2015)
- Perempuan Langit 2 (2016)
- Puisi Esai Perempuan Nusa dalam Puisi Esai (2019)
- Antologi Puisi Negeri Poci: Pesisiran (2019)
- Antologi Puisi Perempuan Bahari (2019)
- Antologi Puisi Bandara dan Laba-Laba (2019)
- Puisi Esai Mini “Mama, Napasku Sesak oleh Covid-19” dalam Love and Life in the Era of Corona (Jakarta, Cerah Budaya Indonesia, 2020)
- Antologi Puisi Perempuan dan Lautan (2021)
Selain menulis puisi, Nia Samsihono juga menulis cerita anak, beberapa di antaranya: Anak Aki Balak, Awan Putih Mengambang di Cakrawala, Dedemit Alas Roban, Ayam Jantan dari Timur.
Nia Samsihono sampai sekarang aktif di kegiatan sastra dan menulis karya puisi. Sebagai Direktur Yayasan Cinta Sastra, tinggal di Jakarta.