Puisi: Air Mata (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Air Mata" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan pemahaman yang dalam tentang kedalaman perasaan manusia dan kekuatan emosi yang ...
Air Mata

Ngalir, 'ngalirlah air mata,
Aku tiada akan 'nahanmu.
Apa gunanya aku halangi,
Engkau 'ngalirkan penuh kalbuku.

Seperti air jernih memancar
Dari celah gunung rimbun,
Seperti hujan sejuk gugur
Dari mega berat mengandung

Ngalirlah, wahai air mata
Engkau pun mendapat hakmu
Dari Chalik yang satu.

Ngalir, 'ngalirlah air mata,
Aku hendak merasa nikmat
Panasmu ‘ngalir pada pipiku.

20 April 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Air Mata" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya yang singkat namun menggugah perasaan. Puisi ini mencerminkan perasaan penulis terhadap air mata dan cara pandangnya terhadapnya.

Ekspresi Kebebasan Emosi: Puisi ini menggambarkan air mata sebagai ekspresi alami dari emosi manusia, yang tidak dapat dan tidak seharusnya ditahan. Penyair menyatakan bahwa dia tidak akan menghalangi air mata untuk mengalir dan merasa bahwa menahan air mata tidak memiliki guna.

Analogi Alam: Penyair menggunakan analogi alam untuk menggambarkan aliran air mata. Dia membandingkan air mata dengan air yang jernih yang memancar dari celah gunung dan hujan yang sejuk yang turun dari awan berat. Analogi ini menggambarkan keaslian dan keindahan dari ekspresi emosi.

Penerimaan Emosi: Puisi ini mendorong penerimaan emosi seseorang. Penyair merasa bahwa air mata adalah hak alami setiap individu dan harus diterima dengan lapang dada. Penerimaan emosi, baik itu dalam bentuk air mata atau perasaan lainnya, adalah bagian penting dari pengalaman manusia.

Kepekaan terhadap Emosi: Penyair mengekspresikan keinginannya untuk merasakan nikmat air mata. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai emosi dan kemanusiaan. Pengalaman emosi, termasuk kesedihan yang menyebabkan air mata, adalah bagian penting dari pengalaman manusia yang memungkinkan kita merasakan kedalaman perasaan.

Penutup yang Kuat: Puisi ini ditutup dengan permintaan agar air mata mengalir dan merasakan panasnya air mata di pipi penyair. Ini adalah penutup yang kuat yang menekankan kepentingan merasakan dan menerima emosi secara tulus.

Puisi "Air Mata" adalah pengingat yang indah tentang pentingnya menerima dan menghormati emosi manusia, termasuk melalui ekspresi alami seperti air mata. Ini juga menggambarkan pemahaman yang dalam tentang kedalaman perasaan manusia dan kekuatan emosi yang mendalam dalam pengalaman manusia sehari-hari.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Air Mata
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.