Puisi: Adalah (Karya Husni Djamaluddin)

Puisi "Adalah" karya Husni Djamaluddin mengajak pembaca untuk merenung tentang kesatuan yang mendalam antara manusia, alam, dan Tuhan.

Adalah

Adalah tanah adalah air
                      adalah api
Adalah tanah pasrah adalah air mengalir
Adalah angin bertiup adalah api membakar
Adalah tanah dagingku adalah air darahku
Adalah angin nafasku adalah api nafsuku
Adalah danau jantungku adalah sungai pembuluh darahku
Adalah laut rahasiaku
Adalah tiang tulang-tulangku adalah atap ubun-ubunku
Adalah dinding kulitku adalah jendela mataku siapa itu yang intip
Adalah jelusi telingaku siapa itu yang dengar
Adalah pintu mulutku siapa itu yang berkata benar
Adalah rumah tubuhku siapa itu Si tuan rumah
Adalah sah rumah pisah dan tuan rumah
Adalah waktu tubuh jauh dan ruh
Adalah risau di danau adalah sangsai di sungai
Adalah hanyut di laut adalah paut adalah maut
Adalah tanah adalah air
                      adalah angin
                      adalah api
Adalah aku adalah Kau yang mau
Adalah aku tanah yang pasrah adalah aku air yang mengalir
Adalah aku angin yang bertiup adalah aku api yang membakar
Adalah aku rumah adalah Kau tuan rumah
                               adalah aku rumahMu
Adalah aku tubuh adalah Kau ruh
                              adalah aku tubuhMu
Adalah aku tanah adalah kau tanahMu
                      Teralir airMu
                      Tertiup anginMu
                      Terbakar apiMu
Adalah aku air adalah aku airMu
                      Terserap tanahMu
                      Terguncang anginMu
                      Terdidih apiMu
Adalah aku angin adalah aku anginMu
                      Tersentuh tanahMu
                      Tersejuk airMu
                      Tersebar apiMu
Adalah aku api adalah aku apiMu
                      Terdiam tanaMu
                      Tersiram airMu
                      Tersulut anginMu

Sumber: Bulan Luka Parah (1986)

Analisis Puisi:

Puisi "Adalah" karya Husni Djamaluddin mengajak pembaca untuk merenung tentang kesatuan yang mendalam antara manusia, alam, dan Tuhan. Dengan menggunakan kata "Adalah" yang berulang-ulang sebagai pembuka setiap baris, puisi ini seakan mengajak kita untuk merenungi makna kehidupan dan hubungan antara unsur-unsur alam dan tubuh manusia, serta bagaimana semua itu saling terhubung dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Penggunaan Elemen Alam sebagai Cerminan Diri

Puisi ini dimulai dengan penegasan tentang hubungan manusia dengan elemen-elemen alam: "Adalah tanah adalah air, adalah api." Tanah, air, api, dan angin—empat unsur dasar alam yang menjadi simbol dalam berbagai budaya dan filosofi—digunakan oleh Husni Djamaluddin untuk menggambarkan struktur fisik manusia. "Adalah tanah dagingku, adalah air darahku, adalah angin nafasku, adalah api nafsuku." Setiap elemen alam ini mencerminkan bagian dari tubuh manusia, yang memberi gambaran bahwa tubuh kita bukan hanya sebuah entitas biologis, tetapi juga bagian dari alam semesta yang lebih besar. Tanah melambangkan tubuh, darah yang mengalir bagaikan air, nafas seperti angin yang menghidupkan, dan api menggambarkan gairah serta nafsu yang membara dalam diri.

Simbolisme Tubuh sebagai Rumah Spiritual

Di bagian tengah puisi, Husni Djamaluddin menggambarkan tubuh manusia sebagai rumah: "Adalah rumah tubuhku siapa itu Si tuan rumah." Rumah, dalam hal ini, bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol dari tempat perlindungan dan tempat segala aktivitas kehidupan berlangsung. Namun, siapa yang menjadi "tuan rumah" dalam tubuh ini? Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung apakah kita sebagai manusia adalah pemilik sejati tubuh kita, atau apakah ada kekuatan lebih besar—Tuhan atau ruh—yang menjadi pemilik sejati rumah tubuh ini. Selanjutnya, puisi ini melanjutkan dengan metafora rumah yang terhubung dengan unsur alam, seperti "dinding kulitku adalah jendela mataku," yang mengilustrasikan bagaimana tubuh manusia berfungsi sebagai penghubung dunia luar dengan dunia batin melalui indera.

Kesatuan Manusia dengan Tuhan dan Alam

Pada bagian berikutnya, pembaca disuguhkan dengan konsep kesatuan yang lebih mendalam: "Adalah aku tubuh adalah Kau ruh, adalah aku tubuhMu." Puisi ini menegaskan hubungan yang tidak terpisahkan antara tubuh manusia dan ruh Tuhan, di mana tubuh hanya merupakan kendaraan bagi ruh untuk menjalani kehidupan di dunia. Husni Djamaluddin dengan halus menggambarkan bahwa tubuh manusia adalah manifestasi dari Tuhan. Segala yang ada di dalam tubuh kita adalah bagian dari ciptaan-Nya, dan seluruh unsur alam—tanah, air, api, angin—adalah refleksi dari kekuasaan Tuhan yang hadir dalam tubuh manusia.

Perjalanan Kehidupan sebagai Aliran Alam

Puisi ini terus memperkuat tema tentang keterhubungan manusia dengan alam, misalnya dengan menggambarkan keadaan manusia melalui metafora alam: "Teralir airMu, Tertiup anginMu, Terbakar apiMu." Di sini, kita melihat bagaimana tubuh manusia hanyalah bagian dari aliran kehidupan yang lebih besar, yang terus bergerak dan dipengaruhi oleh kekuatan alam. Seperti air yang mengalir, tubuh kita terus mengalami perubahan, menghadapi tantangan, dan akhirnya mencapai takdirnya. Seperti api yang membakar, kehidupan ini penuh dengan gejolak dan semangat yang membara, sementara angin yang bertiup menjadi simbol pergerakan dan transisi.

Refleksi Terhadap Keterbatasan dan Keabadian

Selain itu, melalui penggunaan elemen-elemen alam, puisi ini juga mengingatkan kita pada keterbatasan tubuh manusia dan keabadian yang lebih besar. Dalam bagian terakhir, puisi menyatakan bahwa tubuh kita—meskipun terhubung dengan alam—pada akhirnya akan berakhir. "Tertiarap tanahMu, Tersiram airMu, Tersulut anginMu." Ini menggambarkan siklus kehidupan manusia yang akan kembali ke tanah, berbaur dengan alam, setelah meninggalkan dunia fisiknya.

Puisi "Adalah" karya Husni Djamaluddin merupakan sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan, tubuh manusia, alam, dan Tuhan. Dengan simbolisme yang kuat, puisi ini menggambarkan bagaimana manusia adalah bagian dari alam semesta, yang tak terpisahkan dari elemen-elemen alam yang menghidupi kita. Puisi ini mengajak pembaca untuk menyadari bahwa tubuh kita adalah rumah spiritual yang diciptakan oleh Tuhan dan berfungsi sebagai penghubung antara dunia fisik dan dunia ruhani.

Melalui repetisi kata "Adalah," Husni Djamaluddin menciptakan sebuah ritme yang mengalir, menggambarkan bagaimana segala sesuatu dalam hidup ini saling terhubung. Sebagai manusia, kita bukanlah entitas yang terpisah dari alam atau Tuhan, tetapi kita adalah bagian dari kehendak yang lebih besar, di mana kita, tubuh kita, dan alam semesta ini semua saling berperan dalam satu kesat

Husni Djamaluddin
Puisi: Adalah
Karya: Husni Djamaluddin

Biodata Husni Djamaluddin:
  • Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
  • Husni Djamaluddin meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2004.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.