Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Religius pada Anak

Meskipun orang tua mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak, jika mereka sendiri tidak menerapkannya dalam kehidupannya maka anak cenderung ...

Pola asuh orang tua adalah pendekatan yang digunakan orang tua dalam mendidik dan merawat anak, yang mencakup berbagai aspek baik fisik, emosional, moral dan sosial. Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam membentuk karakter religius anak, membentuk perilaku, sikap dan nilai yang dibawa anak sepanjang hidupnya. Hal tersebut dikarenakan orang tua adalah pendidik pertama dalam kehidupan anak.

Pola asuh anak dibagi menjadi 3, yaitu otokratis, demokratis, dan permisif. Pola asuh anak sangat mempengaruhi bagaimana suatu nilai religius ditanamkan. Pola asuh otokratis adalah pola asuh yang cenderung otoriter, orang tua mengambil keputusan sepenuhnya tanpa melibatkan anak. Pola asuh demokratis melibatkan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak, orang tua akan memberikan ruang bagi anak untuk berbicara dan mengajukan pendapat. Sedangkan pola asuh permisif, orang tua akan memberi kebebasan kepada anak dalam menentukan pilihan mereka sendiri, tanpa banyak pembatasan.

Saat ini, anak-anak dipengaruhi berbagai macam pengaruh dari lingkungan sekitar. Pengaruh tersebut bisa dari sekolah, teman sebaya atau media sosial. Di lingkungan yang kurang mendukung nilai agama, orang tua harus menghadapi tantangan membimbing anak agar tetap memegang teguh prinsip-prinsip keagamaan. Jika pola asuh orang tua tidak cukup memberikan ruang bagi anak dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran agama maka dapat dengan mudah dipengaruhi oleh gaya hidup yang bertentangan dengan nilai religius.

Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Religius pada Anak

Pembentukan karakter religius pada pola asuh yang diterapkan orang tua menjadi landasan menanamkan ajaran agama dan nilai-nilai spiritual. Anak adalah individu dalam tahap perkembangan yang memerlukan perhatian, kasih sayang, dan bimbingan dari orang tua agar tumbuh berkembang secara optimal. Dalam konteks pola asuh, anak dianggap sebagai subjek yang menerima pengaruh dari cara mendidik orang tua (aspek fisik, emosional, sosial dan moral), pembentukan karakter religius serta nilai-nilai kehidupan. Pola asuh otokratis memberikan pengajaran yang tegas dalam agama, namun sering kali mengabaikan kebutuhan anak untuk memahami nilai-nilai agama secara internal. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otokratis memungkinkan anak menjadi taat secara formal, namun kurang memiliki pemahaman yang mendalam terhadap ajaran agama. Pada pola demokratis, orang tua yang menerapkan pola asuh ini akan mengajak anak untuk berdiskusi tentang ajaran agama dan memotivasi anak untuk mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis cenderung lebih memahami dan menghargai ajaran agama dengan penuh kesadaran. Pola asuh permisif, orang tua memberikan keleluasaan yang menyebabkan anak kurang memiliki kedisiplinan dalam menjalani ajaran agama. Tanpa bimbingan yang cukup, anak mungkin tidak menyadari pentingnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan mereka.

Dalam pembentukan karakter religius anak adalah kurangnya keteladanan dari orang tua juga menjadi persoalan yang perlu dipikirkan. Meskipun orang tua mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak, jika mereka sendiri tidak menerapkannya dalam kehidupannya maka anak cenderung merasa bingung atau kehilangan motivasi untuk mengamalkan ajaran agama. Pada permasalahan pola asuh anak, orang tua perlu menciptakan komunikasi terbuka dengan anak mengenai nilai agama, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan memberikan contoh nyata dengan konsisten menjalankan ajaran agama. Orang tua dapat membangun jaringan sosial positif dengan mengenalkan anak pada teman sebaya yang memiliki pandangan agama serupa dan melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan bersama. Anak juga diajarkan untuk berpikir kritis terhadap informasi yang mereka temui, khususnya di media sosial dan memastikan agar tetap teguh pada prinsip agama. Selain itu, orang tua harus dapat menciptakan lingkungan rumah yang mendukung, yaitu dengan melakukan ibadah bersama dan mendiskusikan nilai-nilai agama serta mengajarkan anak untuk menghargai perbedaan pandangan agama. Pendekatan orang tua secara bijak dan konsisten dapat membantu anak menjaga karakter religius meskipun dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang beragam.

Contoh permasalahan pada pola asuh anak, yaitu anak yang tidak melihat orang tua melakukan ibadah secara konsisten mungkin tidak merasakan urgensi untuk melakukannya. Hal ini dapat menghambat pembentukan karakter religius yang kuat pada anak. Menghadapi permasalahan tersebut, orang tua perlu menjadi contoh nyata dalam menjalankan ajaran agama seperti melaksanakan ibadah dengan konsisten dan menunjukkan perilaku baik sesuai nilai-nilai agama. Melibatkan anak dalam ibadah bersama akan memberikan kesempatan bagi orang tua untuk menunjukkan bagaimana beribadah dengan khusyuk, serta mempererat hubungan emosional antara orang tua dan anak. Selain itu, orang tua harus mampu menjelaskan makna dan tujuan dari setiap praktik agama agar anak memahami pentingnya amalan tersebut. Orang tua juga bisa memberikan ruang untuk komunikasi terbuka bagi anak untuk bertanya dan belajar lebih dalam tentang agama. Peran pola asuh orang tua sangatlah penting, orang tua diharapkan dapat mengenali kepribadian anak dan memberikan pola pengasuhan yang tepat serta konsisten sehingga dapat membentuk karakter yang religius pada anak.

Herni Oktafiani

Biodata Penulis:

Herni Oktafiani saat ini aktif sebagai mahasiswi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), di Universitas Peradaban, Bumiayu.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.