Peran Organisasi terhadap Gender Inequality

Ketidaksetaraan Gender sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti norma sosial, kebiasaan budaya, dan kebijakan yang diskriminatif, dan ...

Ketidakadilan Gender/Gender Inequality adalah suatu bentuk dan struktur kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut, sedangkan Ketidakadilan Gender dalam peran ganda wanita adalah ibu rumah tangga sekaligus merangkap menjadi wanita karier yang dapat menimbulkan konflik keluarga dan terabaikannya pekerjaan rumah tangga serta terlantarnya anak-anak mereka, sehingga kalau peran lain yang satu dilaksanakan dengan baik, maka peran yang lain akan terabaikan, sehingga timbul konflik peranan. Hal inilah yang menyebabkan adanya kesulitan pergerakan bagi perempuan untuk menembus perubahan pandangan terhadap gender karena hal ini dibangun oleh sekelompok masyarakat.

Istilah Gender merujuk pada peran, perilaku, dan identitas yang dikonstruksi secara sosial terkait dengan jenis kelamin seseorang. Ketidakadilan Gender dalam organisasi mengacu pada ketidaksetaraan dan diskriminasi yang dialami oleh individu berdasarkan gender mereka. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat.

Secara lahiriah laki-laki memiliki sifat yang tegas dan memiliki otoritas yang tinggi, sedangkan perempuan lebih lemah lembut dan situasional dengan keadaan lingkungan sekitar. Perbedaan gender tersebut sering juga dikaitkan dengan gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi. Dalam suatu organisasi kerja tidak langsung, gender mempengaruhi gaya kepemimpinan dari masing-masing pihak. Dalam gaya kepemimpinan di suatu organisasi laki-laki sering dikaitkan dengan gaya kepemimpinan yang tegas, biasanya dilihat dari cara pengambilan keputusan kebijakan tertentu pada organisasi yang dipimpinnya.

Peran Organisasi Terhadap Gender Inequality

Salah satu dasar dari sosiologi yang penting dalam menguraikan Ketidakadilan Gender di dalam organisasi adalah teori feminisme struktural. Teori ini menyoroti bahwa Ketidakadilan Gender tidak hanya muncul dari interaksi antar individu, melainkan juga merupakan akibat dari struktur sosial yang telah ada sejak lama dan terinternalisasi dalam sistem organisasi. Dalam hal ini, organisasi dianggap sebagai bagian dari sistem sosial yang mencerminkan nilai-nilai patriarki, pria kerap berada dalam posisi yang lebih berkuasa dibandingkan wanita.

Feminisme struktural berpendapat bahwa Ketidakadilan Gender dalam organisasi muncul melalui praktik-praktik sistemik, seperti diskriminasi dalam perekrutan, perbedaan gaji antara pria dan wanita, serta terbatasnya akses wanita ke posisi manajerial. Ketidakadilan ini sering kali diperkuat oleh norma budaya dan kebijakan organisasi yang secara tersirat atau tersurat membedakan perlakuan berdasar gender. Menurut teori ini, perubahan harus dilakukan tidak hanya di tingkat individu, tetapi juga harus menyentuh struktur dan kebijakan organisasi secara menyeluruh. Ini termasuk pembentukan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, penyelenggaraan pelatihan untuk mengatasi bias gender, serta penciptaan lingkungan kerja yang inklusif. Dengan mengadopsi pendekatan struktural ini, organisasi dapat mengurangi Ketidakadilan Gender dan membangun suasana kerja yang lebih adil serta setara bagi seluruh karyawan. Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam akses terhadap sumber daya, kekuasaan, dan kesempatan yang seharusnya setara.

Penyebab Ketidaksetaraan Gender

Beberapa faktor penyebab Ketidaksetaraan Gender/Gender Inequality, antara lain:

1. Norma Sosial dan Budaya

Masyarakat masih memiliki pandangan tradisional tentang peran gender, yang menganggap bahwa pria harus bekerja di luar rumah dan wanita harus mengurus rumah tangga. Pandangan semacam ini membatasi kebebasan individu untuk memilih peran mereka sesuai dengan kemampuan dan minat.

2. Diskriminasi dalam Pendidikan

Di beberapa wilayah, anak perempuan sering kali tidak mendapat kesempatan yang sama dalam hal pendidikan. Pendidikan dianggap lebih penting bagi anak laki-laki, yang mengarah pada rendahnya tingkat literasi dan keterampilan bagi perempuan.

3. Kesenjangan Upah dan Kesempatan Kerja

Di dunia kerja, banyak wanita yang menerima upah lebih rendah dibandingkan dengan pria untuk pekerjaan yang setara. Selain itu, mereka juga lebih sedikit yang menduduki posisi kepemimpinan atau jabatan tinggi di perusahaan dan lembaga.

Kekerasan Berbasis Gender

Kekerasan terhadap perempuan, baik secara fisik, psikologis, maupun seksual, adalah salah satu bentuk Ketidaksetaraan Gender yang masih banyak terjadi di seluruh dunia. Kekerasan ini sering kali dianggap sebagai hal yang wajar dan sulit diberantas karena ketimpangan kekuasaan antara pria dan wanita.

Ketidaksetaraan Gender telah menjadi suatu isu yang masih menjadi concern utama masyarakat dunia. Hal ini disebabkan umumnya, mayoritas masyarakat menilai bahwa seks dan gender merupakan dua hal yang sama, akan tetapi secara definisi sebenarnya kedua hal tersebut berbeda. Seks adalah sebuah kodrat yang telah ada secara alamiah atau dapat dikatakan sebagai anugerah atas pemberian Tuhan kepada manusia sejak lahir. Sedangkan gender adalah perbedaan pembagian peran serta tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Adanya perbedaan nilai dan perilaku yang terlihat antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena konstruksi sosial dari komunitas masyarakat dan dapat berbeda dari segi tempat maupun waktu.

Ketidaksetaraan Gender merujuk pada ketidakseimbangan atau ketidakadilan yang terjadi antara pria dan wanita (atau gender lainnya) dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam hal akses terhadap peluang, sumber daya, hak, perlakuan, dan posisi sosial. Ketidaksetaraan ini dapat terjadi di berbagai sektor, seperti pendidikan, pekerjaan, politik, kesehatan, dan kehidupan sosial.

Beberapa contoh Ketidaksetaraan Gender yang umum meliputi:

  1. Diskriminasi di Tempat Kerja: Wanita sering kali dibayar lebih rendah dibandingkan pria untuk pekerjaan yang sama. Selain itu, wanita juga sering menghadapi hambatan untuk mendapatkan posisi kepemimpinan atau promosi yang setara dengan pria.
  2. Pendidikan: Di beberapa negara, anak perempuan mungkin tidak mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama dengan anak laki-laki. Hal ini bisa disebabkan oleh norma sosial, kekurangan akses ke fasilitas pendidikan, atau alasan ekonomi.
  3. Akses terhadap Layanan Kesehatan: Perempuan mungkin menghadapi tantangan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti dalam hal kesehatan reproduksi, yang seringkali tidak diakui atau diabaikan dalam kebijakan kesehatan publik.
  4. Peran Gender Tradisional: Ketidaksetaraan sering kali dipengaruhi oleh norma budaya atau sosial yang menuntut pria dan wanita untuk memenuhi peran tertentu, seperti wanita yang lebih sering dianggap bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak, sementara pria lebih sering diharapkan untuk menjadi pencari nafkah utama.
  5. Kekerasan Berbasis Gender: Kekerasan fisik, seksual, atau emosional yang terjadi dalam hubungan, yang seringkali lebih banyak menimpa perempuan, adalah salah satu bentuk Ketidaksetaraan Gender yang sangat serius.

Ketidaksetaraan Gender sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti norma sosial, kebiasaan budaya, dan kebijakan yang diskriminatif, dan untuk mengatasi masalah ini, banyak organisasi dan pemerintah di seluruh dunia bekerja untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan setara.

Elvina Ramadhani Putri Murdiyanti

Biodata Penulis:

Elvina Ramadhani Putri Murdiyanti aktif sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadyah Malang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.