Keluarga adalah unit sosial terkecil yang memainkan peran penting dalam pembentukan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Dalam konteks ini, bias gender sering kali terbentuk sejak dini dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ketidakadilan gender yang ada di dalam keluarga dapat berdampak luas, tidak hanya pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks Indonesia, norma-norma patriarki sering kali mendominasi, pembagian peran dan pengambilan keputusan dalam keluarga sering kali tidak seimbang. Riset menunjukkan meskipun kesetaraan gender telah menjadi sorotan dalam diskusi publik, tetapi masih banyak keluarga yang masih terjebak dalam pola tradisional.
Bias gender dalam keluarga sering kali menjadi isu yang terabaikan, meskipun dampaknya dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Dalam banyak budaya, peran dan harapan yang berbeda sering kali ditetapkan berdasarkan jenis kelamin, memengaruhi bagaimana anggota keluarga diperlakukan dan kesempatan yang mereka miliki. Bias ini berpotensi membentuk pola pikir dan perilaku generasi mendatang, sehingga menciptakan siklus ketidakadilan yang sulit diputus.
Bias gender sendiri merujuk pada pandangan atau perilaku yang tidak adil berdasarkan jenis kelamin. Dalam banyak budaya, norma-norma tradisional sering kali menempatkan peran yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Misalnya, laki-laki sering dianggap sebagai pencari nafkah utama, sementara perempuan lebih sering dianggap sebagai pengurus rumah tangga. Pandangan ini tidak hanya membatasi potensi individu, tetapi juga melemahkan kemajuan sosial dan ekonomi.
Adanya bias gender dalam keluarga dapat menciptakan ketidakadilan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam hal pendidikan, anak perempuan mungkin diprioritaskan untuk membantu pekerjaan rumah tangga daripada melanjutkan pendidikan mereka. Dalam konteks kerja, perempuan mungkin tidak didorong untuk mengejar karir yang lebih baik, sementara laki-laki diharapkan untuk menjadi sukses secara finansial. Lebih jauh lagi, bias gender dapat berkontribusi pada kekerasan dalam rumah tangga. Ketika perempuan dianggap inferior, mereka lebih rentan terhadap perlakuan kasar dan kurang memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. Hal ini menciptakan siklus kekerasan dan ketidakadilan yang sulit untuk diputus.
Berikut solusi untuk meretas bias gender adalah dengan cara:
- Mengedukasi anggota keluarga tentang gender dan kesetaraan. Diskusi terbuka tentang peran gender dan bagaimana bias dapat muncul dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.
- Memperhatikan pola perilaku dalam keluarga. Siapa yang mengambil keputusan? Siapa yang mendapatkan lebih banyak dukungan dalam pendidikan dan karir? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat menjadi solusi dari bias yang ada.
- Anggota keluarga perlu merenungkan pandangan dan sikap mereka sendiri terhadap gender. Apakah ada anggapan atau stereotip yang mereka pegang? Kesadaran diri adalah langkah penting dalam mengatasi bias.
- Mengedepankan pembagian tugas rumah tangga yang adil antara anggota keluarga. Ini tidak hanya melibatkan pekerjaan rumah, tetapi juga pengambilan keputusan dalam keuangan dan pendidikan.
- Orang tua dan anggota keluarga lainnya harus menjadi contoh positif dalam hal kesetaraan gender. Sikap dan perilaku mereka akan memengaruhi cara anak-anak mereka melihat peran gender.
- Mendorong pembicaraan terbuka tentang isu-isu gender dalam keluarga. Hal ini dapat menciptakan ruang bagi anak-anak untuk berbagi pemikiran dan pengalaman mereka.
Sementara keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi bias gender, dan adanya dukungan dari masyarakat juga sangat diperlukan karena masyarakat memiliki peran penting dalam meretas bias gender melalui pendidikan, advokasi, dukungan kebijakan, dan tindakan kolektif. Dengan kerja sama antara individu, komunitas, dan institusi, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih adil dan setara bagi semua anggota masyarakat. Masyarakat juga dapat menyelenggarakan program pendidikan yang menekankan kesetaraan gender dan mengedukasi anak-anak serta orang dewasa tentang dampak bias gender. Dengan mendorong kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti cuti melahirkan yang adil, akses pendidikan yang setara, dan perlindungan hukum terhadap kekerasan berbasis gender. Serta Mengembangkan program yang memberdayakan perempuan dan anak perempuan dalam komunitas. Ini dapat mencakup pelatihan keterampilan, akses ke sumber daya ekonomi, dan dukungan psikologis.
Oleh karena itu meretas bias gender dalam keluarga adalah langkah krusial untuk menciptakan lingkungan yang adil dan mendukung bagi semua anggota keluarga. Bias gender dapat membatasi potensi individu dan memperkuat stereotip yang merugikan. Dengan menerapkan pembagian peran yang adil, mendukung pendidikan yang setara, dan mendorong komunikasi terbuka, keluarga dapat menumbuhkan rasa saling menghormati dan kesetaraan.
Pentingnya kesadaran dan edukasi tentang isu gender harus dijadikan prioritas, tidak hanya di dalam keluarga, tetapi juga dalam masyarakat secara keseluruhan. Melalui upaya kolektif dan komitmen untuk menantang norma-norma tradisional, kita dapat menciptakan perubahan positif yang tidak hanya bermanfaat bagi generasi saat ini, tetapi juga untuk masa depan. Dengan demikian, setiap individu, terlepas dari jenis kelamin, dapat berkembang secara maksimal dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif dan seimbang.
Biodata Penulis:
Nurhaliza Putri Febrianti saat ini aktif sebagai mahasiswa, Prodi Sosiologi, di Universitas Muhamadiyah Malang.