Sebagai seorang mahasiswa baru di kota yang menjunjung tinggi kebudayaan jawa, kadang membuat saya ngang-ngong sendiri alias bingung sendiri. Terutama dengan apa yang sedang diomongin oleh warlok (warga lokal).
Saya punya cerita lucu saat awal pertemuan mahasiswa baru prodi saya, nggak ada angin nggak ada hujan saya diajak ngomong Bahasa Jawa Krama Halus sama salah seorang anak yang maba juga. Pada saat itu juga saya merasa seperti orang bego yang tidak tahu-menahu apa yang dia omongin, meskipun ada beberapa kata yang saya mengerti tetapi tetap saja saya tidak bisa menyimpulkan apa yang dia maksud.
Bagaimana tidak? Saya sebagai orang yang berasal dari Nganjuk di dalam kesehariannya terbiasa untuk menggunakan bahasa Jawa yang simpel (Ngoko) dihadapkan dengan dialog yang menggunakan bahasa Jawa Krama yang sangat jarang saya pakai dalam keseharian saya. Saya mengetahui alasan teman saya yang menggunakan bahasa Krama pada saat itu untuk menghormati saya, and I appreciate that! Sekarang setelah kita lebih akrab dalam dialog sehari-hari kita menggunakan bahasa Jawa Ngoko (Basic).
Meskipun dalam keseharian saya menggunakan bahasa Jawa Basic, tetapi ada beberapa kata yang biasa digunakan orang Solo yang terdengar asing di telinga orang luar Solo. Sudah mulai penasaran? Yuk kita simak beberapa kata yang biasa dipakai orang Solo tetapi terdengar asing di telinga pendatang.
1. Pit
Nah yang pertama ini biasa digunakan waktu membahas kendaraan, yup tak lain dan tak bukan merupakan bahasa orang Solo untuk menyebutkan sepeda maupun motor. Waktu saya ditanyai teman, “awakmu rene nggowo pit ra?” (kamu kesini bawa motor nggak?) Membuat saya kebingungan karena itu kali pertama saya mendengar kata tersebut.
2. Ngelaju
Kata ini biasa dipakai untuk menanyakan apakah kita dalam perjalan ke suatu tempat itu mulainya dari rumah dan pulangnya akan ke rumah lagi apa tidak. Contoh penggunaanya seperti ini, “kowe engko balik ngelaju ra?” (kamu nanti baliknya langsung apa nggak?)
3. Meh
Kalau kata ini tuh sering banget dipakai para warlok dalam dialog sehari-hari, arti dari kata ini adalah akan. Contoh pemakaiannya kaya gini, ‘‘kowe mari ngene meh ngopo?” (kamu habis ini mau ngapain?)
4. Tekke
Kalian yang sudah agak lama di Solo pasti sangat familiar dengan kata satu ini, kata ini sangat sering dipakai oleh warlok. Sebenarnya ‘‘tekke” tidak mempunyai arti yang spesifik, kata ini biasa dipakai untuk mengekspresikan keterkejutan akan suatu hal, jadi bisa aja diartikan seperti anjirt, bjirt, anjay, dan kata-kata lain yang mempunyai makna sama. Contoh pemakaian dari kata ini seperti, ‘‘Tekkeee aku lo wingi ora metu karo de’e su” (Anjirtttt aku kemarin ga keluar sama dia an**ng.)
5. Cocote
Kata ini memiliki konotasi sedikit buruk, yang kurang sopan jika digunakan dalam percakapan dengan orang yang kita hormati, maupun orang yang baru kita kenal. Pemakaian kata ini hampir sama seperti ‘‘tekke,” tetapi memiliki arti seperti sedikit berbeda. Cocote dapat diartikan sebagai perkataanmu, omonganmu, dan mulutmu. Contoh pemakaian dari kata ini seperti, ‘‘Cocoteeee aku wingi iku metu karo ibukku, uduk karo pacarku” (Mulutmuuuu aku kemarin itu keluar sama ibuku, bukan sama pacarku.)
Demikian beberapa ungkapan keseharian akamsi Solo yang bisa membuat para pendatang di kota kental akan kebudayaan Jawa ini garuk-garuk kepala karena kebingungan.
Biodata Penulis: