Di era modern ini, pembangunan menjadi tonggak utama yang menjadi fokus masyarakat di berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga ekonomi. Namun, dalam prosesnya, berbagai kendala sering kali menghambat laju pertumbuhan tersebut. Salah satu hambatan yang signifikan adalah perlakuan yang membedakan individu berdasarkan gender.
Diskriminasi gender terjadi hampir di seluruh sektor, termasuk pendidikan, organisasi, politik, dan ekonomi. Fenomena ini berakar pada perspektif sosial yang masih banyak menganggap laki-laki sebagai individu yang lebih unggul — kuat, gagah, dan rasional (first class) — sementara perempuan sering kali dianggap lebih lemah dan emosional (second class).
Pemahaman seperti ini dibentuk oleh struktur sosial budaya masyarakat, yang bervariasi sesuai dengan budaya masing-masing daerah. Dalam realitasnya, gender sering kali dibagi menjadi dua sistem dominasi, yaitu patriarki dan matriarki. Sistem patriarki menempatkan laki-laki sebagai pemegang kendali utama, sementara perempuan berada di posisi subordinat. Sebaliknya, sistem matriarki, meskipun jarang ditemukan, menempatkan perempuan sebagai pemimpin utama. Namun, sistem patriarki lebih dominan di banyak budaya, sehingga perempuan sering kali menghadapi ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.
Fenomena Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan gender dapat ditemukan dalam berbagai contoh nyata. Salah satunya adalah perbedaan upah kerja antara laki-laki dan perempuan meskipun memiliki jam kerja yang sama. Selain itu, masih jarang ditemukan perempuan yang menduduki posisi pemimpin di perusahaan atau organisasi besar. Ketimpangan ini juga terlihat di sektor pendidikan, lulusan sarjana sering kali didominasi oleh laki-laki. Bahkan, stereotip seperti "dapur bukan urusan laki-laki" atau "laki-laki tidak cocok menjadi makeup artist" masih kuat tertanam di masyarakat.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa perjuangan mewujudkan kesetaraan gender masih menghadapi jalan terjal. Faktor-faktor yang memengaruhi ketidaksetaraan ini mencakup pengaruh internal, seperti kurangnya dukungan dari keluarga dan kerabat, serta pengaruh eksternal, termasuk stereotip dan nilai sosial yang mengakar di masyarakat. Nilai-nilai ini sering kali menghambat perempuan untuk meraih potensi penuh mereka di berbagai bidang kehidupan.
Upaya Mewujudkan Kesetaraan Gender
Untuk menangani fenomena ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat. Berbagai langkah strategis dapat diambil untuk menciptakan kesetaraan gender, termasuk:
1. Sosialisasi tentang Kesetaraan Gender
Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kesetaraan gender sangat diperlukan. Sosialisasi ini dapat dilakukan melalui kampanye publik, seminar, dan program pendidikan yang menekankan bahwa status sosial seseorang tidak seharusnya ditentukan oleh gender.
2. Meninggalkan Pandangan Lama
Masyarakat perlu melepaskan pandangan tradisional yang bias gender. Perubahan ini membutuhkan proses panjang yang melibatkan reorientasi nilai-nilai sosial serta penguatan kesadaran akan pentingnya menghargai individu berdasarkan kemampuan dan kontribusi mereka, bukan jenis kelamin mereka.
3. Regulasi yang Mendukung Kesetaraan
Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan peraturan yang mendukung kesetaraan gender. Peraturan perundang-undangan yang adil, tidak memihak, dan mendorong peluang kerja yang setara tanpa memandang jenis kelamin harus diterapkan secara konsisten.
4. Peluang Kerja dan Upah yang Setara
Kesempatan kerja dan upah yang setara bagi laki-laki dan perempuan harus menjadi prioritas. Perusahaan dan organisasi perlu memastikan bahwa sistem penggajian mereka adil dan transparan, serta memberikan kesempatan yang sama kepada semua individu untuk berkembang.
5. Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting untuk membangun kepercayaan diri perempuan. Hal ini meliputi dorongan untuk mengejar pendidikan tinggi, meniti karier, dan berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan di masyarakat.
Kesetaraan gender adalah hak fundamental yang harus diwujudkan demi terciptanya masyarakat yang adil dan inklusif. Meski tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, langkah-langkah konkret dapat membawa perubahan signifikan. Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, kita dapat menciptakan lingkungan di mana setiap individu, terlepas dari gendernya, memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam pembangunan. Hanya dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan benar-benar mencerminkan prinsip keadilan dan kesetaraan untuk semua.
Penulis: M. Nabil