Bagi beberapa orang, belanja merupakan salah satu coping mechanism bagi mereka untuk menghilangkan stres. Saya sendiri juga merasa kalau saya merupakan bagian dari beberapa orang tersebut. Tapi sayangnya, kebiasaan dikit-dikit belanja dengan alasan menghilangkan stres itu malah akan cenderung memunculkan kebiasaan lain, seseorang akan membeli sebuah atau banyak barang tanpa memikirkan manfaat dan kebutuhan dari barang yang dibeli, kalau dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan istilah impulsive buying.
Impulsive buying sendiri adalah perilaku atau kebiasaan seseorang ketika membeli barang yang cenderung tidak dibutuhkan dan tidak memiliki manfaat tertentu. Mereka, para pelaku impulsive buying biasanya akan merasakan penyesalan beberapa saat setelah membeli barang yang tidak dibutuhkan karena merasa telah menggunakan uangnya dengan sia-sia. Namun meski begitu, mereka tetap akan terus mengulanginya di kesempatan lain.
Saya sendiri jujur pernah beberapa, bahkan sering, kali kelepasan membeli barang yang kurang berguna. Kebanyakan alasannya adalah hanya karena saya merasa bentuk fisiknya lucu. Teman-teman saya juga beberapa kali mengingatkan untuk tidak sering-sering impulsive dalam membeli sesuatu karena mereka tahu kalau ujungnya saya pasti akan mengeluh ke mereka karena menyesal membeli barang tersebut. Namun seperti yang saya sebut sebelumnya, saya cenderung untuk mengulangi kebiasaan jelek tersebut.
Apa Sih Alasan Seseorang Melakukan Impulsive Buying?
Menurut saya, ada banyak alasan kenapa seseorang melakukan impulsive buying. Di antaranya adalah:
1. FOMO (Fear of Missing Out)
In my honest opinion, ketakutan akan ketinggalan tren terbaru atau yang bisa juga disebut dengan FOMO adalah alasan terbesar seseorang membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan. Kebanyakan orang biasanya sangat memperhatikan gengsi dan status sosial sehingga tidak segan untuk melakukan apa saja agar tidak ketinggalan tren.
2. Mudah Tergoda
Yang satu ini bisa terjadi karena beberapa hal. Misalnya ketika melihat sebuah barang yang menurut kita lucu dan style kita banget atau ketika melihat berbagai promo di berbagai media belanja yang batas waktu promonya sangat singkat. Kebanyakan orang akan goyah iman dan tergoda untuk membelinya meskipun sebenarnya barang yang dibeli tidak terlalu, atau bahkan sangat tidak dibutuhkan.
3. Suasana Hati yang Buruk
Seperti yang saya sebutkan di awal, beberapa orang menjadikan belanja sebagai salah satu coping mechanism atau strategi seseorang untuk menghadapi stres, tekanan, atau situasi sulit dan ingin mengembalikan suasana hati. Mereka membeli barang yang tidak mereka butuhkan untuk menciptakan kebahagiaan diri, yang sayangnya, hal itu hanya bersifat sementara dan malah berujung memberi penyesalan pada akhirnya.
Apa Sih Dampak dari Impulsive Buying?
Impulsive buying bisa terjadi pada siapa saja dan kebanyakan orang tidak akan sadar saat melakukan perilaku tersebut. Mereka biasanya baru akan sadar kalau dirinya telah mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak berguna ketika keuangan mereka mulai terganggu dan kesulitan memenuhi kebutuhan utama.
Itu adalah satu dampak yang bahkan saya sendiri rasakan dari perilaku impulsive buying. Saya terkadang merasakan kesulitan keuangan saat saya benar-benar perlu untuk membeli sesuatu. Misalnya untuk membeli kebutuhan kost yang habis, membeli barang untuk keperluan kuliah, dan kebutuhan utama lainnya. Perilaku impulsive buying juga berdampak pada abainya seseorang pada tanggung jawab terhadap diri sendiri karena lebih sering mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak berguna ketimbang sesuatu yang benar-benar mereka butuhkan.
Gimana Cara Mengatasi Impulsive Buying?
Sampai sekarang, saya pribadi masuh belum menemukan cara yang efektif dan benar benar ampuh untuk bisa berhenti melakukan impulsive buying. Karena walaupun selalu berakhir menyesal karena membeli, orang-orang yang keseringan melakukan impulsive buying, termasuk saya sendiri, akan mengulanginya lagi setiap ada kesempatan. Merskipun begitu, saya telah merangkum beberapa cara yang dapat dicoba untuk menghentikan dan menghindari perilaku impulsive buying. Di antaranya:
- Membuat anggaran keuangan agar kita tahu kemana perginya seluruh uang yang telah kita gunakan dan menjadi lebih tertata ke depannya.
- Membuat list prioritas kebutuhan agar kita tahu dan sadar mana yang menjadi prioritas kita dalam mengeluarkan uang.
- Mencari cara lain untuk mengatasi stres dan mencari kebahagiaan. Misalnya dengan mencari hobi baru, berolah raga, dan atau melakukan aktivitas berguna lainnya.
- Pemahaman yang rasional dan literasi keuangan agar kita tahu dan paham kalau uang yang kita punya akan lebih baik digunakan sesuai kebutuhan dan bukannya untuk membeli barang yang tidak berguna.
Cara-cara di atas memang patut dicoba untuk mengatasi perilaku impulsive buying. Namun menurut saya, yang terpenting dan paling utama adalah keinginan dari diri sendiri untuk berhenti mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak berguna.
Biodata Penulis:
Alifa Fitra Faiha, lahir pada tanggal 27 Oktober 2005, saat ini aktif sebagai Mahasiswa Informatika, di Universitas Sebelas Maret.