Sumber: Dendang Kabut Senja (1985)
Analisis Puisi:
Puisi "Warga Terbuang" karya Mansur Samin adalah sebuah kisah yang menggambarkan konflik moral dan pengorbanan di dalam kerajaan Luwu.
Latar Belakang Kerajaan: Puisi ini menggambarkan kerajaan Luwu yang sedang dihadapkan pada suatu krisis, di mana seorang putri jelita terjangkit penyakit yang menular. Hal ini menjadi sumber kegelisahan dan dilema bagi raja dan menteri-menterinya.
Konflik Moral: Dalam puisi ini, terdapat konflik moral yang kompleks antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik. Raja harus memutuskan antara mencintai putrinya dan memikirkan keselamatan rakyatnya. Ini mencerminkan konflik yang sering muncul dalam kepemimpinan, di mana pemimpin harus membuat keputusan yang sulit demi kepentingan umum.
Pengorbanan: Pengorbanan menjadi tema penting dalam puisi ini. Raja Luwu harus mengorbankan cintanya pada putrinya demi kepentingan rakyatnya. Pengorbanan ini juga terlihat dari keputusan untuk mengucilkan putri tersebut demi mencegah penyebaran penyakit yang mematikan.
Penggambaran Budaya: Puisi ini mencerminkan budaya dan tradisi yang kuat dalam kerajaan Luwu. Sumpah putri yang melarang pembunuhan kerbau putih menjadi bagian dari warisan budaya yang dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Resolusi yang Bermakna: Meskipun konflik dan pengorbanan, puisi ini menawarkan resolusi yang penuh makna. Sumpah sang putri untuk melindungi kerbau putih menggambarkan kebaikan hati dan kasih sayang yang dalam. Ini menyoroti nilai-nilai moral yang kuat dalam masyarakat Luwu.
Secara keseluruhan, puisi "Warga Terbuang" adalah puisi yang menggambarkan perjuangan moral, pengorbanan, dan nilai-nilai budaya dalam konteks sebuah kerajaan yang dihadapkan pada krisis. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan gambaran yang mendalam, Mansur Samin berhasil menciptakan kisah yang menggugah dan memikat pembaca.
Puisi: Warga Terbuang
Karya: Mansur Samin
Biodata Mansur Samin:
- Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
- Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
- Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
- Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
- Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.