Puisi: Tenggarong (Karya Korrie Layun Rampan)

Puisi "Tenggarong" menghadirkan gambaran yang indah tentang kota tua yang sarat akan sejarah dan keindahan. Dengan memadukan elemen-elemen alam, ...

Tenggarong


Kota tua mengurai waktu
Dalam sejarah
Kota Raja
Jalan-jalan padat biografi

Pulau Yupa
Pulau bertulis aksara negara
Pulau Kumala
Berbuku-buku abjad samsara

Tenggarong
Melahirkan Awang Long
Kesatria yang mengenyahkan penjajah
Membangun jiwa kepahlawanan

Di dalam botol kegamangan ajaib
Terurai titik-titik nasib
Yang memalang-melintangkan jeroan
Mengerat-ngerat usia tak alang kepalang

Inilah anatomi
Akar-akar pohon merdeka
Laut tak pernah tumpah
Menggempa pantai segala

Inilah tema
Ruang-ruang istana jiwa
Putri juriat raja-raja
Bekerja di rimba-rimba menantang!

Swiss-Belhotel Danum, Plg, 30/8/2013

Sumber: Dayak! Dayak! Di manakah Kamu? (2014)

Catatan:
Awang Long = nama lengkapnya Awang Long Pangeran Ario Senopati; pimpinan angkatan perang Kerajaan Kutai, tewas kerobohan tembok istana, 12 April 1844, saat menghadapi serangan pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan I’t Hooft.

Analisis Puisi:

Puisi "Tenggarong" karya Korrie Layun Rampan adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan dan sejarah kota tua yang kaya akan nilai-nilai budaya. Dalam puisi ini, penyair menyusun kata-kata dengan cermat untuk menciptakan gambaran yang indah tentang Tenggarong, sebuah kota yang sarat dengan nuansa sejarah dan keindahan alam.

Gambaran Kota Tua dan Waktu: Penyair membuka puisi dengan ungkapan "Kota tua mengurai waktu," menciptakan citra bahwa kota ini memiliki lapisan-lapisan sejarah yang terbentang sepanjang waktu. Gambaran "Jalan-jalan padat biografi" memberikan kesan bahwa setiap jalan di Tenggarong penuh dengan kisah dan kenangan masa lalu.

Pulau-Pulau dengan Makna Mendalam: Penyair memasukkan referensi ke beberapa pulau, seperti Pulau Yupa dan Pulau Kumala, yang menjadi simbol kearifan lokal dan keberagaman budaya. Pulau bertulis aksara negara dan Pulau berbuku-buku abjad samsara menyiratkan kekayaan tradisi dan nilai-nilai kehidupan.

Kota Raja dan Awang Long: Jiwa Kepahlawanan: Penggambaran Tenggarong sebagai "Kota Raja" menunjukkan kedudukan yang tinggi dan kemuliaan dalam sejarah. Penyebutan Awang Long sebagai seorang kesatria yang mengusir penjajah menunjukkan jiwa kepahlawanan dan perlawanan terhadap penindasan.

Botol Kegamangan Ajaib: Nasib yang Terurai: Penggunaan gambaran "botol kegamangan ajaib" menciptakan citra nasib yang terkandung di dalamnya. Titik-titik nasib yang terurai menunjukkan bahwa setiap peristiwa dan takdir memiliki arti dan cerita tersendiri dalam sejarah kota ini.

Anatomi dan Tema: Ruang Jiwa dan Putri Raja: Penggunaan istilah "anatomi" menciptakan gambaran mengenai akar-akar pohon merdeka dan lautan yang tidak pernah tumpah. Tema ruang-ruang istana jiwa dan putri juriat raja menggambarkan keindahan dan kekayaan yang ada dalam jiwa Tenggarong.

Masyarakat yang Dinamis: Bekerja di Rimba Menantang: Penyair menutup puisi dengan menggambarkan masyarakat yang dinamis dan berani menghadapi tantangan, seperti putri juriat raja yang bekerja di rimba yang menantang. Hal ini menciptakan kesan bahwa Tenggarong adalah tempat di mana penduduknya memiliki semangat juang dan keberanian.

Puisi "Tenggarong" menghadirkan gambaran yang indah tentang kota tua yang sarat akan sejarah dan keindahan. Dengan memadukan elemen-elemen alam, sejarah, dan budaya, Korrie Layun Rampan berhasil menciptakan sebuah lukisan kata-kata yang memukau, memperlihatkan kepada pembaca keunikan dan kekayaan Tenggarong.

Korrie Layun Rampan
Puisi: Tenggarong
Karya: Korrie Layun Rampan

Biodata Korrie Layun Rampan:
  • Korrie Layun Rampan adalah seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, penerjemah), editor, dan kritikus sastra Indonesia berdarah Dayak Benuaq.
  • Korrie Layun Rampan lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda, Kalimantan Timur.
  • Korrie Layun Rampan meninggal dunia pada tanggal 19 November 2015 di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.